Intelektual (Intelegensi) : Pengertian, Tingkat, Dimensi, Bentuk, Tahapan Dan Karakteristik Perkembangan Intelektual, Serta Faktor Yang Mempengaruhi Intelektual

Silahkan Bagikan Tulisan-Artikel ini :

Pengertian Intelektual. Istilah “intelektual” yang oleh banyak ahli psikologi disamakan artinya dengan “intelegensi” merupakan kecakapan yang tinggi untuk berpikir. Istilah intelektual atau inteligensi banyak dikenal oleh masyarakat umum dengan istilah popular IQ (Inteligency Quotion), meskipun sebebarnya antara intelektual atau inteligensi dengan IQ merupakan dua hal yang berbeda. Intelektual atau inteligensi memiliki arti kecerdasan, sedangkan IQ adalah jumlah skor yang dapat menunjukkan tinggi rendahnya kapasitas kecerdasan seseorang.

Intelektual atau intelegensi
dapat berarti suatu kemampuan untuk memperoleh berbagai informasi, berfikir abstrak, menalar, serta bertindak secara efektif dan efisien. Dalam “Webster New World Dictionary of The American Language”, intelektual (intellect) diartikan dengan :
  1. Kecakapan untuk berpikir, mengamati atau mengerti; kecakapan untuk mengamati hubungan-hubungan, dan sebagainya. Dengan demikian kecakapan berbeda dari kemauan dan perasaan.
  2. Kecakapan mental yang besar, sangat intelligence.
  3. Pikiran atau inteligensi.

Sedangkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), intelektual diartikan dalam beberapa pengertian sebagai berikut :
  1. a cerdas, berakal, dan berpikiran jernih berdasarkan ilmu pengetahuan.
  2. n (yang) mempunyai kecerdasan tinggi; cendekiawan.
  3. n totalitas pengertian atau kesadaran, terutama yang menyangkut pemikiran dan pemahaman.


Selain itu, pengertian intelektual atau intelegensi dapat juga dijumpai dalam beberapa pendapat yang dikemukakan oleh para ahli, diantaranya adalah :
  • William Stern, dalam “The Psychological Methods of Intelligence Tersting”, menyebutkan bahwa intelektual adalah suatu kemampuan untuk menyesuaikan diri pada tuntutan baru yang dibantu dengan penggunaan fungsi berpikir.
  • Stephen P. Robbins, dalam “Perilaku Organisasi”, menyebutkan bahwa intelektual adalah kemampuan yang diperlukan untuk melakukan kegiatan mental.
  • Alfred Binet, dalam “The Mind and The Brain”, menyebutkan bahwa intelektual adalah kemampuan yang diperoleh melalui keturunan, kemampuan yang diwarisi dan dimiliki sajak lahir dan tidak terlalu banyak dipengaruhi oleh lingkungan.
  • David Wechsler, dalam “The Measurement and Appraisal of Adult Intelligence”, menyebutkan bahwa intelektual adalah keseluruhan kemampuan individu untuk berpikir dan bertindak secara tararah serta kemampuan mengolah dan menguasai lingkungan secara efektif.
  • Robert J. Stenberg, dalam “”, menyebutkan bahwa intelektual adalah kemampuan untuk belajar dan mengambil manfaat dari pengalaman, kemampuan untuk berpikir atau menalar secara abstrak, kemampuan untuk beradaptasi terhadap hal-hal yang timbul dari perubahan dan ketidakpastian lingkungan dan kemampuan untuk memotivasi dirinya menyelesaikan secara tepat tugas-tugas yang perlu diselesaikan.
  • Saifudin Azwar, dalam “Pengantar Psikologi Intelegens”, menyebutkan bahwa intelektual adalah kekuatan jiwa bagi setiap manusia, yang berarti kekuatan yang bisa memberikan energy dalam pikiran individu. Sehingga intelektual tersebut secara umum dinamakan inteligensi (IQ). Inteligensi Quotion adalah skor setelah diadakan tes inteligensi.
  • Singgih D. Gunarsa dan Yulia Singgih D. Gunarsa, dalam “Psikologi Praktis Anak, Remaja, dan Keluarga”, menyebutkan bahwa intelektual adalah suatu kumpulan kemampuan seseorang untuk memperoleh ilmu pengetahuan dan mengamalkannya dalam hubungannya dengan lingkungan dan masalah-masalah yang timbul.


Tingkatan Intelektual. Intelektual memiliki beberapa tingkatan sebagai berikut :

1. Jenius.
Jenius merupakan tingkat kemampuan individu yang sangat luar biasa, dalam ukuran atau tingkatan di atas 140. Kemampuan ini bisa dimiliki oleh siapa saja yang mau berusaha untuk meningkatkan kecerdasan dan memanfaatkan potensi dasarnya dengan baik.

2. Normal.
Nomal merupakan tingkat kemampuan individu yang biasa saja, tetapi kecerdasan ini mampu untuk melakukan semua aktivitas yang dibutuhkan dan diinginkan dirinya. Mempunyai tingkat ukuran yang rata-rata 100 sampai dengan 110. Kecerdasan ini bisa pada anak yang cerdas atau disebut kecerdasan yang rata-rata.

3. Rendah.
Rendah merupakan tingkat kemampuan individu di bawah rata-rata, bukan berarti kemampuan ini tidak dapat menyelesaikan kebutuhan dan keinginan atas dirinya, hanya saja mengalami keterhambatan dalam melaksanakan tugas-tugas untuk dirinya maupun orang lain, tingkat ukuran diantara 70 sampai 90. Pada umumnya ia mampu melaksanakan berbagai tugas hanya lambat dan cepat lelah serta jenuh.

4. Keterbelakangan.
Keterbelakangan merupakan tingkat kemampuan individu yang sangat rendah yang mengakibatkan individu tersebut sangat sulit untuk melakukan tugas atas dirinya, setiap tugas memerlukan bantuan orang lain, dengan bantuan tersebut akan memberikan peningkatan pada kemampuannya. Yang termasuk dalam keterbelakangan intelektual adalah :
  • idiot, merupakan individu yang memiliki kemampuan IQ antara 0 - 29 atau memiliki keterbelakangan yang sangat rendah sekali. Mereka yang termasuk dalam tingkatan ini tidak dapat berbicara dengan baik hanya dapat mengucapkan beberapa kata saja, tidak dapat mengurus dirinya seperti : mandi, makan, dan kemampuan dasar yang lain.
  • imbecile, merupakan individu yang memiliki kemampuan IQ antara 30 - 40 atau setingkat di atas idiot. Mereka yang termasuk dalam tingkat ini apabila mereka dilatih akan mampu berbahasa dengan baik (walaupun sangat susah), dapat mengurus dirinya dengan latihan dan pengawasan yang benar.


Dimensi Intelektual. Terdapat beberapa dimensi dalam intelektual. Stephen P. Robbins menjelaskan bahwa terdapat tujuh dimensi yang menyusun intelektual atau intelegensi manusia, yaitu :
  • kecerdasan numeris, merupakan kemampuan seseorang untuk berhitung dengan cepat dan tepat.
  • pemahaman verbal, merupakan kemampuan memahami apa yang dibaca atau didengar serta hubungan kata satu sama lain.
  • kecepatan perseptual, merupakan kemampuan mengenali kemiripan dan beda visual dengan cepat dan tepat.
  • penalaran induktif, merupakan kemammpuan mengenali suatu urutan logis dalam suatu masalah dan kemudian memecahkan masalah itu.
  • penalaran deduktif, merupakan kemampuan menggunakan logika dan menilai implikasi dari suatu argumen.
  • visualisasi ruang, merupakan kemampuan membayangkan bagaimana suatu obyek akan tampak seandainya posisinya dalam ruang diubah.
  • ingatan, merupakan kemampuan menahan dan mengenang kembali masa lalu.


Bentuk Intelektual. Intelektual dapat dibedakan menjadi dua bentuk, yaitu :

1. Ilmu Pengetahuan.
Istilah “ilmu pengetahuan” terdiri dari dua suku kata, yaitu : ilmu dan pengetahuan.
  • ilmu bukan sekadar pengetahuan tetapi merangkum sekumpulan pengetahuan dan berdasarkan teori-teori yang disepakati dan dapat secara sistematik diuji dengan berbagai metode yang ada. Ilmu terbentuk karena manusia berusaha berfikir lebih jauh mengenai pengetahuan yang dimilikinya.
  • pengetahuan merupakan sesuatu yang diperoleh dari pengalaman, ataupun kejadian-kejadian yang ada di sekitar di mana seorang individu hidup.

Ilmu pengetahuan merupakan sesuatu yang bersifat empiris artinya diperoleh berdasarkan pengamatan ataupun percobaan dan merupakan sekumpulan pengetahuan yang mempunyai hubungan yang saling bergantung satu sama lain dan juga bersifat objektif artinya didasarkan pada fakta dan dapat dibuktikan kebenarannya.


2. Potensi Kecerdasan Manusia.
Potensi kecerdasan manusia dapat dibedakan menjadi tiga hal, yaitu :
  • kecerdasan intelektual (IQ), merupakan kemampuan nalar atau pikiran untuk mengetahui, memahami, menganalisis, menentukan sebab akibat, berpikir abstrak, berbahasa, dan memvisualisasikan sesuatu yang di mana mempertimbangkan segala sesuatunya menggunakan kecerdasan.
  • kecerdasan emosional (EQ), merupakan pengetahuan mengenai diri sendiri, kesadaran diri, kepekaan sosial, empati, dan kemampuan untuk berkomunikasi dengan baik dengan orang lain. Kecerdasan emosi adalah kepekaan mengenai waktu yang tepat, kepatutan secara sosial, dan keberanian untuk mengakui kelemahan, menyatakan dan menghormati perbedaan.
  • kecerdasan spiritual (SQ), merupakan merupakan pusat dan paling mendasar diantara kecerdasan lainnya, karena kecerdasan spirutual merupakan sumber bimbingan atau pengarahan bagi dua kecerdasan lainnya.

Raymond B. Cattel, dalam “Personality A Systematic Theoretical and Factual Study”, menerangkan bahwa intelektual atau nteligensi terdiri dari dua bentuk, yaitu :

1. Fluid Intelligence.
Fluid intelligence merupakan inteligensi bawaan yang sebagian non-verbal dan tidak terpengaruhi oleh budaya sebagai bagian dari efisiensi mental. Intelektual atau inteligensi berupa pengetahuan umum mengenai dunia, makna kata, arti matika, dan bergantung pada pengalaman dan sekolah.

2. Crystallized Intelligence.
Crystallized intelligence sangat bergantung pada budaya dan digunakan untuk melakukan tugas-tugas yang perlu dipelajari atau respon kebiasaan, melakukan hubungan dan memahami keterkaitan konsep dari peristiwa yang baru saja ditemui, beradaptasi terhadap situasi baru dan menerima pengetahuan dengan mudah. Dalam berbagai penelitian, orang-orang dengan fluid intelligence yang tinggi cenderung lebih kritis dan tertarik dalam belajar.


Tahapan dan Karakteristik Perkembangan Intelektual. Perkembangan intelektual seorang individu melewati beberapa tahapan. Tahapan dimaksud adalah :

1. Tahap Sensoris Motoris.
Tahap sensori motoris ditandai dengan karakteristik sebagai berikut :
  • segala tindakannya masih bersifat naluriah.
  • aktivitas pengalaman didasarkan terutama pada pengalaman indra.
  • individu baru mampu melihat dan meresapi pengalaman, tetapi belum mampu untuk mengkategorikan pengalaman.

2. Tahap Praoperasional.
Tahap praoperasional ditandai dengan karakteristik sebagai berikut :
  • individu telah mengkombinasikan dan mentrasformasikan berbagai informasi.
  • individu telah mampu mengemukakan alasan-alasan dalam menyatakan ide-ide.
  • individu telah mengerti adanya hubungan sebab akibat dalam suatu peristiwa konkret, meskipun logika hubungan sebab akibat belum tepat.

Dalam tahap ini cara berpikir individu bersifat egosentris, yang ditandai oleh beberapa tingkah laku sebagai berikut :
  • berpikir imajinatif.
  • berbahasa egosentris.
  • memiliki aku yang tinggi.
  • menampakkan dorongan ingin tahu yang tinggi.
  • perkembangan bahasa mulai pesat.

3. Tahap Operasional Konkret.
Tahap operasional konkret ditandai dengan karakteristik sebagai berikut :
  • segala sesuatu dipahami sebagaimana yang tampak saja atau sebagaimana kenyataan yang mereka alami.
  • cara berpikir individu belum menangkap yang abstrak meskipun cara berpikirnya sudah tampak sistematis dan logis.
  • dalam memahami konsep, individu sangat terikat kepada proses mengalami sendiri, maksudnya adalah mudah memahami konsep kalau pengertian konsep itu dapat diamati atau melakukan sesuatu yang berkaitan dengan konsep tersebut.

4. Tahap Operasional Formal.
Tahap operasional formal ditandai dengan karakteristik sebagai berikut :
  • individu dapat mencapai logika dan rasio serta dapat menggunakan abstraksi.
  • individu mulai mampu berpikir logis dengan objek-objek yang abstrak.
  • individu mulai mampu memecahkan persoalan-persoalan yang bersifat hipotesis.
  • individu bahkan mulai mampu membuat perkiraan (forecasting) di masa depan.
  • individu mulai mampu untuk mengintrospeksi diri sendiri sehingga kesadaran diri sendiri tercapai.
  • individu mulai mampu membayangkan peranan-peranan yang akan diperankan sebagai orang dewasa.
  • individu mulai mampu untuk menyadari diri mempertahankan kepentingan masyarakat di lingkungannya dan seseorang dalam masyarakat tersebut.

August Comte, dalam “The Positive Philosophy”, menjelaskan bahwa terdapat tiga tahapan dalam perkembangan intelektual, yaitu :

1. Tahapan teologis.
Dalam tahapan ini, manusia mencari kodratnya, memiliki pengetahuan yang absolute, mengandaikan bahwa semua gejala dihasilkan oleh tindakan langsung dari hal-hal supranatural. Tingkat pemikiran manusia adalah seluruh benda di dunia mempunyai jiwa dan itu disebabkan oleh kekuatan yang bebeda di atas manusia.

2. Tahapan metafisis.
Tahapan metafisis merupakan tahap transisi antara tahap teologis dan positivistik. Tahapan ini ditandai dengan suatu kepercayaan akan hukum-hukum alam yang asasi yang dapat ditemukan dengan akal budi. Manusia menganggap bahwa di dalam setiap kejadian ada inti tertentu atau kekuatan yang ada akhirnya akan bisa diungkap, serta adanya kepercayaan bahwa setiap cita-cita yang berhubungan dengan suatu realitas dan tidak ada usaha, sebagai penentu hukum alam yang sama.

3. Tahapan positivistik.
Dalam tahapan ini, yaitu akal budi manusia telah meninggalkan pencarian yang sia-sia terhadap pengertian-pengertian yang absolut, asal dan tujuan alam semesta, serta sebab-sebab gejala dan memusatkan perhatiannya pada studi tentang hubungan-hubungan urutan dan persamaannya yang tidak berubah. Penalaran dan pengamatan yang digabungkan secara tepat merupakan sarana-sarana pengetahuan ini. Tahapan positivistik merupakan tahapan di mana manusia mulai berfikir secara ilmiah.


Faktor yang Mempengaruhi Intelektual. Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi intelektual seseorang. Andi Mappiare, dalam “Psikologi Remaja”, menjelaskan bahwa beberapa hal yang dapat mempengaruhi intelektual adalah :
  • bertambahnya informasi yang disimpan (dalam otak) seseorang sehingga ia mampu berpikir reflektif.
  • banyaknya pengalaman dan latihan-latihan memecahkan masalah sehingga seseorang dapat berpikir proporsional.
  • adanya kebebasan berpikir, menimbulkan keberanian seseorang dalam menyusun hipotesis-hipotesis yang radikal, kebebasan menjajaki masalah secara keseluruhan, dan menunjang keberanian anak memecahkan masalah dan menarik kesimpulan yang baru dan benar


Demikian penjelasan berkaitan dengan pengertian intelektual (intelegensi), tingkat, bentk, tahapan perkembangan dan karakteristik intelektual, serta faktor yang mempengaruhi intelektual (intelegensi).

Semoga bermanfaat.