Konseling Behavioral (Behavioral Counseling) : Pengertian, Karakteristik, Tujuan, Teknik, Dan Tahapan Konseling Behavioral

Silahkan Bagikan Tulisan-Artikel ini :
Secara umum, konseling dapat diartikan sebagai interaksi tatap muka antara konselor dan klien untuk mengetahui tentang diri mereka, mengembangkan potensi, menyelesaikan masalah, membuat keputusan, penyetelan diri, dan lain-lain. Lebih jauh, konseling merupakan suatu bentuk bantuan kepada orang lain  dalam bentuk wawancara oleh seorang ahli yang profesional kepada kliennya yang menuntut adanya komunikasi, interaksi yang mendalam dan usaha bersama antara konselor dengan klien untuk mencapai tujuan konseling yang dapat berupa pemecahan masalah, pemenuhan kebutuhan, ataupun perubahan tingkah laku atau sikap agar individu tersebut berkembang potensinya secara optimal dan mampu mengatasi masalahnya. 

Behaviorisme
merupakan aliran dalam psikologi, yang pertama kali dikemukakan oleh John B. Watson pada sekitar tahun 1931. Sebagaimana dengan psikoanalisa, behaviorisme juga merupakan aliran yang revolusioner, berpengaruh, serta memiliki akar sejarah yang cukup dalam. Behaviorisme memandang bahwa saat dilahirkan, manusia pada dasarnya tidak memiliki apa-apa, manusia akan berkembang berdasarkan stimulus yang diterima dari lingkungan sekitarnya. Sehingga dalam konsep behavioral dijelaskan bahwa perilaku manusia merupakan hasil belajar, oleh karenanya dapat diubah dengan manipulasi dan mengkreasikan kondisi-kondisi belajar.

Berdasarkan konsep behavioral tersebut, John D. Krumboltz menerapkan suatu pendekatan bihavioral terhadap konseling yang disebutnya dengan "behavioral counseling (konseling bihavioral)", di mana dalam proses konseling diharapkan menghasilkan perubahan yang nyata dalam perilaku konseling (counselee behavior). Terakhir dalam bukunya yang berjudul "Counseling Methods" yang diterbitkan pada tahun 1979, John D. Krumboltz tidak lagi menggunakan istilah "behavioral counseling", karena ia menganggap bahwa kesadaran akan perlunya perubahan dalam perilaku konseling sudah tertanam dalam kalangan para ahli psikoterapi dan konseling. 


Pengertian Konseling Behavioral. Konseling behavioral merupakan salah satu dari banyak teori konseling yang ada pada saat ini, yang merupakan bentuk adaptasi dari aliran psikologi behavioristik, yang menekankan perhatiannya pada perilaku manusia yang tampak. Sebagai salah satu model konseling, konseling behavioral merupakan suatu teknik terapi dalam konseling yang menggunakan pendekatan yang berorientasi pada perubahan perilaku menyimpang dengan menggunakan prinsip-prinsip belajar. Secara umum, konseling behavioral dapat diartikan sebagai suatu proses membantu orang untuk belajar memecahkan masalah interpersonal, emosional, dan keputusan tertentu. Konseling berhavioral juga dapat berarti : 
  • suatu proses konseling atau bantuan yang diberikan oleh konselor kepada klien dengan menggunakan pendekatan-pendekatan tingkah laku (behavioral), dalam usahanya untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapi serta dalam penentuan arah kehidupan yang ingin dicapai oleh diri klien. 

Tingkah laku manusia dipelajari ketika manusia yang bersangkutan berinteraksi dengan lingkungannya melalui hukum-hukum belajar, yang meliputi :
  • pembiasan klasik.
  • pembiasan operan.
  • peniruan. 
Sedangkan tingkah laku tertentu pada manusia terbentuk karena dipengaruhi oleh kepuasan dan ketidak-puasaan yang diperolehnya.


Karakteristik Konseling Behavioral. Konseling bihavioral memiliki beberapa karakteristik khusus, yaitu :
  • berfokus pada tingkah laku yang tampak dan spesifik.
  • memerlukan kecermatan dalam perumusan tujuan konseling.
  • mengembangkan prosedur perlakuan spesifik sesuai dengan masalah klien.
  • penilaian yang obyektif terhadap tujuan konseling.

Sedangkan menurut Pihasniwati dalam bukunyta yang berjudul "Psikologi Konseling", menyebutkan bahwa karakteristik atau konsep utama dalam konseling behavior adalah :
  • keyakinan tentang martabat manusia yang bersifat falsafah dan sebagian lagi bercorak psikologis. 
  • berfokus pada tingkah laku manusia yang dapat dipelajari dan dapat diubah.

Kondis-kondisi pada manusia yang menjadi dasar dalam pelaksanaan konseling behavioral adalah :
  • manusia pada dasarnya tidak berakhlak baik atau buruk, bagus atau jelek.
  • manusia mampu untuk berefleksi atas tingkah lakunya sendiri, menangkap apa yang dilakukannya dan mengatur serta mengontrol tingkah lakunya sendiri.
  • manusia mampu untuk memperoleh dan membentuk sendiri pola-pola tingkah laku yang baru melalui suatu proses belajar.
  • manusia dapat mempengaruhi tingkah laku orang lain dan dirinya dipengaruhi oleh tingkah laku orang lain. 


Tujuan Konseling Behavioral. Secara umum, tujuan dari konseling behavioral adalah merubah atau memodifikasi tingkah laku maladaptif (masalah) klien (konseli) untuk digantikan dengan tingkah laku yang baru yaitu tingkah laku adaptif yang diinginkan oleh klien. Menurut Gantina Komalasari dalam bukunya yang berjudul "Teori Teknik Konseling", menyebutkan bahwa tujuan dari konseling behavioral adalah :
  • menciptakan kondisi-kondisi baru bagi proses belajar.
  • membantu klien membuang respons-respons yang lama yang merusak diri atau maladaptif dan mempelajari respons-respons yang bau yang lebih sehat dan sesuai dengan yang diinginkan oleh klien.
  • klien belajar tingkah laku baru dan mengeliminasi tingkah laku yang maladaptif, memperkuat serta mempertahankan tingkah laku yang diinginkan.
  • penetapan tujuan dan tingkah laku serta upaya pencapaian sasaran dilakukan bersama antara klien dan konselor.

Untuk mencapai tujuan yang diinginkan dalam konseling behavioral, konselor harus :
  • mengutamakan keseluruhan individual yang bertanggung jawab, yang dapat memenuhi kebutuhannya.
  • kuat, yakin, dan dapat menahan tekanan dari permintaan klien untuk simpati atau membenarkan tingkah lakunya serta tidak pernah menerima alasan-alasan dari tingkah laku klien yang tidak rasional.
  • sensitif terhadap kemampuan untuk memahami tingkah laku orang lain.
  • dapat bertukar pikiran dengan klien tentang apa yang diusahakannya untuk dapat melihat bahwa seluruh individu dapat melakukan secara bertanggung jawab termasuk pada saat yang sulit. 


Teknik Konseling Behavioral. Teknik konseling behavioral terdiri dari dua bagian, yaitu :

1. Teknik untuk meningkatkan tingkah laku.
Teknik untuk meningkatkan tingkah laku dibedakan menjadi beberapa jenis, sebagai berikut :
  • penguatan positif (positive reinforcement), adalah suatu teknik konseling behavioral yang dilakukan dengan memberikan penguatan yang menyenangkan setelah tingkah laku yang diinginkan ditampilkan yang bertujuan agar tingkah laku yang diinginkan cenderung akan diulang, meningkat, dan menetap di masa yang akan datang.  
  • token economy, adalah suatu teknik konseling behavioral yang dilakukan dengan didasarkan pada prinsip operant conditioning yang di dalamnya termasuk penguatan.  Token economy merupakan strategi menghindari pemberian reinforcement secara langsung, token merupakan penghargaan yang dapat ditukar dengan berbagai barang yang diinginkan oleh klien. Token economy bertujuan untuk mengembangkan tingkah laku adaptif melalui pemberian reinforcement dengan token. Ketika tingkah laku yang diinginkan telah cenderung menetap, maka pemberian token dikurangi secara bertahap.
  • pembentukan tingkah laku (shaping), adalah suatu teknik konseling behavioral yang dilakukan dengan membentuk tingkah laku baru yang sebelumnya belum ditampilkan dengan memberikan reinforcement secara sistematik dan langsung setiap tingkah laku ditampilkan.Tingkah laku diubah secara bertahap dengan memperkuat unsur-unsur kecil tingkah laku baru yang diinginkan secara berturut-turut sampai mendekati tingkah laku akhir.
  • pembuatan kontrak (contingency contracting), adalah suatu teknik konseling behavioral yang dilakukan dengan mengatur kondisi sehingga klien menampilkan tingkah laku yang diinginkan berdasarkan kontrak antara klien dan konselor.

2. Teknik untuk menurunkan tingkah laku.
Teknik menurunkan tingkah laku dibedakan menjadi beberapa jenis, sebagai berikut :
  • penghapusan (extinction), adalah suatu teknik konseling behavioral dengan menghentikan reinforcement pada tingkah laku yang sebelumnya diberi reinforcement.
  • time out, adalah suatu teknik konseling behavioral yang dilakukan dengan menyisihkan peluang individu untuk mendapatkan penguatan positif.
  • pembanjiran (flooding), adalah suatu teknik konseling behavioral yang dilakukan dengan memodifikasi tingkah laku berdasarkan prinsip teori yang dikemukakan oleh B.F. Skinner, yaitu dengan membanjiri klien dengan situasi atau penyebab kecemasan atau tingkah laku tidak dikehendaki, sampai klien sadar bahwa yang dicemaskan tidak terjadi.
  • penjenuhan (satiation), adalah suatu teknik konseling behavioral yang dilakukan dengan membuat diri klien jenuh terhadap suatu tingkah laku tertentu, sehingga klien tidak bersedia lagi untuk melakukannya. Menurunkan atau menghilangkan tingkah laku yang tidak diinginkan dengan memberikan reinforcement yang semakin banyak dan terus menerus, sehingga individu merasa puas dan tidak akan melakukan tingkah laku yang tidak diinginkan lagi.
  • hukuman (punishment), adalah suatu teknik konseling behavioral yang dilakukan dengan mengurangi tingkah laku yang tidak diinginkan.  Hukuman terdiri dari stimulus yang tidak menyenangkan sebagai konsekuensi dari tingkah laku.
  • terapi aversi (aversive therapy), adalah suatu teknik konseling behavioral yang dilakukan dengan tujuan untuk meredakan gangguan-gangguan behavioral yang spesifik, melibatkan pengasosian tingkah laku simtomatik dengan suatu stimulus yang menyakitkan sampai tingkah laku yang tidak diinginkan terhambat kemunculannya.
  • disensitisasi sistematis, adalah suatu teknik konseling behavioral yang dilakukan untuk menghapus rasa cemas dan tingkah laku menghindar, yang dilakukan dengan menerapkan pengkondisian klasik yaitu dengan melemahkan kekuatan stimulus penghasil kecemasan, gejala kecemasan bisa dikendalikan dan dihapus melalui penggantian stimulus. Melibatkan teknik relaksasi. Melatih klien untuk santai dan mengasosiasikan keadaan santai dengan pengalaman pembangkit kecemasan yang dibayangkan atau divisualisasikan. 


Tahapan dalam Konseling Behaviral. Terdapat empat tahapan dalam konseling behavioral, yaitu sebagai berikut :

1. Melakukan Asesmen (Assessment)
Tahap asesmen bertujuan untuk menentukan apa yang harus dilakukan oleh klien saat ini.  Terdapat beberapa hal yang harus digali dalam tahap ini, yaitu :
  • analisis tingkah laku yang bermasalah yang dialami klien saat ini. Tingkah laku yang dianalisis adalah tingkah laku yang khusus.
  • analisis situasi yang didalamnya masalah klien terjadi. Analisis ini mencoba untuk mengidentifikasi peristiwa yang mengawali tingkah laku dan mengikutinya berkaitan dengan masalah klien.
  • analisis motivasional. Melihat sejauh mana motivasi yang dimiliki oleh klien.
  • analisis self control. Merupakan tingkatan kontrol diri klien terhadap tingkah laku bermasalah yang ditelusuri atas dasar bagaimana kontrol itu dilatih berdasarkan kejadian-kejadian yang menentukan keberhasilan self control.
  • analisis hubungan sosial.  Analisis berkaitan dengan hubungan klien dengan orang yang dekat dengan kehidupan klien.
  • analisis lingkungan fisik sosial budaya. Analisis yang berdasarkan norma-norma dan keterbatasan lingkungan.
Dalam tahap asesmen ini, konselor melakukan analisis ABC (Antecedent/pencetus tingkah laku, Behavior/tingkah laku yang dipermasalahkan, dan Consequence/konsekuensi atau akibat dari tingkah laku tersebut).

2. Menentukan Tujuan (Goal Setting)
Dalam tahap menentukan tujuan, konselor dan klien akan menentukan tujuan konseling sesuai dengan kesepakatan bersama berdasarkan informasi yang telah disusun dan dianalisis. Tahap menentukan tujuan ini disusun berdasarkan tiga hal, yaitu :
  • membantu klien untuk memandang masalahnya atas dasar tujuan-tujuan yang diinginkan.
  • memperhatikan tujuan klien berdasarkan kemungkinan hambatan-hambatan situasional tujuan belajar yang dapat diterima dan dapat diukur.
  • memecahkan tujuan ke dalam sub tujuan dan menyusun tujuan menjadi susunan yang berurutan.

3. Mengimplementasikan Teknik (Technique Implemantation). 
Pada tahap mengimplementasikan teknik, konselor dan klien akan menentukan strategi belajar yang terbaik untuk membantu klien dalam mencapai perubahan tingkah laku yang diinginkan. Konselor dan klien mengimplementasikan teknik-teknik konseling sesuai dengan masalah yang dialami oleh klien.

4. Evaluasi dan Mengakhiri Konseling (Evaluation Termination).
Evaluasi konseling behavioral merupakan proses yang berkesinambungan. Evaluasi dibuat berdasarkan apa yang klien perbuat. Tingkah laku klien digunakan sebagai dasar untuk mengevaluasi efektivitas konselor dan efektivitas tertentu dari teknik yang digunakan. Yang dimaksud dengan "termination" adalah lebih dari sekedar mengakhiri konseling. Termination meliputi :
  • menguji apa klien lakukan terakhir.
  • eksplorasi kemungkinan kebutuhan konseling tambahan.
  • membantu klien mentransfer apa yang dipelajari dalam konseling ke tingkah laku klien.
  • memberi jalan untuk memantau secara terus menerus tingkah laku klien. 


Berdasarkan kajian dalam pendekatan behavioral, pada dasarnya manusia memiliki kecenderungan untuk berperilaku positif atau negatif, bergantung pada kepribadian manusia tersebut dibentuk oleh lingkungan di mana manusia tersebut berada. Perilaku dihasilkan dari pengalaman yang diperoleh manusia dalam interaksinya dengan lingkungan. Perilaku yang baik adalah hasil dari lingkungan yang baik, begitu sebaliknya. Dengan pendekatan konseling behavioral, perilaku negatif manusia dapat diubah menjadi perilaku yang positif.

Demikian penjelasan berkaitan dengan pengertian konseling behavioral (behavioral counseling), karakteristik, tujuan, teknik, dan tahapan dalam konseling behavioral (behavioral counseling).

Semoga bermanfaat.