Iman Kepada Allah : Pengertian, Ciri-Ciri, Ruang Lingkup, Dan Hikmah Iman Kepada Allah

Silahkan Bagikan Tulisan-Artikel ini :
Pengertian Iman kepada Allah. Allah berfirman dalam QS. Al Baqarah : 163, yang artinya :

"Dan Tuhanmu adalah Tuhan Yang Maha Esa; tidak ada Tuhan melainkan Dia Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang."

Secara etimologi, iman berasal dari bahasa Arab, yang berarti percaya. Sedangkan secara terminologi, iman berarti membenarkan dengan hati, mengucapkan dengan lisan dan diamalkan dengan perbuatan. Berdasarkan pengertian tersebut, iman kepada Allah dapat diartikan dengan meyakini dalam hati, mengakui dengan lisan, dan dibuktikan dengan amal perbuatan bahwa Allah ada dengan segala sifat keagungan dan kesempurnaan-Nya.

Orang yang beriman kepada Allah, maka (sebagai bukti) ia akan tunduk, patuh, dan taat terhadap perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya dengan segenap kerelaan yang didasari dengan niat yang baik (husnun niyyat). Allah berfirman dalam QS. Al Baqarah : 177, yang artinya :

"Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar (imannya); dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa."



Ciri-Ciri Iman kepada Allah. Seorang yang beriman kepada Allah memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

1. Bertakwa cuma kepada Allah.
Allah berfirman dalam QS. Al Anfal : 2, yang artinya :

"Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal."


2. Takut kepada Allah.
Orang yang beriman kepada Allah akan memiliki rasa takut dalam hatinya saat mendengar nama Allah, sehingga ia akan senantiasa mematuhi perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. Rasa takut terhadap Allah tersebut timbul sebagai wujud rasa cinta serta pengagungan terhadap-Nya. Hal tersebut sebagaimana firman Allah dalam QS. Al Anfal : 2 tersebut di atas.

3. Menjaga shalat.
Shalat merupakan kewajiban bagi orang yang beriman, sehingga orang yang beriman kepada Allah akan selalu menjaga shalat-nya dan tidak meninggalkannya walaupun bagaimanapun keadaannya. Allah berfirman dalam QS. An Nisa : 103, yang artinya :

"Maka apabila kamu telah menyelesaikan shalat(mu), ingatlah Allah di waktu berdiri, di waktu duduk dan di waktu berbaring. Kemudian apabila kamu telah merasa aman, maka dirikanlah shalat itu (sebagaimana biasa). Sesungguhnya shalat itu adalah fardhu yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman."


4. Terenyuh dikala mendengar bacaan Al Quran.
Al Quran merupakan firman Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW melalui perantaraan malaikat Jibril. Orang yang beriman kepada Allah akan merasa trenyuh dalam hatinya saat mendengarkan lantunan ayat-ayat Al Quran, dan semakin bertambahlah keimanannya terhadap Allah. Sebagaimana firman Allah dalam QS. Al Anfal : 2 tersebut di atas.

Baca juga : Rukun Islam

Ruang Lingkup Iman kepada Allah. Menurut Syaikhul Islam ibnu Taimiyah, dalam "al-Aqidah al-Wasithiyah", menyebutkan bahwa ruang lingkup iman kepada Allah meliputi empat hal, yaitu :

1. Beriman dengan wujud-Nya.
Beriman dengan wujud Allah adalah :
  • beriman bahwa Allah itu benar-benar wujud keberadaan-Nya. Allah bukan hanya sekedar buah pemikiran atau ide manusia. Allah merupakan dzat yang Maha Wujud dan Maha Ada.
  • fitrah seluruh manusia sejak dilahirkan. Setiap anak yang dilahirkan ke dunia secara fitrah dan alami sudah mengakui keberadaan adanya Allah. Fitrah ini sama sekali tidak bisa dipungkiri. Hal tersebut nampak ketika orang meminta pertolongan kepada Tuhannya ketika ia dalam keadaan susah.

2. Beriman dengan rububiyah-Nya.
Beriman dengan rububiyah adalah beriman bahwa Allah adalah satu-satunya yang menciptakan, merajai, dan mengatur seluruh alam. Allah berfirman dalam QS. Al A’raf : 54, yang artinya :

"Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, lalu Dia bersemayam di atas 'Arsy. Dia menutupkan malam kepada siang yang mengikutinya dengan cepat, dan (diciptakan-Nya pula) matahari, bulan dan bintang-bintang (masing-masing) tunduk kepada perintah-Nya. Ingatlah, menciptakan dan memerintah hanyalah hak Allah. Maha Suci Allah, Tuhan semesta alam."


Rububiyah meliputi tiga hal, yaitu:

2.1. Menciptakan.
Seluruh yang ada di langit dan bumi ini adalah makhluk yang diciptakan oleh Allah. Dalam menciptakan seluruh makhluk, Allah tidak membutuhkan bantuan siapapun. Ia menciptakan seluruh langit bumi beserta isinya dengan Esa-Nya. Allah berfirman dalam QS. Al Ahqaf : 4, yang artinya :

"Katakanlah : "Terangkanlah kepadaku tentang apa yang kamu sembah selain Allah; perlihatkan kepada-Ku apakah yang telah mereka ciptakan dari bumi ini atau adakah mereka berserikat (dengan Allah) dalam (penciptaan) langit? Bawalah kepada-Ku Kitab yang sebelum (Al Quran) ini atau peninggalan dari pengetahuan (orang-orang dahulu), jika kamu adalah orang-orang yang benar"."


2.2. Merajai.
Allah adalah satu-satunya raja yang merajai seluruh ciptaan-Nya. Tidak ada raja lain yang bersanding dengan-Nya yang menguasai seluruh makhluk. Tidak ada lagi raja di atas Allah. Seluruh kerajaannya mencakup seluruh langit bumi dan seisinya. Allah berfirman dalam QS. Al Maidah : 120, yang artinya :

"Kepunyaan Allah-lah kerajaan langit dan bumi dan apa yang ada di dalamnya; dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu."


2.3. Mengatur.
Semua yang ada di alam semesta ini tunduk dengan pengaturan yang telah ditetapkan oleh Allah. Tidak ada satupun makhluk yang mampu menolak apa yang telah diatur oleh Allah. Seluruh kejadian yang ada di alam ini seperti bergilirnya siang dan malam, turunnya hujan, berhembusnya angin adalah atas apa yang telah diatur oleh Allah. Makhluk hanya bisa tunduk terhadap adanya kejadian-kejadian tersebut. Tidak ada yang bisa memberhentikan siang atau menunda datangnya malam. Hanya milik Allah lah hak untuk mengatur alam semesta. Sebagaimana firman Allah dalam QS. Al A’raf : 54 tersebut di atas.

3. Beriman dengan uluhiyah-Nya.
Beriman dengan uluhiyah-Nya adalah bertauhid atau menunggalkan Allah dalam hal ibadah kepada-Nya. Ibadah adalah segala sesuatu yang dicintai dan diridhai oleh Allah baik berupa perkataan maupun amalan. Seorang muslim harus meyakini dan mengakui bahwa satu-satunya dzat yang berhak diibadahi atau disembah hanyalah Allah. Tidak ada satupun dari makhluk yang patut dan berhak disembah. Karena segala sesuatu selain Allah hanyalah makhluk yang diciptakan oleh Allah. Allah berfirman dalam QS. Ali Imran : 18, yang artinya :

"Allah menyatakan bahwasanya tidak ada Tuhan melainkan Dia (yang berhak disembah), Yang menegakkan keadilan. Para Malaikat dan orang-orang yang berilmu (juga menyatakan yang demikian itu). Tak ada Tuhan melainkan Dia (yang berhak disembah), Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana."


4. Beriman dengan asma’ wa sifat-Nya.
Beriman dengan asma’ wa sifat adalah mengimani nama-nama Allah dan sifat-sifat Allah yang telah Allah namakan dan sifatkan untuk diri-Nya sendiri dan juga mengimani nama-nama Allah dan sifat-sifat Allah yang telah dinamai dan disifati oleh Rasulullah SAW. Allah berfirman dalam QS. Al A’raf : 180, yang artinya :

"Hanya milik Allah asmaa-ul husna, maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut asmaa-ul husna itu dan tinggalkanlah orang-orang yang menyimpang dari kebenaran dalam (menyebut) nama-nama-Nya. Nanti mereka akan mendapat balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan."


Dalam mengimani asma’ wa sifat-Nya, tugas seorang muslim adalah mengimani hal tersebut sepenuhnya tanpa melakukan hal-hal sebagai berikut :

4.1. Takyif.
Takyif adalah membagaimanakan sifat-sifat yang dimiliki oleh Allah. Dalam mengimani sifat-sifat Allah, seorang muslim dilarang untuk bertanya, diantaranya :
  • bagaimana Allah mendengar ?
  • bagaimana Allah beristiwa’ ?
  • bagaimana Allah melihat ?
Mempertanyakan bagaimana sifat-sifat Allah dapat merusak akidah karena memancing kita ke arah tamtsil atau menyerupakan Allah dengan makhluknya.

4.2. Tamtsil.
Tamtsil adalah menyerupakan atau menyamakan Allah dengan makhluknya. Umumnya, tamtsil adalah akibat dari perbuatan takyif (mempertanyakan sifat Allah).

4.3. Tahrif.
Tahrif adalah merubah-rubah atau memalingkan nama dan sifat Allah yang telah disifati oleh Allah dan Rasul-Nya. Biasanya perbuatan tahrif ini terjadi karena mentakwil ayat-ayat yang sifatnya mutasyabihat.

4.4. Ta’thil.
Ta’thil adalah mengosongkan atau menelantarkan nash-nash yang membicarakan sifat-sifat Allah yang telah di tetapkan oleh Allah dan Rasul-Nya. Perilaku ini mirip dengan tahrif, hanya saja ta’thil tidak mengalihkannya pada sifat yang lain akan tetapi meniadakan atau mengosongkan sifat tersebut. Perbuatan ini adalah perbuatan yang salah karena sama saja dengan tidak mengimani sifat-sifat Allah.

Baca juga : Aqidah Dalam Islam

Hikmah Iman kepada Allah. Iman kepada Allah memiliki banyak hikmah, diantaranya adalah :
  • menambah keyakinan kepada Allah. Allah menciptakan segala yang ada di alam semesta, dan sebagai umat muslim harus lebih mensyukuri segala nikmat yang diberikan Allah kepadanya.
  • menambah ketaatan kepada Allah. Dengan beriman kepada Allah, seorang muslim harus taat kepada perintah Allah dan menjauhi segala larangan Allah.
  • mendamaikan hati. Sebagaimana firman Allah dalam QS. Ar-Ra’ad : 28, yang artinya : "(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram."
  • menyelamatkan hidup manusia di dunia dan di akhirat. Sebagaimana firman Allah dalam QS. Al Mukminin : 52, yang artinya : "Sesungguhnya Kami menolong rasul-rasul Kami dan orang-orang yang beriman dalam kehidupan dunia dan pada hari berdirinya saksi-saksi (hari kiamat)."

Baca juga : Pengertian Shalat

Demikian penjelasan berkaitan dengan pengertian iman kepada Allah, ciri-ciri, ruang lingkup, dan hikmah iman kepada Allah.

Semoga bermanfaat.