Pengertian Kaligafi Kontemporer. Kaligrafi menjadi salah satu alternatif yang tumbuh dan berkembang dalam budaya Islam yang mengandung unsur penyatu yang kuat. Sebagai satu bentuk kesenian atau tepatnya seni rupa, kaligrafi memiliki aturan yang khas serta makna keindahan tersendiri.
Dalam perkembangannya, berbagai konsep dan realitas tentang kesenian tidak lagi bersandar pada aturan baku dan khas yang mengatur tentang kesenian tersebut, melainkan mulai keluar dan tidak harus mengikuti corak periodisasi kesenian secara utuh. Hal itu juga dialami oleh kaligrafi, sehingga memunculkan apa yang disebut dengan “kaligrafi kontemporer”.
Istilah “kaligrafi kontemporer” tersusun dari dua kata, yaitu : “kaligrafi” atau yang dalam bahasa Arab disebut dengan “khath” yang berarti suatu ilmu dan seni menulis huruf Arab dengan indah, yaitu dengan merangkai huruf-huruf tunggal menjadi susunan sebuah kalimat, dengan proporsi dan komposisi huruf yang sesuai, baik jarak maupun ketepatan sapuan huruf, yang isinya mengenai ayat-ayat Al-Quran atau Al-Hadits, dan “kontemporer” yang berarti jaman sekarang atau masa kini. Kontemporer menunjukkan suatu periode yang paling baru.
Secara umum, istilah kaligrafi kontemporer dapat diartikan sebagai suatu karya yang menyimpang dari rumus-rumus dasar kaligrafi klasik, yang merupakan bentuk manifestasi gagasan dalam wujud visual. Secara estetika kaligrafi kontemporer mengacu kepada kaidah penciptaan seni rupa kontemporer, yang di satu sisi membawa muatan artistik apresiatif yang berfungsi sebagai tontonan (media apresiasi), dan di sisi lain mengandung muatan etik religius yang berfungsi sebagai tuntunan (media dakwah).
D. Sirojuddin A.R, dalam “Seni Kaligrafi Islam”, menjelaskan bahwa kaligrafi kontemporer adalah karya pemberontakan atas kaidah-kaidah murni kaligrafi tradisional. Lebih lanjut, D. Sirojuddin A.R menyebutkan bahwa mazhab kaligrafi kontemporer berusaha lepas dari kelaziman kaligrafi murni seperti : naskhi, tsuluts, diwani, diwani jali, farisi, kufi, dan riq’ah.
Kaligrafi kontemporer mulai dikenal pada sekitar tahun 1970-an dan berkembang lebih luas pada tahun 1980-an. Perkembangan kaligrafi kontemporer terutama disebabkan oleh :
- hasrat “perburuan” terhadap penemuan-penemuan baru di kalangan seniman kaligrafi, di mana kreasi ditujukan untuk mencapai karya-karya masterpiece yang adiluhung.
- sifat plastis yang dimiliki kaligrafi Arab, memudahkan beradaptasi dengan pengaruh-pengaruh luar yang memuncak dengan kehadiran pengaruh seni rupa Barat di penghujung abad ke-20.
Munculnya kaligrafi kontemporer juga merupakan upaya para pelukis muslim untuk mengekspresikan nilai-nilai religius (Islami) dalam seni lukis. Di Indonesia, kaligrafi kontemporer diciptakan para pelukis untuk menghadirkan karya seni lukis yang sesuai dengan nilai-nilai masyarakat, terutama masyarakat muslim.
Karakteristik Kaligrafi Kontemporer. Secara umum, kaligrafi kontemporer memiliki beberapa karakteristik, diantaranya adalah :
- keluar dari aturan baku, tidak terlalu mengikuti kaidah kepenulisan huruf , kecuali hanya sedikit saja.
- alat, bahan, atau media yang digunakan lebih bebas, tidak hanya menggunakan kertas maupun pena biasa.
- dalam pembuatanya cenderung bertema bebas, terkadang abstark, simbolis, atau ekspresionis.
- memiliki gaya yang mengarah kepada kecenderungan tema, yakni karya dua dimensi dan saat ini lebih marak dengan hadirnya seni tiga dimensi. Seni tiga dimensi ini menghadirkan unsur kaligrafi yang dilatar-belakangi unsur kesatuan estetika yang menampilkan gaya ungkapan, media, dan teknik.
- dipengaruhi wilayah atau daerah.
Baca juga : Memilih Tema Untuk Renovasi Rumah
Klasifikasi Kaligrafi Kontemporer. Berkembangnya kaligrafi kontemporer dalam masyarakat muslim tidak terlepas dari karakter aksara Arab yang luwes untuk digubah dalam berbagai bentuk lain. Unsur garis aksara Arab bisa dipanjangkan, dipendekkan atau dilengkungkan dengan berbagai variasi. Terdapat beberapa corak yang termasuk dalam kaligrafi kontemporer, diantaranya adalah :
- corak linier, yaitu kaligrafi yang diciptakan dengan menggunakan unsur garis sebagai elemen estetiknya.
- corak biomorfis, yaitu kaligrafi yang diciptakan berasosiasi dengan mahluk hidup namun sudah mengalami deformasi atau abstraksi. Seperti, susuanan huruf dalam bentuk bayang-bayang burung, unta, ikan, dan lain sebagainya.
- corak ekspresi, yaitu kaligrafi yang diciptakan dengan komposisi unsur-unsur rupa secara spontan (ekpresif).
Ismail Raji al-Faruqi, dalam “Seni Tauhid, Esensi, dan Ekspresi Estetika Islam”, menjelaskan bahwa kaligrafi kontemporer dapat diklasifikasikan menjadi beberapa gaya, yaitu :
1. Kaligrafi Tradisional.
Jenis ini dihasilkan oleh para kaligrafer kontemporer muslim dalam berbagai gaya dan tulisan yang telah dikenal sejak generasi kaligrafer terdahulu. Pemakaian kata “tradisional” menunjukan kesenian dengan tradisi kaligrafi masa lalu. Karakteristik kaligrafi tradisional :
- lebih menekankan pada pengaturan huruf-huruf sehingga terlihat indah, dibandingkan menapilkan lukisan kaligrafi dalam bentuk pigura alam. Meskipun tidak menutup kemungkinan, seorang kaligrafer tradisional melukis kaligrafi dalam pola dedaunan, bunga, atau pola-pola geometris.
- efek keseluruhan karya kontemporer para kaligrafer tradisional adalah abstrak.
2. Kaligrafi Figural.
Jenis ini disebut sebagai “figural” karena menggambungkan motif-motif figural dengan unsur-unsur kaligrafi melalui berbagai cara dan gaya, dengan mengkombinasikan motif yang menyerupai daun atau bunga, manusia atau binatang dalam suatu seni kaligrafi. Karakteristik kaligrafi figural :
- desain huruf-huruf diperpanjang atau diperpendek, melebar dan menyelip, atau diperinci dengan perluasan lingkaran, tanda-tanda tambahan dan sisipan lain yang dibuat agar sesuai dengan non-kaligrafis, geometris, floral, fauna, atau sosok manusia.
3. Kaligrafi Ekspresionis.
Jenis ini berhubungan dengan perkembangan utama dalam estetika Barat. Para kaligrafer ekspresionis tidak lagi berpijak pada konsep kaligrafi asli yang sudah baku. Karakteristik kaligrafi ekspresionis :
- upaya penyampaian pesan emosional, visual, dan respon pribadi terhadap obyek-oyjek, orang-orang atau peristiwa yang digambarkan.
4. Kaligrafi Simbolis.
Jenis ini memaksakan “penyatuan melalui kombinasi makna-makna”. Peran huruf-huruf sebagai penyampai pesan dinaifkan. Hal tersebut dapat dilihat dari akulturasi dalam desain-desain kaligrafi kontemporer yang menggunakan huruf atau kata Arab tertentu sebagai simbol suatu gagasan atau ide-ide yang kompleks. Misalnya : huruf sin diasosiasikan dengan sayf (pedang) atau sikkin (pisau) yang lazimnya disandingkan bersama penggambaran obyek-obyek asosiasi untuk menyampaikan “pesan-pesan khususnya”. Bagi sebagian kalangan, hampir semua huruf bisa dipahami secara simbolik, meskipun tidak disetujui sebagian yang lain.
5. Kaligarafi Abstrak.
Jenis ini disebut juga dengan “khat palsu” atau “khat kabur mutlak“ karena menunjukkan corak-corak seni yang menyamai huruf-huruf atau perkataan-perkataan tetapi tidak mengandung makna apapun yang dapat dikaitkan dengannya. Dengan menafikan makna lingustik, huruf-huruf itu hanya menjadi unsur sesuatu corak dan untuk “tujuan-tujuan” seni semata. Melalui penggunaan unsur-unsur abjad yang berubah-ubah itu, para ahli kaligrafi abstrak menggunakan huruf-huruf sebagai corak, tidak sebagai unsur-unsur suatu pesan.
Demikian penjelasan berkaitan dengan pengertian kaligrafi kontemporer, karakteristik dan klasifikasi kaligrafi kontemporer.
Semoga bermanfaat.