Komunikasi Terapeutik Dalam Keperawatan

Silahkan Bagikan Tulisan-Artikel ini :
Komunikasi akan memudahkan seseorang untuk mengerti dan memahami orang lain. Dalam kehidupan bermasyarakat, komunikasi merupakan satu komponen yang sangat penting. Demikian halnya dalam bidang asuhan keperawatan. Dalam keperawatan, komunikasi merupakan metode utama dalam mengimplementasikan proses keperawatan. Perawat dituntut untuk memiliki keterampilan berkomunikasi secara terapeutik.

Komunikasi yang dijalin oleh perawat dengan pasiennya dalam proses keperawatan disebut dengan komunikasi terapeutik. Dalam komunikasi terapeutik yang diberikan kepada pasien pada umumnya berisi tentang diagnosa penyakit, manfaat, urgensinya tindakan medis, resiko, komplikasi yang mungkin terjadi, prosedu alternatif yang dapat dilakukan, konsekuensi yang dapat terjadi apabila tidak dilakukan tindakan medis, prognosis penyakit, dampak yang ditimbulkan dari tindakan medis, serta keberhasilan atau ketidakberhasilan dari tindakan medis tersebut. 

Pengertian Komunikasi Terapeutik. Komunikasi terapeutik merupakan bentuk komunikasi interpersonal, maksudnya adalah komunikasi antara orang-orang secara tatap muka yang memungkinkan setiap pesertanya menangkap reaksi orang lain secara langsung, baik secara verbal maupun non verbal. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia mengartikan komunikasi terapeutik sebagai suatu bentuk komunikasi yang mendorong dan membantu proses penyembuhan pasien. Selain itu, pengertian komunikasi terapeutik juga dapat dijumpai dari pendapat para ahli, beberapa diantaranya adalah sebagai berikut :
  • Suryani, dalam bukunya yang berjudul "Komunikasi Terapeutik : Teori Dan Praktek", menyebutkan bahwa komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang dilakukan atau dirancang untuk tujuan terapi.
  • Heri Purwanto, dalam bukunya yang berjudul "Komunikasi Untuk Perawat", menyebutkan bahwa komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang dirancang secara sadar, bertujuan dan kegiatannya dipusatkan untuk kesembuhan pasien. 
  • Stuart dan Sundeen, dalam bukunya yang berjudul "Buku Keperawatan", menyebutkan bahwa komunikasi terapeutik adalah cara untuk membina hubungan yang terapeutik di mana terjadi penyampaian informasi dan pertukaran perasaan serta pikiran dengan maksud untuk mempengaruhi orang lain.


Sikap Perawat dalam Komunikasi Terapeutik. Dalam praktek komunikasi terapeutik, terdapat beberapa sikap perawat yang harus dihadirkan sehingga komunikasi terapeutik dapat mencapai tujuannya, yaitu sebagai berikut :
  • dilakukan dengan berhadapan. Hal ini dimaksudkan untuk memberi pesan kepada pasien bahwa perawat sudah siap untuk mendengar dan melakukan segala sesuatu untuk kebaikan pasien.
  • mempertahankan kontak mata. Kontak mata pada level yang sama berarti menghargai pasien dan menyatakan keinginan untuk tetap berkomunikasi.
  • membungkuk ke arah pasien. Hal ini dimaksudkan sebagai sikap yang menunjukkan keinginan untuk mengatakan atau mendengarkan sesuatu.
  • mempertahankan sikap terbuka. Bersikap terbuka diwujudkan dengan tidak melipat kaki atau tangan. Hal tersebut menunjukkan keterbukaan untuk berkomunikasi.
  • tetap rileks. Tetap dapat mengontrol keseimbangan antara ketegangan dan relaksasi dalam memberi respon kepada pasien.


Ciri-Ciri Komunikasi Terapeutik. Terdapat beberapa ciri-ciri yang membedakan antara komunikasi terapeutik dengan komunikasi yang lain. Ciri-ciri dimaksud menurut Arwani dalam bukunya yang berjudul "Komunikasi Dalam Keperawatan" adalah sebagai berikut :

1. Keikhlasan (Genuiness)
Seorang perawat harus menyadari tentang nilai, sikap dan perasaan yang dimiliki terhadap keadaan pasien. Semua perasaan negatif yang dimiliki oleh pasien harus bisa diterima. Perawat yang mampu menunjukkan rasa ikhlasnya, mempunyai kesadaran mengenai sikap yang dipunyai terhadap pasien, serta dapat melakukan pendekatan individu secara verbal maupun non verbal akan memberikan bantuan kepada pasien untuk mengkomunikasikan kondisinya secara tepat.

2. Empati (Empathy)
Empati adalah perasaan pemahaan dan penerimaan perawat terhadap perasaan yang dialami pasien dan kemampuan merasakan dunia pribadi pasien. Empati merupakan sikap yang jujur dan sensitif dalam menerima kondisi pasien, serta obyektif  dalam memberikan penilaian terhadap kondisi pasien dan tidak berlebihan, yang didasarkan pada apa yang dialami oleh paseien.

3. Kehangatan (Warmth)
Kehangatan dan sikap permisif yang diberikan oleh perawat kepada pasien diharapkan dapat  mendorong pasien untuk dapat mengekspresikan perasaannya secara lebih mendalam, mengungkapkan ide-ide dan menuangkannya dalam bentuk perbuatan tanpa rasa takut dikonfrontasi. 


Prinsip-Prinsip Komunikasi Terapeutik. Terdapat beberapa prinsip dalam komunikasi terapeutik, yaitu sebagai berikut :
  • Perawat harus mengenal dirinya sendiri, yang berarti memahami dirinya sendiri serta nilai yang dianut. Komunikasi harus ditandai dengan sikap saling menerima, saling percaya, dan saling menghargai.
  • Perawat harus memahami, menghayati nilai yang dianut oleh klien. Perawat harus menyadari pentingnya kebutuhan pasien baik fisik maupun mental.
  • Perawat harus menciptakan suasana yang memungkinkan pasien memiliki motivasi untuk mengubah dirinya baik sikap maupun tingkah lakunya sehingga tumbuh makin matang dan dapat memecahkan permasalahan yang dihadapai.
  • Perawat harus mampu menguasai perasaannya sendiri secara bertahap untuk mengetahi dan mengatasi perasaan gembiram sedih, marah, keberhasilan, maupun frustasi. Perawat juga harus mampu menentukan batas waktu yang sesuai dan dapat mempertahankan konsistensinya.
  • Perawat harus mampu berperan sebagai role model agar dapat menunjukkan dan meyakinkan orang lain tentang kesehatan. Perawat juga harus menciptakan suasana yang memungkinkan pasien bebas berkembang tanpa rasa takut.
  • Perawat harus berpegang pada etika dengan cara berusaha sedapat mungkin keputusan yang diambil berdasarkan prinsip kesejahteraan manusia, dan bertanggung jawab dalam dua dimensi yaitu bertanggung jawab terhadap dirinya atas tindakan yang dilakukan dan bertanggung jawab terhadap orang lain tentang apa yang dikomunikasikan, 


Menurut Suryani, beberapa prinsip dalam komunikasi terapeutik adalah :
  • Hubungan perawat dan pasien adalah hubungan terapeutik yang saling menguntungkan, yang didasarkan pada prinsip 'humanity of nurse and clients'. Kualitas hubungan antara perawat dan pasien ditentukan oleh bagaimana perawat mengartikan dirinya sebagai manusia. Hubungan perawat dan pasien tidak hanya sekedar hubungan seorang penolong dengan pasiennya tapi lebih dari itu, yaitu hubungan antar manusia yang bermartabat.
  • Perawat harus menghargai keunikan pasien. Setiap orang mempunyai karakter yag berbeda-beda. Oleh karenanya seorang perawat perlu memahami perasaan dan perilaku pasien dengan melihat perbedaan latar belakang keluarga, budaya, dan keunikan setiap orang.
  • Komunikasi yang dilakukan harus dapat menjaga harga diri pemberi maupun penerima pesan. Perawat harus dapat menjaga harga dirinya dan harga diri pasien.
  • Komunikasi yang menciptakan tumbuhnya hubungan saling percaya harus dicapai terlebih dahulu sebelum menggali permasalahan dan memberikan alternatif pemecahan masalah. Hubungan saling percaya antara perawat dan pasien adalah kunci dari komunikasi terapeutik.


Fungsi Komunikasi Terapeutik. Komunikasi terapeutik dapat digunakan sebagai terapi untuk menurunkan tingkat kecemasan atau meningkatkan rasa percaya pasien terhadap perawatnya. Menurut Stuart dan Sundeen, fungsi dari komunikasi terapeutik adalah :
  • meningkatkan tingkat kemandirian pasien melalui proses realisasi diri, penerimaan diri, dan rasa hormat terhadap diri sendiri.
  • identitas diri yang jelas dan rasa integritas yang tinggi.
  • kemampuan untuk membina hubungan interpersonal yang intim dan saling tergantung serta mencintai.
  • meningkatkan kesejahteraan pasien dengan meningkatkan fungsi dan kemampuan memuaskan kebutuhan serta mencapai tujuan personal yang realistik. 


Tujuan Komunikasi Terapeutik. Secara umum, tujuan dari pelaksanaan komunikasi terapeutik adalah sebagai berikut :
  • membantu pasien untuk memperjelas dan mengurangi beban perasaan dan pikiran sebagai dasar tindakan guna mengubah ke dalam situasi yang lebih baik.
  • mengurangi keraguan serta membantu dilakukannya tindakan efektif.
  • mempererat interaksi antara pasien dan perawat secara profesional dan proporsional dalam rangka membantu menyelesaikan masalah pasien.

Sedangkan menurut Indrawati dalam bukunya yang berjudul "Komunikasi Untuk Perawat", menyebutkan bahwa tujuan dari komunikasi terapeutik adalah :
  • membantu pasien memperjelas dan mengurangi beban perasaan dan pikiran.
  • membantu mengambil tindakan yang efektif untuk pasien.
  • membantu mempengaruhi orang lain, lingkungan fisik, dan diri sendiri dalam hal peningkatan kesehatan.


Teknik Komunikasi Terapeutik. Beberapa teknik komunikasi terapeutik yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut :
  • bertanya (questioning). Bertanya merupakan teknik yang dapat mendorong pasien untuk mengungkapkan perasaan dan pikirannya.
  • mendengarkan (listening). Mendengarkan merupakan dasar utama dalam komunikasi terapeutik.
  • mengulang (restarting). Maksudnya adalah mengulang pokok pikiran yang diungkapkan oleh pasien, hal ini berguna untuk menguatkan ungkapan pasien dan memberi indikasi perawat mengikuti pembicaraan pasien.
  • klarifikasi (clarification). Klarifikasi mengandung arti menjelaskan kembali ide atau pikira pasien yang tidak jelas atau meminta pasien untuk menjelaskan arti dari ungkapannya.
  • refleksi (reflection). Refleksi adalah mengarahkan kembali ide, perasaan, pertanyaan, dan isi pembicaraan kepada pasien. Hal ini digunakan untuk memvalidasi pengertian perawat tentang apa yang diucapkan pasien dan menekankan empati, minat, dan penghargaan terhadap pasien.
  • memfokuskan (focusing). Memfokuskan bertujuan untuk memberi kesempatan kepada klien untuk membahas masalah inti dan mengarahkan komunikasi pasien pada pencapaian tujuan.
  • diam (silence). Teknik ini digunakan untuk memberikan kesempatan pada pasien sebelum menjawab pertanyaan perawat. Diam akan memberikan kesempatan kepada perawat dan pasien untuk mengorganisasi pikiran masing-masing.
  • memberi informasi (informing). Memberi informasi merupakan tindakan penyuluhan kesehatan pasien.
  • menyimpulkan (summerizing). Menyimpulkan adalah teknik komunikasi yang membantu pasien mengeksplorasi poin penting dari interaksi perawat dan klien. Teknik ini membant perawat dan pasien untuk memiliki pikiran dan ide yang sama saat mengakhiri pertemuan.
  • mengubah cara pandang (refarming). Teknik ini digunakan untuk memberikan cara pandang lain sehingga pasien tidak melihat sesutau atau masalah dari aspek negatifnya saja.
  • eksplorasi (exploration). Teknik ini bertujuan untuk mencari  atau menggali lebih jauh dan mendalam tentang masalah yang dialami oleh pasien. 
  • membagi persepsi (sharing perception). Yaitu meminta pendapat pasien tentang hal yang perawat rasakan atau pikirkan.
  • mengidentifikasi tema (identification of theme). Perawat harus tanggap terhadap cerita yang disampaikan pasien dan harus mampu menangkap tema dari seluruh pembicaraan tersebut.
  • memberikan pujian (reinforcement). Memberikan pujian merupakan keuntungan psikologis yang didapatkan pasien ketika berinteraksi dengan perawat. Memberikan pujian berguna untuk meningkatkan harga diri dan menguatkan perilaku pasien.
  • humor. Teknik ini sangat baik digunakan untuk menangani pengalaman yang pahit. Humor dapat meningkatkan kesadaran mental dan kreativitas, serta menurunkan tekanan darah dan nadi. Humor dapat membuat suasana menjadi lebih santai dan rileks, serta dapat melepaskan ketegangan yang terjadi pada proses komunikasi.


Menurut C.L. Uripni  dalam bukunya yang berjudul "Komunikasi Kebidanan", menjelasakan bahwa komunikasi terapeutik dilakukan dengan teknik sebagai berikut :
  • mendengar dengan penuh perhatian. Perawat harus mendengarkan masalah yang disampaikan oleh pasien untuk mengetahui perasaan, pikiran, dan persepsi pasien itu sendiri.
  • menunjukkan penerimaan. Mendukung dan menerima dengan tingkah laku yang menunjukkan ketertarikan dan tidak menilai.
  • menanyakan pertanyaan yang berkaitan. Hal ini bertujuan untuk mendapatkan infomasi yang spesifik mengenai masalah yang telah disampaikan oleh pasien.
  • mengulang ucapan pasien dengan kata-kata sendiri. Dengan melakukan pengulangan tersebut, perawat berusaha menunjukkan bahwa ia mengerti pesan yang disampaikan oleh pasien dan berharap komunikasi dilanjutkan.
  • mengklarifikasi. Klarifikasi terjadi pada saat perawat menjelaskan dalam kata-kata mengenai ide atau pikiran yang tidak jelas dikatakan oleh klien, dengan tujuan untuk menyamakan pengertian. 
  • memfokuskan. Hal ini bertujuan untuk membatasi pembicaraan sehingga menjadi lebih spesifik dan mudah dimengerti. Hanya saja satu hal yang mesti diperhatikan adalah perawat tidak memutus pembicaraan ketika pasien menyampaikan masalah yang sedang dialaminya.


Tahapan Komunikasi Terapeutik. Menurut Stuart dan Sundeen, tahapan dalam komunikasi terapeutik meliputi :

1. Tahap Prainteraksi (Persiapan)
Tahap prainteraksi sangat penting dilakukan sebelum berinteraksi dengan pasien. Tahap ini dimulai sebelum kontrak pertama dengan pasien, yang merupakan tahap persiapan perawat sebelum bertemu dan berkomunikasi dengan pasien. Pada tahap ini yang perlu dilakukan oleh seorang perawat adalah :
  • mengevaluasi diri tentang kemampuan yang dimiliki.
  • menganalisa kekuatan dan kelemahan diri sehingga dapat memaksimalkan dirinya agar bernilai terapeutik ketika bertemu dan berkomunikasi dengan pasien.
  • mengumpulkan data tentang pasien.
  • membuat rencana pertemuan dengan pasien.

2. Tahap Orientasi (Perkenalan).
Tahap orientasi merupakan kegiatan yang dilakukan saat pertama kali bertemu atau kontak dengan pasien. Pada saat berkenalan, perawat harus memperkenalkan dirinya terlebih dahulu kepada pasien. Dengan memperkenalkan dirinya berarti perawat telah bersikap terbuka kepada pasien dan dengan demikian diharapkan akan mendorong pasien untuk membuka dirinya. Hal penting yang perlu dikaji dalam tahap ini adalah alasan pasien minta pertolongan yang akan mempengaruhi terbinanya hubungan antara perawat dan pasien. Dalam tahap ini yang perlu dilakukan oleh perawat adalah :
  • membina rasa percaya pasien dengan bersikap terbuka, jujur, ikhlas, menerima pasien, menghargai pasien, dan mampu menepati janji kepada pasien.
  • penerimaan dan pengertian komunikasi yang terbuka.
  • perumusan kontrak dengan pasien, diantaranya terdapat kesepakatan bersama mengenai tempat, waktu, dan topik pertemuan.
Tahap orientasi dilaksanakan pada awal setiap pertemuan dan seterusnya, dengan tujuan untuk memvalidasi keakuratan data, rencana yang telah dibuat dengan keadaan pasien saat ini, dan mengevaluasi hasil tindakan yang lalu. 


3. Tahap Kerja.
Tahap kerja merupakan tahap inti dari keseluruhan proses komunikasi terapeutik. Tahap ini perawat dan pasien bekerja bersama-sama untuk mengatasi masalah yang dihadapai klien. Dituntut kemampuan perawat dalam mendorong pasien mengungkapkan perasaan dan pikirannya.  Dalam tahap ini yang perlu dilakukan oleh perawat adalah :
  • memberikan kesempatan kepada pasien untuk bertanya.
  • menanyakan keluhan utama pasien.
  • memulai kegiatan dengan cara yang baik.
  • melakukan kegiatan sesuai rencana. 
Interaksi yang memuaskan akan menciptakan suasana yang dapat meningkatkan integritas pasien dengan meminimalisir ketakutan, ketidak-percayaan, kecemasan, dan tekanan pada pasien. Selain itu, perawat juga diharapkan mampu menyimpulkan percakapannya dengan pasien. Teknik menyimpulkan ini merupakan usaha untuk memadukan dan menegaskan hal-hal penting dalam percakapan dan membantu perawat dan pasien memiliki pikiran dan ide yang sama.

4. Tahap Terminasi.
Tahap terminasi merupakan akhir dari pertemuan perawat dan pasien. Tahap terminasi dapat dibedakan menjadi dua bagian, yaitu :
  • terminasi sementara, merupakan akhir dari pertemuan perawat dengan pasien tetapi masih akan ada pertemuan lainnya yang akan dilakukan pada waktu yang telah disepakati bersama.
  • terminasi akhir, di mana perawat telah menyelesaikan proses keperawatan secara menyeluruh.
Pada tahap teminasi, hal yang perlu dilakukan oleh perawat adalah :
  • melakukan evaluasi obyektif, yaitu mengevaluasi pencapaian tujuan dari interaksi yang telah dilaksanakan. Dalam mengevaluasi, peawat tidak boleh terkesan menguji kemampuan pasien, akan tetapi sebaiknya terkesan sekedar mengulang atau menyimpulkan.
  • melakukan evaluasi subyektif, yaitu evaluasi yang dilakkan dengan menanyakan perasaan pasien setelah berinteraksi dengan perawat. Hal ini perlu dilakukan untuk mengetahui apakah setelah berinteraksi dengan perawat, pasien merasa interaksi tersebut ada manfaatnya, dapat menurunkan kecemasananya, atau justru menimbulkan masalah baru bagi pasien.
  • menyepakati tindak lanjut tindak lanjut terhadap interaksi yang telah dilakukan, yang harus diberikan secara relevan dengan interaksi yang akan dilakukan berikutnya.
  • membuat kontrak (waktu, tempat, dan topik) untuk pertemuan berikutnya.
  • mengakhiri wawancara dengan cara yang baik.
Tahap terminasi perawat dan pasien merupakan aspek penting dalam asuhan keperawatan, sehingga jika hal tersebut tidak dilakukan dengan baik oleh perawat maka regresi dan kecemasan dapat terjadi lagi pada pasien.


Komunikasi terapeutik dalam keperawatan bukan hanya sekedar komunikasi biasa, komunikasi ini dilakukan oleh perawat untuk membantu atau mendukung proses penyembuhan pasien. 

Demikian penjelasan berkaitan dengan pengertian dan sikap perawat dalam komunikasi terapeutik, ciri-ciri, prinsip, fungsi, tujuan, teknik, dan tahapan komunikasi terapeutik dalam keperawatan.

Semoga bermanfaat.