Sekelumit Tentang Pendakian Gunung

Silahkan Bagikan Tulisan-Artikel ini :
Kode etik kegiatan alam bebas, terutama mendaki gunung yang mesti diikuti :
  • Tidak meninggalkan sesuatu kecuali jejak (leave nothing but footprints).
  • Tidak mengambil sesuatu kecuali gambar/foto (take nothing but picture).
  • Tidak membunuh sesuatu kecuali waktu (kill nothing but time).
Kegiatan pendakian gunung, semakin hari semakin diminati banyak orang. Buat orang awam kegiatan ini tetap saja selalu mengundang pertanyaan, "Mau apa naik gunung ?". Andai pertanyaan yang sepele itu diajukan  pada  anda,  para pendaki gunung (anak-anak Pecinta Alam), jawaban apa yang akan anda berikan ?

George F. Mallory, seorang pendaki Inggris yang hilang di puncak Everest pada tahun 1924, menjawab singkat, "Because it's there." Karena gunung itu ada, maka di daki. Sementara Soe Hok Gie, anggota Mapala UI yang meninggal di Puncak Semeru, pada tahun 1969 menjawab, "Karena aku mencintai hidup." Sedangkan Norman Edwin, seorang pendaki yang meninggal di gunung Aconcagua, Argentina, menjawab, "Karena aku menghargai kehidupan ini."

Pendorong orang naik gunung adalah lebih karena faktor psikologis, kepuasan batin di saat mencapai puncak bersama rekan timnya, setelah melewati berbagai rintangan, dan yang lebih utama adalah bisa merasakan keagungan dan keindahan ciptaan Tuhan atas alam ini.

Mendaki gunung merupakan kegiatan yang menarik, mengasyikkan, menantang, dan beresiko. Resiko yang timbul dalam kegiatan alam bebas, khususnya mendaki gunung, bisa dibedakan menjadi 2 kelompok :
  1. Yang berasal dari faktor manusia, yaitu pendaki itu sendiri. Diantaranya, karena rasa takabur dengan meremehkan alam, kurangnya persiapan mental dan fisik, minimnya perlengkapan dan peralatan yang dipakai, keahlian, dan lain-lain.
  2. Yang berasal dari faktor alam. Resiko ini terjadi sebagai akibat dari aktivitas alam, misalnya gempa bumi, badai, tanah longsor, dan lain-lain.
Fakta yang terjadi di lapangan membuktikan bahwa sebagian besar musibah yang terjadi  dalam pendakian gunung adalah karena faktor manusia (human error). Resiko karena faktor manusia ini memang tidak bisa dihindari, tapi setidaknya bisa diminimalisir akibatnya.

Penyakit gunung (mountain sickness) merupakan penyakit yang sering menyerang para pendaki gunung. Pada umumnya penyakit ini disebabkan karena ketinggian, cuaca, dan perbedaan suhu yang terlalu tinggi. Ada beberapa penyakit gunung yang harus diwaspadai oleh para pendaki gunung, diantaranya hypothermia dan hipoksia. Hypothermia merupakan penyakit yang disebabkan karena menurunnya suhu tubuh secara drastis sehingga si korban mengalami halusinasi. Gejala hypothermia antara lain : korban membuka baju, berbicara ngelantur, dan berperilaku seperti orang tidak waras. Sedangkan Hypoksia disebabkan kurangnya oksigen dalam otak karena faktor ketinggian. Gejala hypoksia antara lain : pusing, mual, nafas sesak, tidak nafsu makan, kedinginan, badan lemas, detak jantung keras. Penyakit ini akan hilang dengan sendirinya, apabila penderita dibawa turun dengan ketinggian tertentu.

Yang penting dalam pendakian gunung, selain persiapan fisik dan mental adalah perlengkapan pendakian. Perlengkapan pendakian sendiri dibedakan menjadi dua, yaitu perlengkapan tim dan perlengkapan pribadi. Perlengkapan tim antara lain : tenda dome, peralatan masak, peralatan makan, peralatan navigasi (kompas, peta topografi, GPS, dan lain-lain), peralatan dokumentasi, obat-obatan, dan lain-lain. Sedangkan peralatan pribadi, antara lain : carrier, bag cover, sleeping bag, matras, sepatu tracking, senter, perlengkapan mandi, pakaian, alat tulis, alat jahit, dan lain-lain.

Hal yang penting tapi sering diabaikan adalah masalah pengepakan barang (packing), terutama sering dilakukan oleh para pemula. Padahal packing sangat mempengaruhi kenyamanan dalam perjalanan. Packing merupakan seni, berdifat fleksibel, tergantung situasi dan kondisi. Pada prinsipnya, aturan packing adalah sebagai berikut :
  1. Bagian bawah, diisi sleeping bag, pakaian ganti,
  2. Bagian tengah, diisi jerijen, nesting, peralatan masak.
  3. Bagian atas, diisi logistik, peralatan mandi,dan lain-lain.
  4. Bagian kepala carrier, diisi raincoat/ponco, senter, botol minum, alat tulis, dan P3K.

Tenda dome dan flysheet bisa diletakkan di atas, agar apabila cuaca memburuk tenda dapat segera dipasang. Barang-barang ditaruh dibagian atas atau bagian bawah berdasarkan keperluan. Barang yang sering dipakai sebagiknya ditaruh di bagian atas, seperti air minum dan peralatan masak. Sementara barang yang jarang dipakai ditaruh dibagian bawah, seperti pakaian ganti dan sleeping bag. Manfaatkan ruang kosong seefektif mungkin. Ada 3 hal penting yang harus diperhatikan dalam packing, yaitu : seimbang (balance), nyaman (comfort), dan aman (safety).

Dalam pendakian gunung, beberapa hal yang bisa kita jadikan sebagai pegangan :
  • Bukan gunung yang kita taklukkan, tetapi diri kita sendiri.
  • Karena gunung itu ada, amak kita daki.
  • Mimpikan, rencanakan, lakukan
  • Setinggi-tingginya manusia, lebih tinggi Tuhan Yang Maha Mencipta.

Bagaimana Gunung Bisa Tinggi ?
Apakah gunung tumbuh seperti manusia, sedikit demi sedikit bertambah tinggi atau memang gunung itu tiba-tiba ada dan langsung tinggi ? Gunung tumbuh dengan dua cara utama, yaitu :
  1. Lapisan paling luar bumi, yang biasa disebut mantel, terdiri dari 20 lempengan yang saling bertumpuk. Perlahan-lahan, tumpukan itu saling beradu satu dengan yang lain. Akibatnya, timbul gempa bumi di sana sini. Dalam waktu jutaan tahun, lempengan itu bergeser, membentuk tonjolan yang terus naik sedikit demi sedikit. Menurut penelitian para ahli geologi, pegunungan Himalaya sampai sekarang masih terus tumbuh dengan kecepatan 6 centimeter per tahun.
  2. Gunung terbentuk lewat sumber panas yang kita kenal dengan gunung api. Ketika lahar memaksa keluar ke permukaan, alirannya yang menjalar ke mana-mana menambah tinggi sebuah gunung. Itulah yang terjadi di gunung Fuji, Jepang dan Erebus di Antartika. Setiap kali gunung meletus, laharnya menambah tinggi gunung.
Berikut daftar gunung tertinggi di masing-masing benua : 
  • Asia : Everest, di Tibet dengan tinggi 8.850 meter dpl.
  • Australia : Kosciusko, dengan tinggi 2.228 meter dpl.
  • Afrika : Kilimanjaro, di Tanzania dengan tinggi 5.895 meter dpl.
  • Eropa : Elbrus, di Rusia dengan tinggi 5.642 meter dpl.
  • Amerika Utara : McKinley, di Alaska dengan tinggi 6.194 meter dpl.
  • Amerika Selatan : Aconcagua, di Argentina dengan tinggi 6.960 meter dpl.
  • Antartika : Vinson Massif, dengan tinggi 4.897 meter dpl.

Semoga bermanfaat.