Pengertian Agama. Agama merupakan perpaduan antara kepercayaan dan sejumlah upacara yang diselenggarakan oleh masyarakat. Hal tersebut dikarenakan masalah agama adalah juga merupakan masalah pribadi yang menyangkut hak asasi setiap manusia dalam berhubungan dengan Tuhan
Secara etimologi, “agama” berasal dari bahasa Sansekerta, yang terdiri dari dua kata, yaitu “a” yang berarti “tidak” dan “gam” yang berarti “pergi”. Sehingga secara harfiah, agama berarti “tidak pergi, tetap di tempat, diwarisi turun temurun”. Sedangkan Hasnah Nasution, dalam “Filsafat Agama”, menyebutkan bahwa kata “agama” dalam bahasa Sansekerta terdiri dari dua suku kata, yaitu ”a” yang berarti “tidak”, dan “gama” yang berarti “kacau”. Sehingga agama berarti “tidak kacau”.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), agama diartikan dengan ajaran, sistem yang mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa serta tata kaidah yang berhubungan dengan pergaulan manusia dan manusia serta lingkungannya.
Secara terminologi, agama dapat diartikan sebagai suatu sistem kepercayaan kepada Tuhan yang dianut oleh sekelompok manusia dengan selalu mengadakan interaksi dengan-Nya. Pokok persoalan yang dibahas dalam agama adalah eksistensi Tuhan. Tuhan dan hubungan manusia dengan-Nya merupakan aspek metafisika, sedangkan manusia sebagai makhluk dan bagian dari benda alam termasuk dalam kategori fisika. Agama merupakan kebutuhan paling esensial manusia yang bersifat universal. Oleh karenanya, agama adalah kesadaran spiritual yang di dalamnya ada satu kenyataan di luar kenyataan yang tampak, yaitu bahwa manusia selalu mengharap belas kasih, bimbingan tangan, serta belaian Tuhan, yang secara ontologis tidak bisa diingkari walaupun oleh manusia yang paling komunis sekalipun.
Abdullah Ali, dalam “Agama dalam Ilmu Perbandingan”, menjelaskan bahwa terdapat beberapa kriteria yang dapat dirumuskan menyangkut faktor-faktor penting yang harus dimiliki oleh suatu agama, yaitu :
- adanya sistem keyakinan atau kepercayaan terhadap Tuhan sebagai Zat Maha Pencipta dan Maha Suci.
- adanya sistem persembahan berisi peraturan tata cara pelaksanaan ibadah atau peribadatan manusia terhadap Tuhan yang telah diyakininya.
- adanya kitab suci yang menghimpun hukum atau peraturan ketetapan Tuhan sebagai pedoman bagi para pemeluknya.
- adanya Rasul utusan Tuhan yang menyampaikan ajaran Tuhan itu kepada manusia agar mematuhi segala perintahNya dan menjauhi larangan-Nya.
Baca juga : Pengertian Dan Pengelompokkan Kafir
Selain itu, pengertian agama juga dapat dijumpai dalam beberapa pendapat yang dikemukakan oleh para ahli, diantaranya adalah :
- Emile Durkheim, dalam “Sejarah Agama”, menyebutkan bahwa agama adalah suatu sistem yang terpadu yang terdiri atas kepercayaan dan praktik yang berhubungan dengan hal yang suci.
- Sidi Gazalba, dalam “Azas Agama Islam”, menyebutkan bahwa agama adalah kecenderungan rohani manusia, yang berhubungan dengan alam semesta, nilai yang meliputi segalanya, makna yang terakhir, serta hakekat dari semuanya itu.
- Harun Nasution, dalam “Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya”, menyebutkan bahwa agama apabila dilihat dari sudut muatan atau isi yang terkandung di dalamnya adalah suatu kumpulan tentang tata cara mengabdi kepada Tuhan yang terhimpun dalam suatu kitab, selain itu beliau mengatakan bahwa agama merupakan suatu ikatan yang harus dipegang dan dipatuhi.
Unsur Agama. Terdapat tiga unsur pokok dalam agama, yaitu :
1. Manusia.
Manusia merupakan mahluk yang memiliki akal budi, dapat berpikir dan berusaha dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Dalam hal ini, manusia adalah umat atau penganut suatu agama yang berpikir dan percaya bahwa ada sesuatu di luar dirinya yang memiliki kuasa dan kekuatan yang tidak bisa dijelaskan dengan hukum alam.
2. Penghambaan.
Penghambaan bukan berarti perbudakan, tetapi lebih kepada adanya kebutuhan manusia akan kedudukannya dihadapan sang penciptanya. Penghambaan manusia kepada Tuhan akan melibatkan banyak hal, seperti : simbol-simbol agama, praktik agama, serta pengalaman keagamaan manusia itu sendiri.
3. Tuhan.
Tuhan dapat dipahami sebagai roh maha kuasa dan asas dari suatu kepercayaan. Dalam ajaran teisme, Tuhan adalah pencipta sekaligus pengatur segala kejadian di alam semesta.
Harun Nasution menjelaskan bahwa terdapat empat unsur dalam agama yaitu :
- Kepercayaan terhadap kekuatan gaib. Kekuatan gaib dapat mengambil bentuk yang bermacam-macam. Dalam agama primitif kekuatan gaib tersebut dapat mengambil bentuk benda-benda yang memiliki kekuatan misterius (sakti), ruh atau jiwa yang terdapat pada benda-benda yang memiliki kekuatan misterius, dewa-dewa dan Tuhan atau Allah dalam istilah yang lebih khusus dalam agama Islam. Kepercayaan pada adanya Tuhan dalah dasar yang utama sekali dalam paham keagamaan.
- Kepercayaan bahwa kebahagiaan, kesejahteraan dan kebahagiaan yang dicari akan hilang pula. Hubungan baik ini selanjutnya diwujudkan dalam bentuk peribadatan, selalu menginat-Nya, melaksanakan segala perintahNya, dan menjauhi larangan-Nya.
- Respon yang bersifat emosional dari manusia. Repon tersebut dapat mengambil bentuk rasa takut, seperti yang terdapat pada agama primitif, atau perasaan cinta seperti yang terdapat pada agama-agama monoteisme. Selanjutnya respon tersebut mengambil bentuk dan cara hidup tertentu bagi masyarakat yang bersangkutan.
- Paham adanya yang kudus (sacred) dan suci. Baik dalam bentuk kekuatan gaib, maupun dalam bentuk kitab suci yang mengandung ajaran-ajaran agama yang bersangkutan, tempat-tempat tertentu, peralatan untuk menyelenggarakan upacara, dan lain sebagainya.
Sedangkan Donald Light, Suzanne Keller, dan Craig Calhoun, dalam “Sociology”, menjelaskan bahwa agama memiliki beberapa unsur sebagai berikut :
- adanya kepercayaan terhadap agama yang menjadi prinsip dan mengandung suatu kebenaran yang tidak dapat diragukan lagi.
- adanya simbol dari sebuah agama yang menjadi identitas.
- adanya praktik dalam keagamaan yang menjadi suatu bentuk konkret adanya hubungan antara manusia dengan Tuhannya dan hubungan antar umat beragama.
- adanya pengalaman keagamaan baik itu berbentuk pengalaman yang diyakini penganutnya ataupun secara pribadi.
- adanya umat yang beragama yaitu masing masing penganut agama yang bersangkutan.
Baca juga : Pengertian Munafik Dalam Islam
Fungsi Agama. Pembahasan tentang fungsi agama dapat dibatasi pada dua fungsi, yaitu :
1. Fungsi integratif agama.
Peranan sosial agama sebagai faktor integratif bagi masyarakat berarti peran agama dalam menciptakan suatu ikatan bersama, baik diantara anggota-anggota beberapa masyarakat maupun dalam kewajiban-kewajiban sosial yang membantu mempersatukan mereka. Hal tersebut dikarenakan nilai-nilai yang mendasari sistem-sistem kewajiban sosial didukung bersama oleh kelompok-kelompok keagamaan, sehingga agama menjamin adanya konsensus dalam masyarakat.
2. Fungsi disintegratif agama.
Agama memiliki peranan sebagai kekuatan yang mempersatukan, mengikat, dan memelihara eksistensi suatu masyarakat, namun pada saat yang sama agama juga dapat memainkan peranan sebagai kekuatan yang mencerai-beraikan, memecah-belah bahkan menghancurkan eksistensi suatu masyarakat. Hal tersebut merupakan konsekuensi dari begitu kuatnya agama dalam mengikat kelompok pemeluknya sendiri sehingga seringkali mengabaikan bahkan menyalahkan eksistensi orang lain yang dianggap menyalahi aturan- aturan yang ada dalam wahyu.
Berdasarkan pembatasan tersebut, secara umum agama memiliki fungsi sebagai berikut :
- sebagai pedoman hidup manusia dalam kehidupan sehari-hari, baik secara individu maupun kelompok.
- sebagai sumber aturan tata cara hubungan manusia dengan Tuhannya, dan juga sesama manusia.
- sebagai pedoman bagi manusia dalam mengungkapkan rasa kebersamaan dengan sesama manusia.
- sebagai pedoman perasaan keyakinan manusia terhadap sesuatu yang luar biasa (supranatural) di luar dirinya.
- sebagai cara manusia mengungkapkan estetika/ keindahan alam semesta dan segala isinya.
- sebagai cara untuk memberikan identitas kepada manusia sebagai umat dari suatu agama.
Tujuan Agama. Tujuan dari agama diantaranya adalah :
- menyampaikan firman Tuhan kepada umat beragama, berupa ajaran-ajaran kebaikan dan aturan berperilaku bagi manusia.
- membimbing manusia dalam menjalani kehidupannya dengan cara lebih baik melalui pengajaran dan aturan, dimana ajaran dan aturan tersebut dipercaya berasal dari Tuhan.
- membimbing manusia menjadi individu yang berakal baik dan dapat menemukan kebahagiaan di dunia dan akhirat.
- membuka jalan bagi manusia yang ingin bertemu dengan penciptanya, yaitu Tuhan Yang Maha Esa, ketika mati kelak.
Tipologi Agama. Secara umum, terdapat dua tipologi dalam agama, yaitu :
1. Tipologi agama Berdasarkan latar belakang sosial ekonomi masyarakat.
Elizabet K. Notthigham, dalam “Agama dan Masyarakat: Suatu pengantar Sosiologi Agama”, menjelaskan bahwa terdapat tiga tipe umum masyarakat :
- masyarakat dengan nilai-nilai sakral yang kuat sekali.
- masyarakat dengan nilai-nilai sekuler.
- masyarakat yang berada di antara keduanya.
2. Tipologi agama berdasarkan pandangan teologisnya.
Dadang Kahmad, dalam “Sosiologi Agama: Potret Agama dalam Dinamika Konflik”, menjelaskan bahwa para teolog agama Kristen menggunakan pendekatan tipologi tripolar yang dipopulerkan oleh Alan Rice dalam memandang agama-agama lain. Berdasarkan pendekatan tersebut, terdapat tiga tipologi agama, sebagai berikut :
- eksklusivisme, yaitu memandang bahwa keselamatan dan kebenaran hanya ada dalam agama Kristen.
- inklusivisme, yaitu memandang bahwa agama-agama lain pun yang berada di luar Kristen berada dalam rahmat Allah dan bisa diselamatkan melalui jalan yang hanya ada dalam Yesus Kristus,
- pluralism, yaitu memandang bahwa Allah merupakan sesuatu yang nyata yang dapat dikenali melalui berbagai jalan menuju pada satu, yang nyata yaitu Allah.
Tingkatan Agama. Dalam agama Islam, terdapat tiga tingkatan agama (dien), yaitu :
1. Islam.
Islam berarti berserah diri kepada Allah ta’ala dengan mentauhidkan-Nya, tunduk kepada-Nya dengan ketaatan serta berlepas diri dari syirik.
2. Iman.
Iman berarti percaya kepada Allah, Malaikat-Nya, Kitab-kitab-Nya, Rasul-Nya hari akhir, dan takdirnya.
3. Ihsan.
Ihsan berarti menyembah kepada Allah seakan-akan engkau melihat-Nya.
Baca juga : Hubungan Antara Filsafat Dan Agama
Demikian penjelasan berkaitan dengan pengertian agama, unsur, fungsi, tujuan, dan tipologi agama, serta tingkatan agama.
Semoga bermanfaat.