Pengertian Konseling Kelompok. Pada hakekatnya, konseling kelompok merupakan suatu kegiatan yang memfokuskan diri pada proses interpersonal dan strategi penyelesaian masalah yang berkaitan dengan pemikiran, perasaan, dan perilaku yang disadari. Dalam proses tersebut konselor (ahli) berupaya membantu menumbuhkan dan meningkatkan kemampuan klien (konseli) untuk menghadapi dan mengatasi persoalan atau hal-hal yang menjadi kepedulian masing-masing klien melalui pengembangan pemahaman, sikap, keyakinan, dan perilaku klien yang tepat dengan cara memanfaatkan suasana kelompok.
Dengan demikian, secara umum konseling kelompok dapat diartikan sebagai suatu proses hubungan interpersonal antara seorang konselor (ahli) atau beberapa konselor dengan sekelompok klien (konseli). Konseling kelompok juga dapat berarti suatu bantuan kepada individu dalam situasi kelompok yang bersifat pencegahan dan penyembuhan, serta diarahkan pada pemberian kemudahan dalam perkembangan dan pertumbuhannya.
Konseling kelompok merupakan pemberian bantuan dengan memanfaatkan dinamika kelompok untuk mengetahui konsep diri masing-masing anggota, yang biasanya dilakukan untuk jangka waktu pendek atau menengah. Melalui konseling kelompok memungkinkan terjadinya komunikasi antar pribadi yang dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan pemahaman dan penerimaan diri terhadap nilai-nilai kehidupan beserta segala tujuan hidup dan belajar perilaku tertentu ke arah yang lebih baik dari sebelumnya.
Selain itu, pengertian konseling kelompok juga dapat dijumpai dalam beberapa pendapat yang dikemukakan oleh para ahli, diantaranya adalah :
- Prayitno, dalam “Konseling Profesional yang Berhasil: Layanan dan Kegiatan Pendukung”, menyebutkan bahwa konseling kelompok adalah usaha pemberian bantuan yang diberikan oleh seorang konselor kepada orang-orang yang membutuhkan untuk mengentaskan masalah yang sedang dihadapinya dalam suasana kelompok.
- Namora Lumongga Lubis, dalam “Memahami Dasar-Dasar Konseling: Dalam Teori dan Praktik”, menyebutkan bahwa konseling kelompok adalah suatu proses antar pribadi yang dinamis dan terfokus pada pikiran dan tingkah laku yang disadari serta dibina dalam suatu kelompok yang dimanfaatkan untuk meningkatkan pemahaman dan penerimaan diri menuju perilaku yang lebih baik dari sebelumnya.
- W.S. Winkel dan Sri Hastuti, dalam “Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan”,menyebutkan bahwa konseling kelompok adalah layanan konseling perorangan yang dilaksanakan dalam suasana kelompok, dalam prosesnya hubungan konseling diusahakan dalam suasananya hangat, terbuka, permisif, dan penuh keakraban.
- George M. Gazda, dalam “Group Counseling: A Developmental Approach”, menyebutkan bahwa konseling kelompok adalah suatu proses antarpribadi yang dinamis, yang terpusat pada pemikiran dan perilaku yang disadari. Proses itu mengandung ciri-ciri terapeutik seperti pengungkapan pemikiran dan perasaan secara leluasa orientasi pada kenyataan, pembukaan diri mengenai seluruh perasaan mendalam yang dialami, saling percaya, saling perhatian, saling pengertian dan saling mendukung.
Karakteristik Konseling Kelompok. Terdapat beberapa hal yang menjadi karakteristik dari konseling kelompok. Latipun, dalam “Psikologi Konseling”, menjelaskan bahwa karakteristik konseling kelompok adalah :
1. Pemimpin dan Anggota Konseling.
Dalam konseling kelompok terdapat :
- pemimpin kelompok konseling, yaitu konselor (ahli) yang berwenang menyelenggarakan praktik konseling secara profesional.
- anggota kelompok konseling, yaitu individu-individu peserta kegiatan konseling. Para anggota konseling dapat beraktivitas langsung dan mandiri dalam bentuk mendengarkan, memahami, dan merespon kegiatan konseling.
2. Jumlah Anggota Kelompok.
Kegiatan konseling kelompok umumnya beranggotakan antara 4 sampai 12 orang. Jumlah anggota kelompok yang kurang dari 4 orang tidak efektif karena dinamika jadi kurang hidup. Sebaliknya jika jumlah klien (konseli) melebihi 12 orang terlalu besar untuk konseling karena terlalu berat dalam mengelola kelompok.
3. Homogenitas Kelompok.
Dalam konseling kelompok tidak ada ketentuan yang pasti soal homogenitas keanggotaan suatu konseling kelompok. Sebagian konseling kelompok dibuat homogen dari segi genital, jenis masalah, kelompok usia dan sebagainya. Penentuan homogenitas keanggotaan ini disesuaikan dengan keperluan dan kemampuan konselor dalam mengelola konseling kelompok.
4. Sifat Kelompok.
Sifat kelompok dapat terbuka dan tertutup. Terbuka jika pada suatu saat dapat menerima anggota baru, dan dikatakan tertutup jika keanggotaannya tidak memungkinkan adanya anggota baru. Pertimbangan keanggotaan tergantung kepada keperluan.
5. Waktu Pelaksanaan.
Lama waktu pelaksanaan konseling kelompok sangat bergantung kepada kompleksitas permasalahan yang dihadapi kelompok. Secara umum konseling kelompok yang bersifat jangka pendek (short-term group counseling) membutuhkan waktu durasi 60 sampai 90 menit. Durasi pertemuan konseling kelompok pada prinsipnya sangat ditentukan oleh situasi dan kondisi anggota kelompok.
Baca juga : Pengertian Dan Proses Konsultasi
Bentuk Konseling Kelompok. Konseling kelompok dapat diklasifikasikan menjadi beberapa bentuk, yaitu :
1. Kelompok Pertemuan.
Kelompok pertemuan atau “encaounter group” merupakan bentuk konseling kelompok untuk membantu orang‐orang yang sehat dalam mengembangkan kontak yang lebih baik dengan dirinya sendiri dan dengan orang lain. Biasanya terdiri dari peserta yang belum saling mengenal. Inti kegiatan adalah peserta didorong untuk membicarakan perasaan dan pendapatnya, harus jujur dan terbuka, menghindari alasan rasional untuk kelemahannya.
2. Kelompok Training.
Kelompok training atau “training group” merupakan bentuk konseling kelompok yang bertujuan untuk memperbaiki interpersonal skills, belajar mengamati proses yang terjadi pada dirinya, mampu menerapkan dinamika kelompok dan hubungan antar pribadi dalam suasana hidup dan bekerja.
3. Kelompok Berstruktur.
Kelompok berstruktur merupakan bentuk konseling kelompok yang digunakan untuk membahas dan melatih keterampilan sosial tertentu. Kesadaran anggota kelompok terhadap berbagai permasalahan hidup dan melatih bagaimana cara menanggulanginya.
4. Kelompok Membantu Diri Sendiri.
Kelompok membantu diri sendiri atau “self help group” merupakan bentuk konseling kelompok sebagai upaya orang‐orang awam dalam berusaha menanggulangi persoalan yang dihadapinya tanpa meminta bantuan kepada lembaga atau perorangan yang memberikan layanan profesional.
Fungsi Konseling Kelompok. Konseling kelompok memiliki beberapa fungsi. Prayitno menjelaskan bahwa fungsi utama dari bimbingan dan konseling yang didukung oleh konseling kelompok dapat dibedakan menjadi dua hal, yaitu :
- fungsi pemahaman, merupakan fungsi bimbingan dan konseling yang membantu klien (konseli) agar memiliki pemahaman terhadap dirinya dan lingkungannya. Berdasarkan pemahaman ini klien diharapkan mampu mengembangkan potensi dirinya secara optimal, dan menyesuaikan dirinya dengan lingkungan secara dinamis dan konstruktif.
- fungsi pengembangan, merupakan fungsi bimbingan dan konseling yang sifatnya lebih proaktif dari fungsi lainnya. Konselor (ahli) senantiasa berupaya untuk menciptakan lingkungan belajar yang kondusif, yang memfasilitasi perkembangan konseli.
Sedangkan M. Edi Kurnanto, dalam “Konseling Kelompok”, menjelaskan bahwa konseling kelompok memiliki dua fungsi utama, yaitu :
- fungsi layanan kuratif, merupakan layanan layanan yang diarahkan untuk mengatasi persoalan yang dialami individu.
- fungsi layanan preventif, merupakan layanan konseling yang diarahkan mencegah terjadinya persoalan pada diri indvidu.
Baca juga : Pengertian Dan Fungsi Public Relations
Tujuan Konseling Kelompok. Konseling kelompok dilakukan untuk mengembangkan kemampuan sosialisasi individu terutama kemampuan dalam berkomunikasi. Erle M. Ohlsen, dalam “Group Counseling”, menjelaskan bahwa tujuan umum dari pelayanan bimbingan dalam bentuk konseling kelompok adalah :
- agar masing-masing klien (konseli) mampu menemukan dan memahami dirinya sendiri dengan lebih baik. Berdasarkan pemahaman tersebut, klien rela menerima dirinya sendiri dan lebih terbuka terhadap aspek-aspek positif kepribadiannya.
- para klien mengembangkan kemampuan berkomunikasi antara satu individu dengan individu yang lain, sehingga mereka dapat saling memberikan bantuan dalam menyelesaikan tugas-tugas perkembangan yang khas pada setiap fase-fase perkembangannya.
- para klien memperoleh kemampuan mengatur dirinya sendiri dan mengarahkan hidupnya sendiri, dimulai dari hubungan antar-pribadi di dalam kelompok dan dilanjutkan dalam kehidupan sehari-hari di luar lingkungan kelompoknya.
- para klien menjadi lebih peka terhadap kebutuhan orang lain dan lebih mampu menghayati atau memahami perasaan orang lain. Kepekaan dan pemahaman ini akan membuat para klien lebih sensitif terhadap kebutuhan psikologis diri sendiri dan orang lain.
- masing-masing klien menetapkan suatu target yang ingin dicapai, yang diwujudkan dalam sikap dan perilaku yang lebih konstruktif.
- para klien lebih menyadari dan menghayati makna dari kehidupan manusia sebagai kehidupan bersama, yang mengandung tuntutan menerima orang lain dan harapan akan diterima oleh orang lain.
- masing-masing klien semakin menyadari bahwa hal-hal yang memprihatinkan bagi dirinya kerap menimbulkan rasa prihatin dalam hati orang lain.
Asas Konseling Kelompok. Menurut Prayitno, dalam konseling kelompok terdapat beberapa asas, yaitu :
- asas kerahasiaan, maksudnya para anggota harus menyimpan dan merahasiakan informasi apa yang dibahas dalam kelompok, terutama hal-hal yang tidak layak diketahui orang lain.
- asas keterbukaan, maksudnya para anggota bebas dan terbuka mengemukakan pendapat, ide, saran, tentang apa saja yang yang dirasakan dan dipikirkannya tanpa adanya rasa malu dan ragu-ragu.
- asas kesukarelaan, maksudnya para anggota dapat menampilkan diri secara spontan tanpa malu atau dipaksa oleh teman lain atu pemimpin kelompok.
- asas kenormatifan, maksudnya semua yang dibicarakan dalam kelompok tidak boleh bertentangan dengan norma-norma dan kebiasaan yang berlaku.
- asas kegiatan, maksudnya partisipasi semua anggota kelompok dalam mengemukakan pendapat sehingga cepat tercapainya tujuan bimbingan kelompok.
Sedangkan W.S. Winkel dan Sri Hastuti menjelaskan selain kelima asas tersebut, perlu ditambahkan satu asas, yaitu : “asas kekinian”, maksudnya adalah masalah yang dibahas dalam kegiatan konseling kelompok harus bersifat sekarang atau masalah yang saat ini sedang dialami yang mendesak yang mengganggu keefektifan kehidupan sehari-hari dan membutuhkan penyelesaian segera, bukan masalah beberapa tahun yang lalu atau masalah waktu kecil.
Tahapan Konseling Kelompok. Terdapat beberapa tahapan yang harus dilalui dalam pelaksanaan konseling kelompok. Namora Lumongga Lubis menjelaskan bahwa beberapa tahapan dalam pelaksanaan konseling kelompok adalah :
1. Prakonseling.
Prakonseling merupakan tahap awal dalam konseling kelompok, yaitu pembentukan kelompok konseling. Dalam tahap ini, para anggota kelompok yang telah diseleksi akan dimasukkan dalam keanggotaan yang sesuai dengan pertimbangan homogenitas.
2. Tahap Permulaan.
Tahap permulaan ditandai dengan dibentuknya struktur kelompok, mengeksplorasi harapan anggota, anggota mulai belajar fungsi kelompok, sekaligus mulai menegaskan tujuan kelompok. Setiap anggota kelompok mulai mengenalkan dirinya dan menjelaskan tujuan dan harapannya. Kelompok mulai membangun norma untuk mengontrol aturan-aturan kelompok dan menyadari makna kelompok untuk mencapai tujuan. Peran konselor pada tahap ini membantu menegaskan tujuan
3. Tahap Transisi.
Tahap transisis dikenal sebagai tahap peralihan. Pada tahap ini diharapkan masalah yang dihadapi masing-masing anggota kelompok dirumuskan dan diketahui apa sebab-sebabnya. Tugas pemimpin kelompok adalah mempersiapkan anggota kelompok untuk dapat merasa memiliki kelompok. Pada tahap ini anggota kelompok akan di arahkan memasuki tahap inti atau tahap kegiatan.
4. Tahap Kerja.
Pada tahap kerja dilakukan penyusunan rencana-rencana tindakan. Penyusunan tindakan ini disebut pula produktivitas (produktivity). Anggota kelompok merasa berada di dalam kelompok, mendengar yang lain dan terpuaskan dengan kegiatan kelompok.
5. Tahap Akhir.
Tahap akhir merupakan tahap penutupan. Anggota kelompok mulai mencoba melakukan perubahan-perubahan tingkah laku dalam kelompok. Setiap anggota kelompok memberi umpan balik terhadap yang dilakukan oleh anggota yang lain. Umpan balik ini sangat berguna untuk perbaikan dan dilanjutkan atau diterapkan dalam kehidupan anggota kelompok jika dipandang telah memadai.
6. Pascakonseling.
Setelah proses konseling berakhir, sebaiknya konselor menetapkan adanya evaluasi sebagai bentuk tindak lanjut dari konseling kelompok. Evaluasi sangat diperlukan apabila terdapat hambatan yang terjadi dalam proses pelaksanaan kegiatan dan evaluasi dibutuhkan untuk mengetahui perilaku anggota kelompok setelah proses konseling berakhir.
Kelebihan dan Kekurangan Konseling Kelompok. Konseling kelompok memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihan dan kekurangan konseling kelompok adalah sebagai berikut :
1. Kelebihan pelaksanaan konseling kelompok :
- bersifat praktis.
- anggota belajar berlatih perilakunya yang baru.
- kelompok dapat digunakan untuk belajar mengekspresikan perasaan, perhatian dan pengalaman. anggota belajar keterampilan sosial dan belajar berhubungan antar-pribadi secara lebih mendalam.mendapat kesempatan diterima dan menerima di dalam kelompok.
2. Kekurangan pelaksanaan konseling kelompok :
- tidak semua orang cocok dalam kelompok.
- perhatian konselor lebih menyebar atau meluas.
- mengalami kesulitan dalam membina kepercayaan.
- klien mengharapkan terlalu banyak tuntutan dari kelompok. Kelompok bukan dijadikan sebagai sarana berlatih untuk melakukan perubahan namun sebagai tujuan.
Baca juga : Pengertian Konseling Behavioral, Karakteristik, Tujuan, Teknik, Dan Tahapan Konseling Behavioral
Demikian penjelasan berkaitan dengan pengertian konseling kelompok (group counseling), karakteristik, bentuk, fungsi, tujuan, asas, dan tahapan konseling kelompok, serta kelebihan dan kekurangan konseling kelompok (group counseling).
Semoga bermanfaat.