Pengertian Riya’. Allah berfirman dalam QS. Al Baqarah : 264, yang artinya :
"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima), seperti orang yang menafkahkan hartanya karena riya’ kepada manusia dan dia tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian. Maka perumpamaan orang itu seperti batu licin yang di atasnya ada tanah, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, lalu menjadilah dia bersih (tidak bertanah). Mereka tidak menguasai sesuatupun dari apa yang mereka usahakan; dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir."
Allah melarang perbuatan riya’. QS. Al Baqarah : 264 tersebut menjelaskan bahwa riya’ akan menghilangkan pahala amal (sedekah) yang telah dilakukan. Amal perbuatan yang diridhai Allah adalah yang diniatkan hanya kepada Allah semata dan dikerjakan dengan ikhlas. Riya’ merupakan perbuatan tercela dan dapat digolongkan dalam syirik kecil. Allah berfirman dalam QS. An Nisa : 142, yang artinya :
"Sesungguhnya orang-rang munafik itu menipu Allah, dan Allah akan membalas tipuan mereka. Dan jika mereka berdiri untuk shalat mereka berdiri dengan malas, mereka bermaksud riya’ (dengan shalat itu) dihadapan manusia, dan tidaklah mereka dzikir kepada Allah kecuali sedikit sekali."
Secara etimologi, istilah riya’ berasal dari bahasa Arab, yaitu arriya’ yang berasal dari kata kerja raâ, yang berarti memperlihatkan. Sedangkan secara terminologi, riya’ dapat diartikan sebagai memperlihatkan sesuatu kepada orang lain, baik barang maupun perbuatan baik yang dilakukan, dengan maksud agar orang lain dapat melihatnya dan akhirnya memujinya. Riya’ dapat juga berarti meniatkan ibadah selain kepada Allah. Riya’ merupakan bentuk syirik kecil yang dapat merusak dan membuat ibadah serta kebaikan yang dilakukan tidak bernilai dihadapan Allah. Sikap ini muncul karena orang tidak paham tujuan ibadah dan amal yang dilakukannya.
Selain itu, pengertian riya’ juga dapat dijumapai dalam beberapa pendapat yang dikemukakan oleh para ulama, diantaranya adalah :
- Imam Al-Ghazali, dalam "Ihya’ Ulumuddin", berpendapat bahwa riya’ adalah sebagai usaha mencari kedudukan pada hati manusia dengan memperlihatkan kepada mereka hal-hal kebaikan.
- Al-Haidz Ibnu Hajar al-Asqalani, dalam "Fathul Baari", berpendapat bahwa riya’ adalah menampakkan ibadah dengan tujuan dilihat manusia, lalu mereka memuji pelaku amalan itu.
Baca juga : Pengertian Ikhlas
Suatu ibadah yang tercampur oleh riya, tidak lepas dari tiga 3 keadaan, yaitu :
- Niat ibadah karena riya’. Niat riya’ muncul sejak awal ibadah, semata-mata untuk mendapatkan pujian dari orang lain dan sama sekali tidak mengharapkan pahala dari Allah. Yang seperti ini jelas merupakan syirik dan ibadahnya batal.
- Riya yang muncul di tengah pelaksanaan ibadah. Maksudnya adalah niat awal sebenarnya mengharapkan pahala dari Allah namun kemudian ditengah jalan terbersitlah riya.
- Riya yang muncul setelah ibadah selesai dilaksanakan. Yang demikian itu tidak akan berpengaruh sama sekali terhadap ibadahnya yang telah dilakukannya.
Baca juga : Pengertian Istiqamah
Ciri-Ciri Riya’. Banyak hal atau perbuatan yang dapat dijadikan indikator atau ciri-ciri seseorang dikatakan riya’, diantaranya adalah :
- beramal dengan niat tidak semata-mata karena Allah.
- adanya keinginan untuk menunjukan kepada orang lain jika dirinya yang paling mampu dan hebat.
- rajin melakukan pekerjaan (termasuk perbuatan amal ibadah) dengan tujuan untuk mendapatkan pujian dari orang lain.
Imam Al-Ghazali, menyebutkan dengan mengutip pendapat dari Sayyidina Ali bin Abi Thalib, bahwa ciri-ciri orang riya’ adalah :
- dia malas ketika sendirian.
- rajin saat berada di antara banyak orang.
- amalnya meningkat apabila dipuji, tetapi menurun ketika dicaci.
Sedangkan Sayyid Muhammad Nuh, dalam "Ridha Illahi", menyebutkan bahwa ciri-ciri dan tanda orang riya’, adalah :
- dia rajin dan melipat-gandakan perbuatan atau amal baik jika mendapat pujian. Tapi, sebaliknya dia akan malas, bahkan enggan berbuat baik apabila tidak ada pujian.
- rajin dan akan melipatgandakan perbuatan baik jika berada di tengah orang banyak, tetapi malas ketika sendirian atau jauh dari kerumunan.
- dia tidak melanggar larangan Tuhan jika sedang ada di tengah kerumunan. Sebaliknya, dia tidak akan melakukannya ketika sedang sendirian.
Baca juga : Pengertian Mujahadah
Bentuk Riya’. Riya’ dapat dibedakan menjadi beberapa bentuk, yaitu :
1. Riya’ dalam niat.
Riya’ dalam niat atau riya’ syirik merupakan suatu perbuatan yang dilakukan dengan niat untuk menjalankan perintah Allah, namun juga dilandasi dengan niat agar mendapat perhatian dan pujian dari manusia sekaligus. Ada pahala atau tidaknya suatu pekerjaan yang dilakukan sangat ditentukan dengan niat. Rasulullah SAW bersabda, yang artinya :
"Aku mendengar Umar bin Khattab berkata di atas mimbar, ‘Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda : ‘Sesungguhnya segala perbuatan itu tergantung niatnya, dan sesungguhnya bagi setiap orang memperoleh sesuai apa yang ia niatkan’." (HR. Bukhari dan Muslim)
2. Riya’ dalam perbuatan.
Riya’ dalam perbuatan atau riya’ kholish merupakan suatu perbuatan yang dilakukan semata-mata hanya untuk mendapatkan perhatian dan pujian dari manusia. Riya’ bentuk ini juga terbagi dalam beberapa jenis, yaitu :
- riya badan, seperti memamerkan tubuh langsing dengan alasam karena rajin berpuasa.
- riya pakaian, seperti berhijab panjang hanya karena untuk dianggap sebagai orang alim.
- riya ucapan, seperti melantunkan ayat-ayat Al Quran dengan suara yang merdu dan fasih dihadapan orang hanya karena ingin dipuji.
Baca juga : Pengertian Iman Kepada Allah
Hukum Riya’. Perbuatan riya’ termasuk ke dalam syirik kecil sehingga Islam melarangnya, dengan kata lain, hukum riya’ adalah haram. Sebagaimana yang diriwayatkan, dari Mahmud bin Labid, Rasulullah SAW bersabda ,yang artinya :
"Sesungguhnya yang paling ditakutkan dari apa yang saya takutkan menimpa kalian adalah asy syirkul ashghar (syirik kecil), maka para shahabat bertanya, apa yang dimaksud dengan asy syirkul ashghar ? Beliau Rasulullah SAW menjawab : “Ar Riya’."
Baca juga : Pengertian Munafik Dalam Islam
Akibat Riya’. Riya’ muncul akibat kurangnya iman seseorang kepada Allah dan hari akhirat, selain juga karena ketidak-jujuran menjalankan agama. Ia beribadah karena ingin dipandang sebagai orang taat dan saleh. Sikap riya’ sangat merugikan karena kebaikan dan ketaatan yang dilakukan tidak bernilai di sisi Allah. Berikut beberapa akibat yang dapat ditimbulkan dari sikap riya’ adalah :
1. Tidak dimasukkan dalam surga.
Sebagaimana diriwayatkan, dari Abdullah bin Mas’ud, Rasulullah SAW bersabda, yang artinya :
"Tidak akan masuk surga orang yang di dalam hatinya ada kesombongan seberat biji sawi”. Seorang laki-laki bertanya : “Ada seseorang suka bajunya bagus dan sandalnya bagus (apakah termasuk kesombongan?)”. Beliau menjawab : “Sesungguhnya Allah Maha Indah dan menyukai keindahan; kesombongan adalah menolak kebenaran dan merendahkan manusia." (H. R. Muslim)
2. Dijamin masuk neraka.
Rasulullah SAW bersabda, yang artinya :
"Maukah kalian aku beritakan tentang penghuni neraka ; yaitu setiap orang yang berperangai jahat serta kasar, orang gemuk yang berlebih-lebihan dalam berjalannya, dan orang-orang yang sombong." (HR. Bukhari, At-Tirmidzi, dan Ibnu Majah).
Selain dua hal tersebut, masih banyak lagi akibat yang dapat ditimbulkan dari riya’, diantaranya adalah :
- menghilangkan nilai amal ibadah (ibadahnya menjadi sia-sia).
- menjerumuskan kepada syirik, meski tingkatnya rendah.
- memunculkan berbagai penyakit hati, seperti sombong, munafik, dan lain sebagainya.
- menyengsarakan, karena mengakibatkan berbagai macam kesempitan dalam hidup.
Baca juga : Pengertian Qanaah
Cara Menghindari Sikap Riya’. Terdapat banyak cara yang dapat dilakukan untuk menghindari riya’, diantaranya adalah :
- niatkan ibadah hanya karena Allah.
- berdoa dan memohon pertolongan kepada Allah.
- mengendalikan hati, sehingga tidak mudah terbuai dengan pujian orang lain.
- selalu mengingat Allah.
- menyembunyikan amal kebaikan seperti menyembunyikan aib.
Baca juga : Pengertian Ibadah Dalam Islam
Demikian penjelasan berkaitan dengan pengertian riya’, ciri-ciri, bentuk, hukum, dan akibat riya’, serta cara menghindari riya’.
Semoga bermanfaat.