Hipotermia, istilah yang sangat familiar bagi para penggiat kegiatan alam bebas, terutama para pendaki gunung. Dalam kondisi tertentu, hipotermia merupakan salah satu momok yang ditakuti oleh para pendaki gunung, karena banyak menyebabkan kematian. Hipotermia tidak saja bisa dialami oleh para pendaki gunung, tapi juga bisa dialami oleh bayi yang baru lahir. Jadi, apakah hipotermia itu ? Pada prinsipnya, hipotermia merupakan hal berbahaya yang membutuhkan penanganan dengan segera.
Tubuh manusia secara otomatis mampu untuk mengatur suhu pada zona termonetral, yaitu antara suhu 36,5 derajat Celcius hingga 37,5 derajat Celcius. Di luar suhu tersebut, respon tubuh untuk mengatur suhu akan aktif menyeimbangkan produksi panas tubuh dengan melepaskan panas dalam tubuh. Apabila tubuh kehilangan panas hingga di bawah suhu 35 derajat Celcius, maka kondisi tersebut akan mengakibatkan hipotermia. Jadi, secara umum hipotermia dapat diartikan sebagai suatu kondisi ketika suhu tubuh menurun drastis hingga di bawah 35 derajat Celcius yang disebabkan oleh paparan suhu dingin. Hipotermia juga dapat diartikan sebagai suatu kondisi di mana tubuh kesulitan mengatur keseimbangan suhu karena tekanan udara dingin.
Baca juga : Sekelumit Tentang Pendakian Gunung
Penyebab Penurunan Suhu Tubuh. Penurunan suhu tubuh yang dapat menyebabkan hipotermia, dapat terjadi karena :
- konduksi. Konduksi terjadi saat panas tubuh berpindah secara langsung pada obyek atau benda yang memiliki suhu lebih dingin dari pada suhu tubuh. Misalnya, saat tubuh berbaring pada permukaan yang dingin.
- konveksi. Konveksi terjadi akibat obyek atau benda (udara, air, dan lain-lain) yang memiliki suhu lebih dingin dari pada suhu tubuh bersentuhan dengan kulit tubuh sehingga mengakibatkan menurunnya panas dari dalam tubuh. Misalnya, kehujanan atau tubuh terendam air saat beraktivitas di luar ruangan, yang suhunya lebih rendah dari tubuh dalam jangka waktu yang lama.
- radiasi. Radiasi dapat terjadi saat gelombang elektromagnetik menyebarkan panas pada lingkungan sekitar. Misalnya, saat kulit tubuh terpapar oleh lingkungan yang memiliki suhu dingin, sehingga menyebabkan keluarnya panas dari dalam tubuh.
- evaporasi atau penguapan. Evaporasi dapat terjadi saat kulit tubuh sedang dalam keadaan lembab atau basah sehingga mengakibatkan panas dalam tubuh akan hilang secara lebih cepat.
Pengertian Hipotermia Menurut Para Ahli. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, hipotermia diartikan dengan keadaan suhu tubuh yang turun hingga di bawah 35 derajat Celcius. Sedangkan dalam "Kamus Istilah Kebidanan", yang disusun oleh Maimunah, disebutkan bahwa yang dimaksud dengan hipotermia adalah temperatur tubuh yang rendah, seperti yang disebabkan oleh pemajanan terhadap cuaca dingin, atau keadaan tubuh yang diinduksi dengan cara menurunkan metabolisme dan dengan demikian menurunkan kebutuhan oksigen. Selain pengertian tersebut, banyak ahli kesehatan juga telah mengemukakan pendapatnya tentang apa yang dimaksud dengan hipotermia, beberapa diantaranya adalah sebagai berikut :
- C.L. Tanto, dkk, dalam bukunya yang berjudul "Kapita Selekta Kedokteran", disebutkan bahwa hipotermia adalah penurunan suhu inti tubuh menjadi di bawah 35 derajat Celcius (atau 95 derajat Fahrenheit) secara involunter.
- Setiati S, dkk, dalam bukunya yang berjudul "Buku Ajar Penyakit Dalam", disebutkan bahwa hipotermia adalah lepasnya panas karena konduksi, konveksi, radiasi, dan evaporasi.
- Asrining Surasmi, dalam bukunya yang berjudul "Perawatan Bayi Berisiko Tinggi", disebutkan bahwa hipotermia adalah peristiwa yang terjadi karena kemampuan untuk mempertahankan panas dan kesanggupan menambah produksi panas sangat terbatas karena pertumbuhan otot-otot yang belum cukup memadai, lemak subkutan yang sedikit, belum matangnya sistem saraf yang mengatur suhu tubuh, luas permukaan tubuh relatif lebih besar dibanding dengan berat badan sehingga mudah kehilangan panas.
Jenis Hipotermia. Berdasarkan etiologinya, hipotermia dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu :
1. Hipotermia Primer.
Hipotermia primer terjadi apabila produksi panas dalam tubuh tidak dapat mengimbangi adanya stres dingin, terutama jika cadangan energi dalam tubuh sedang berkurang. Kelainan panas tersebut dapat terjadi melalui mekanisme konduksi, konveksi, radiasi, evaporasi dan respirasi.
2. Hipotermia Sekunder.
Hipotermia sekunder terjadi karena adanya penyakit atau pengobatan tertentu yang menyebabkan penurunan suhu tubuh. Beberapa faktor yang dapat menyebabkan terjadinya hipotermia sekunder adalah sebagai berikut :
- penyakit endokrin, seperti hipoglikemi, hipotiroid, penyakit addison, diabetes militus, dan lain-lain.
- penyakit kardiovaskuler, seperti infark miokard, gagal jantung kongestif, insufisiensi vascular, dan lain-lain.
- penyakit neurologis, seperti cedera kepada, cidera tulang belakang, alzheimer, tumor, dan lain-lain.
- obat-obatan, seperti klonidin, sedatif, dan neuroleptik.
Gejala Hipotermia. Secara umum, gejala hipotermia diantaranya adalah sebagai berikut :
- merasa kedinginan.
- menggigil terus menerus.
- bibir berwarna biru.
- respon menurun.
- gangguan bicara.
- kaku dan sulit bergerak.
- sesak nafas hingga nafas melambat.
- penurunan kesadaran.
- tidak dapat menghangatkan diri.
- pada bayi, kulit dapat berwarna merah terang, dingin, dan sangat tidak bertenaga.
Selain itu, gejala hipotermia dapat dibedakan berdasarkan tahapannya, yaitu :
1. Hipotermia Ringan.
Hipotermia ringan terjadi saat suhu tubuh di antara 32,2 derajat Celcius hingga 35 derajat Celcius. Dalam kondisi ini :
- tubuh penderita hipotermia akan mengeluarkan reaksi menggigil atau gemetar.
- kulit dingin dan pucat.
- detak jantung cepat dan nafas memburu.
- pembuluh darah menyempit.
- tekanan darah tinggi.
- kelelahan.
- kebingungan.
- meracau.
2. Hipotermia Sedang.
Hipotermia sedang terjadi saat suhu tubuh di antara 28 derajat Celcius hingga 32,2 derajat Celcius. Dalam kondisi ini :
- detak jantung penderita hipotermia tidak teratur.
- tingkat kesadaran mulai menurun.
- pupil mata melebar.
- tekanan darah rendah.
- penurunan refleks.
3. Hipotermia Berat.
Hipotermia berat terjado saat suhu tubuh turun di bawah 28 derajat Celcius. Dalam kondisi ini :
- penderita hipotermia akan mengalami susah untuk bernafas.
- hilangnya kesadaran dan respons
- pupil mata tidak reaktif.
- otot-otot menjadi kaku.
- detak jantung semakin lambat dan akhirnya berhenti.
Biasanya seiring dengan penurunan suhu tubuh, penderita hipotermia akan mengalami kondisi :
- berhenti menggigil atau gemetar.
- tidak merasa kedinginan, malah merasa kepanasan. Dalam tahap ini, biasanya penderita hipotermia akan melepaskan pakaiannya (paradoxical undressing).
- berhalusinasi, bingung, mengantuk, dan kaku.
- berbicara cadel, berguman, dan gagap.
- detak jantung lemah dan menjadi tidak teratur.
- kehilangan kesadaran.
Gejala Hipotermia pada Bayi. Gejala awal hipotermia pada bayi adalah sebagai berikut :
1. Hipotermia ringan.
Bayi mengalami hipotermia ringan, apabila :
- suhu tubuh bayi yang baru lahir di bawah 36 derajat Celcius.
- kedua kaki dan tangan bayi teraba dingin.
- bayi tidak mau minum/menetek.
- tanpak lesu dan mengantuk.
- dalam keadaan berat denyut jantung bayi menurun.
- kulit tubuh bayi mengeras (sklerema).
2. Hipotermia sedang.
Bayi mengalami hipotermia sedang, apabila :
- suhu tubuh bayi antara 32 derajat Celcius hingga 36 derajat Celcius.
- seluruh tubuh bayi teraba dingin.
- aktifitas bayi berkurang (letargis).
- tangisan bayi lemah.
- kulit berwarna tidak rata (cutis mamorata).
- kemampuan menghisap lemah.
3. Hipotermia berat.
Bayi mengalami hipotermia berat, apabila :
- suhu tubuh bayi antara di bawah 32 derajat Celcius
- bibir dan kuku kebiruan.
- pernafasan melambat dan tidak teratur.
- bunyi jantung lambat.
Baca juga : Air Susu Ibu (ASI)
Penyebab Hipotermia. Hipotermia dapat terjadi pada setiap orang, dari bayi hingga orang tua. Namun demikian, terdapat beberapa faktor yang dapat meningkatkan resiko seseorang mengalami hipotermia, yaitu sebagai berikut :
- usia, hipotermia rentan dialami oleh bayi dan orang lanjut usia.
- kelelahan.
- gangguan mental, seperti demensia.
- konsumsi alkohol atau obat-obatan untuk depresi dan obat penenang.
- hipotiroidisme, radang sendi, stroke, diabetes, dan penyakit parkinson.
Terlepas dari hal tersebut, secara umum hipotermia dapat terjadi disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya adalah :
- terlalu lama berada di tempat yang dingin.
- mengenakan pakaian yang kurang tebal saat udara dingin.
- terlalu lama menganakan pakaian yang basah.
- terlalu lama berada di dalam air.
Baca juga : Pendakian Gunung Rinjani
Pengobatan Hipotermia. Terdapat beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk menolong penderita hipotermia, yaitu sebagai berikut :
1. Pertolongan Pertama pada Penderita Hipotermia.
Langkah-langkah yang dapat dilakukan sebagai pertolongan pertama pada penderita hipotermia adalah sebagai berikut :
- batasi pergerakan jika tidak dibutuhkan, jangan memijat atau menggosok tubuh penderita hipotermia, karena hal tersebut dapat memicu berhentinya kerja jantung.
- pindahkan dari lokasi yang dingin atau hangatkan tubuh penderita hipotermia.
- ganti pakaian yang basah dengan cara menggunting pakaian tersebut untuk menghindari pergerakan yang belebihan.
- gunakan selimut atau jaket untuk menghangatkan tubuh penderita hipotermia.
- pantau pernafasan, jika pernafasan penderita hipotermia berhenti atau tampak sangat rendah segeralah mulai melakukan nafas buatan (CPR).
- sediakan minuman hangat dan manis, jika penderita sadar dan mampu menelan.
- gunakan kompres hangat dan kering, yaitu dengan cara memasukkan air panas ke dalam botol atau dengan cara memanaskan handuk. Letakkan kompres hanya pada leher, dada, dan pangkal paha.
- jangan menggunakan panas langsung, seperti air panas, bantal pemanas, atau lampu pemanas pada penderita hipotermia, karena panas ekstrem dapat merusak kulit atau menyebabkan detak jantung tidak teratur hingga berhentinya jantung.
2. Pengobatan Secara Medis.
Untuk pengobatan secara medis dilakukan dengan melihat tingkat keparahan hipotermia. Namun demikian, dalam kondisi darurat, terdapat beberapa hal yang dapat dilakukan untuk meningkatkan suhu tubuh, yaitu sebagai berikut :
- Upaya penghangatan. Dapat dilakukan untuk penderita hipotermia ringan, yaitu dengan cara menutupi tubuhnya dengan selimut dan memberikan air hangat untuk diminum.
- Upaya menghangatkan darah kembali. Metode umum untuk menghangatkan darah adalah dengan menggunakan mesin hemodialisis yaitu alat yang digunakan untuk menyaring darah pada orang dengan fungsi ginjal yang buruk.
- Cairan intravena hangat. Larutan garam air intravena yang hangat dapat dimasukkan ke dalam vena untuk membantu menghangatkan darah.
- Penghangat melalui udara. Penggunaan oksigen yang dilembabkan melalui masker atau tabung hidung dapat menghangatkan saluran udara dan membantu meningkatkan suhu tubuh.
- Irigasi. Larutan air asin hangat dapat digunakan untuk menghangatkan area tubuh tertentu, seperti area sekitar paru-par atau rongga perut. Cairan hangat dimasukkan ke daerah yang terkena melalui kateter.
Pengobatan atau Penanganan Hipotermia pada Bayi. Menurut A.P. Rahayu dalam bukunya yang berjudul "Buku Ajar Keperawatan Maternitas", disebutkan bahwa untuk menangani bayi yang mengalami hipotermia dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :
- hangatkan bayi dengan penyinaran atau inkubator.
- menggunakan metode kanguru, yaitu dengan memanfaatkan panas tubuh dari ibu. Caranya, bayi ditelungkupkan di dada ibu sehingga terjadi kontak langsung dengan kulit ibu. Untu menjaga kehangatan, maka bayi dan ibu harus berada dalam satu pakaian atau satu selimut sehingga suhu bayi tetap hangat didekapan ibu.
- Apabila suhu bayi tetap dingin, maka selimuti bayi dan ibu dengan pakaian atau selimut yang telah diseterika terlebih dahulu, dilakukan secara berulang sampai suhu tubuh bayi kembali hangat.
- bayi yang mengalami hipotermia biasanya akan mengalami hipoglikemia, sehingga ibu harus memberikan bayinya air susu ibu sedikit demi sedikit tetapi sering. Bila bayi tidak mau menghisap atau refleks hisapnya lemah, maka dapat diberikan infus glukosa 10 % sebanyak 60 - 80 ml/kg per hari.
Baca juga : Misteri Gunung Lawu
Komplikasi Hipotermia. Hipotermia harus segera ditangani, hal tersebut untuk menghindarkan terjadinya komplikasi. Komplikasi hipotermia dapat berupa :
- frosbite, adalah cidera pada kulit dan jaringan di bawahnya karena membeku.
- gangren, adalah kerusakan jaringan.
- chilblain, adalah peradangan pembuluh darah kecil dan saraf pada kulit.
- trench foot, adalah rusaknya pembuluh darah dan saraf pada kaki akibat terlalu lama terendam air.
Baca juga : Misteri Gunung Merapi (Pasar Bubrah)
Pencegahan Hipotermia. Terjadinya hipotermia dapat dicegah. Beberapa langkah mudah yang dapat dilakukan untuk mencegah hipotermia, yaitu :
- menjaga agar tubuh tetap kering, diantara dapat dilakukan dengan tidak mengenakan pakaian basah dalam waktu yang lama, atau segera mengganti pakaian yang basah dengan yang kering.
- mengenakan pakaian sesuai dengan kondisi cuaca dan iklim serta kegiatan yang akan dilakukan, terutama ketika hendak mendaki gunung.
- melakukan gerakan-gerakan yang dapat menghangatkan tubuh.
- menggunakan penutup kepala, syal, sarung tangan, kaus kaki, atau sepatu boot saat beraktivitas di luar rumah.
- mengkonsumsi minuman dan makanan yang hangat, hindari minuman berakhohol dan kafein.
Sedangkan untuk mencegah hipotermia pada bayi dan anak-anak, cara yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut :
- jaga suhu kamar agar selalu hangat.
- pakaikan jaket atau pakaian yang tebal, ketika anak-anak akan beraktivitas di luar ruah saat suhu udara dingin.
- segera bawa ke ruangan yang hangat, jika mereka mulai menggigil.
Pencegahan dan Penanganan Hipotermia pada Bayi. Menurut Afandi dalam bukunya yang berjudul "Pelatihan Klinik Asuhan Persalinan Normal", disebutkan bahwa terdapat beberapa hal yang bisa dilakukan untuk pencegahan terjadinya hipotermia pada bayi, yaitu :
- keringkan tubuh bayi dengan seksama. Keringkan bayi dengan handuk atau kain lembut yang telah disiapkan. Pastikan tubuh bayi benar-benar kering setelah dilahirkan untuk mencegah terjadinya kehilangan panas karena evaporasi cairan ketuban pada tubuh bayi.
- selimuti bayi dengan selimut atau kain bersih yang telah disiapkan.
- selimuti bagian kepala bayi. Bagian kepala bayi mempunyai luas permukaan yang relatif luas dan banyi akan dengan cepat kehilangan panas jika bagian kepala tidak ditutupi atau diselimuti.
- tempatkan bayi pada ruangan yang panas, yaitu antara suhu 28 derajat Celcius hingga 30 derajat Celcius.
- anjurkan ibu untuk memeluk dan menyusui bayinya.
- jangan segera menimbang atau memandikan bayi yang baru lahir, karena bayi yang baru lahir akan cepat dan mudah kehilangan panas tubuhnya.
Baca juga : Pendakian Gunung Kinabalu
Perbedaan antara Hipotermia, Frostbite, dan Altitude Sickness. Bagi para pendaki gunung, tiga kondisi tersebut pasti tidak asing. Ketiganya merupakan kondisi yang berbahaya dalam pendakian gunung. Berikut perbedaan antara hipotermia, frostbite, dan altitude sickness :
1. Hipotermia.
- suatu kondisi saat suhu tubuh mengalami penurunan suhu hingga di bawah 35 derajat Celcius, yang diakibatkan karena cuaca atau iklim yang dingin.
- menyerang suhu tubuh secara keseluruhan.
- hipotermia dapat menyebabkan frostbite.
- hipotermia dapat mengakibatkan kematian.
2. Frostbite.
- suatu kondisi di mana jaringan tubuh membeku atau cidera pada kulit dan jaringan di bawahnya karena membeku.
- seseorang yang terkena frostbite tidak akan merasakan apa-apa, tidak ada peringatan dari tubuh.
- sama halnya dengan hipotermia, hanya saja pada kondisi frostbite penurunan suhu tubuh hanya terjadi pada bagian tubuh tertentu, khususnya bagian tubuh yang terbuka dan kurang terlindungi, seperti jari tangan, jari kaki, hidung, kuping, dagu, dan pipi.
- frostbite dapat diatasi dengan jalan segera menghangatkan bagian tubuh yang terserang frostbite dengan air hangat yang bersuhu 40 derajat Celcius. Jangan terlalu panas airnya, karena dapat membuat luka semakin parah.
- frostbite belum tentu hipotermia.
3. Altitude Sickness.
- suatu kondisi di mana tubuh kekurangan oksigen karena menerima tekanan udara yang hebat saat berada di ketinggian.
- altitude sickness dapat membuat gelembung paru-paru (alveolus) bocor, hingga menyebabkan akumulasi cairan pada otak dan paru-paru.
- gejala altitude sickness diantaranya adalah merasakan mual, tidak nafsu makan, dan sakit kepala saat berada di ketinggian. Apabila merasakan hal tersebut, segeralah turun hingga sejauh 500 meter dari titik terakhirnya. Hal tersebut dilakukan agar tubuh secara pelan-pelan dapat beradaptasi di ketinggiannya.
- altitude sickness dapat menyebabkan kematian.
Demikian penjelasan yang berkaitan dengan pengertian hipotermia, jenis, gejala, penyebab, cara pengobatan dan pencegahan hipotermia, serta perbedaan antara hipotermia, frostbite, dan altitude sickness.
Semoga bermanfaat.