Zaman Mesolitikum : Pengertian, Manusia Pendukung, Dan Ciri-Ciri Zaman Mesolitikum, Serta Kebudayaan Dan Peralatan Peninggalan Zaman Mesolitikum

Silahkan Bagikan Tulisan-Artikel ini :
Pengertian Zaman Mesolitikum. Istilah "mesolitikum" berasal dari bahasa Yunani, yaitu "mesos" yang berarti tengah, dan "lithos" yang berarti batu. Sehingga berdasarkan arti istilah tersebut, zaman mesolitikum dapat diartikan dengan zaman batu tengah atau zaman batu madya, yaitu periode perkembangan manusia antara zaman paleolitikum (zaman batu tua) dan zaman neolitikum (zaman batu muda), yang diperkirakan berlangsung pada masa holosen sekitar 10.000 hingga 20.000 tahun yang lalu.

Istilah zaman mesolitikum pertama kali digunakan oleh John Lubbock dalam makalahnya yang berjudul "Pre-historic Times", yang diterbitkan pada tahun 1865, dan istilah zaman mesolitikum dipopulerkan oleh V. Gordon Childe dalam bukunya yang berjudul "The Dawn of Europe", yang diterbitkan pada tahun 1947.

Kehidupan masyarakat di zaman mesolitikum tidak jauh berbeda dengan kehidupan masyarakat di zaman sebelumnya yaitu zaman paleolitikum. Hanya saja, masyarakat pada zaman mesolitikum lebih pintar dibanding masyarakat sebelumnya. Mereka sudah mulai hidup menetap dan mulai mencoba bercocok tanam untuk memenuhi kebutuhan hidupnya selain berburu. Sedangkan hasil kebudayaan pada zaman mesolitkum juga masih sangat sederhana namun sudah lebih maju dibandingkan kebudayaan pada masa sebelumnya yaitu zaman zaman paleolitikum. Hal ini dikarenakan :
  • keadaan alam pada zaman mesolitikum dalam kondisi yang sudah lebih stabil, yang memungkinkan manusia untuk bisa hidup dengan lebih tenang, sehingga dapat mengembangkan kebudayaannya
  • masyarakat zaman mesolitikum berasal dari jenis Homo sapien, yaitu mahluk yang lebih cerdas dibandingkan dengan sebelumnya.


Manusia Pendukung Zaman Mesolitikum. Pendukung dari kebudayaan mesolitikum Homo Sapiens, yang mayoritas dari ras Melanosoid yang diperkirakan sebagai nenek moyang dari suku bangsa Papua sekarang dan minoritas dari ras Mongoloid. Hal tersebut terbukti dengan ditemukannya fosil-fosil manusia ras melanesoid, baik pada kebudayaan tulang Sampung ataupun di bukit-bukit Kerang di Sumatera.

Baca juga : Pengertian Artefak

Ciri-Ciri Zaman Mesolitikum. Ciri-ciri masyarakat yang hidup pada zaman mesolitikum adalah :
  • masyarakatnya sudah mulai mencoba untuk hidup menetap, seperti di goa-goa, tidak lagi nomaden.
  • sudah mengenal teknik bercocok tanam meskipun secara sederhana, tetapi juga masih berburu untuk mengumpulkan makanan.
  • alat-alat hasil kebudayaan zaman mesolitikum tidak jauh berbeda dengan alat-alat zaman paleolitikum namun sudah lebih halus.
  • masyarakatnya sudah mampu membuat kerajinan dari gerabah.
  • ditemukannya sampah dapur yang disebut kjokenmondinger, yang menunjukan bahwa manusia pendukung zaman mesolitikum sudah mengetahui cara mengolah makanan.


Kebudayaan Peninggalan Zaman Mesolitikum. Beberapa kebudayaan peninggalan zaman mesolitikum adalah :

1. Abris sous roche.
Istilah abris sous roche secara harfiah berarti tinggal dalam goa, sesuai dengan arti dari masing-masing kata abris berarti tinggal, sous berarti dalam, dan roche berarti gua. Abris sous roche merupakan goa yang mirip ceruk batu karang yang dipergunakan oleh manusia prasejarah zaman mesolitikum sebagai tempat tinggal. Abris sous roche pertama diteliti oleh Pieter Vincent van Stein Callenfels antara tahun 1928 sampai dengan tahun 1931 di gua Lawa, Sampung, Ponorogo, Jawa Timur. Artefak-artefak prasejarah yang ditemukan sebagian besar terbuat dari tulang sehingga kebudayaan ini disebut dengan Sampung Bone Culture.

Selain itu, penelitian terhadap abris sous roche juga dilakukan oleh Alfred Buhler di daerah Timor dan Rote. Di situs Timor dan Rote tersebut , Alfred Buhler menemukan flakes culture dari batu kalsedon bertangkai dan artefak-artefak ini diduga adalah peninggalan bangsa Papua Melanesoid.

Abris sous roche juga ditemukan di goa Leang Pattae di daerah Lamancong, Sulawesi Selatan. Kebudayaan prasejarah ini kemudian disebut dengan Kebudayaan Toala. Inti dari kebudayaan Toala adalah flakes dan pebble. Kebanyakan penemuan kebudayaan Toala terdiri dari alat-alat dari batu berbentuk seperti batu api dari Eropa, seperti kaleson, jaspis, obsidian dan kapur. Di Kebudayaan Toala, orang meninggal dikuburkan dalam goa dan ketika tulang-tulang mayat telah mengering akan diambil kembali. Tulang-tulang ini kemudian diberikan kepada keluarganya sebagai kenang-kenangan.

2. Kjokkenmoddinger.
Kjokkenmoddinger adalah istilah arkeologis yang berasal dari bahasa Denmark, yaitu kjokken yang berarti dapur, dan modding yang berarti sampah. Berdasarkan arti istilah tersebut, kjokkenmoddinger dapat diartikan dengan sampah dapur, yang berupa tumpukan fosil kulit kerang dan siput yang tingginya kira-kira 7 meter. Sebagian besar fosil sampah dapur ini ditemukan di sepanjang pantai timur Sumatera, antara Medan sampai Langsa. Penemuan kjokkenmoddinger ini membuktikan bahwa masyarakat zaman mesolitikum sudah hidup menetap.

3. Budaya Bacson Hoabinh.
Bacson Hoabinh merupakan sebuah budaya yang ditemukan di Bukit Kerang dan gua di Sumatera Timur, Indo-china, dan Malaka. Hal yang unik dari budaya ini adalah ketika seseorang meninggal dunia maka tubuhnya akan diposisikan dalam posisi jongkok dan kemudian dicat warna merah.

4. Lukisan di Dinding Gua.
Peninggalan kebudayaan zaman mesolitikum yang lain adalah lukisan yang terdapat di dinding gua. Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh dua orang bersaudara, yaitu Roder dan Galis, terutama pada lukisan gua yang berada di daerah Papua, terdapat bukti bahwa tujuan dari dibuatnya lukisan tersebut diantaranya adalah :
  • sebagai bagian dari ritual agama, seperti ucapan untuk menghormati nenek moyang mereka , upacara inisiasi, dan upacara memohon kesuburan, serta upacara meminta hujan.
  • untuk keperluan ilmu dukun, seperti yang tampak pada gambar binatang yang di anggap mempunyai kekuatan magis.
  • memperingati peristiwa penting yang terjadi di lingkungan tempat tinggal mereka.

Lukisan gua tersebut tersebar hampir di seluruh kepulauan Indonesia terutama yang berada di wilayah Indonesia bagian timur. Hal menarik lainnya dari lukisan gua ini adalah tema dan juga bentuk lukisan yang menunjukan kemiripan di antara yang satu dengan lainnya.

Baca juga : Pengertian Fosil

Peralatan Peninggalan Zaman Mesolitkum. Beberapa alat-alat hasil kebudayaan peninggalan zaman mesolitikum yang ditemukan oleh para arkeolog adalah :

1. Pebble Sumatera.
Pebble Sumatera atau kapak genggam sumetera disebut juga dengan sumateralith, yang ditemukan oleh seorang arkeolog, Pieter Vincent van Stein Callenfels, pada saat ia meneliti kjokkenmoddinger sekitar tahun 1925, di situs Bukit Kerang, Desa Suka Jadi, Kabupaten Langkat, di dalam tumpukan kulit kerang yang merupakan sisa-sisa makanan manusia prasejarah pada zaman mesolitikum. Pebble Sumatera atau kapak genggam sumatera terbuat dari batu kali yang dipecah-pecah.

2. Hachecourt.
Dalam penelitiannya di Situs Bukit Kerang tersebut, selain pebble Sumatera atau kapak genggam Sumatera, Pieter Vincent van Stein Callenfels juga menemukan hachecourt atau kapak pendek.

3. Pipisan.
Artefak lain dari peninggalan zaman mesolitikum yang ditemukan di situs Bukit Kerang tersebut adalah pipisan, yaitu batu penggiling beserta landasannya. Pipisan ini, selain digunakan untuk menggiling makanan, juga dipergunakan untuk menghaluskan cat yang berasal dari tanah merah.


Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa terdapat tiga bagian penting dalam kebudayaan mesolitikum, yaitu :
  • Pebble culture (alat kebudayaan kapak genggam).
  • Bone culture (alat kebudayaan yang terbuat dari tulang).
  • Flakes culture ( kebudayaan alat serpih dari abris sous roche).

Demikian penjelasan berkaitan dengan pengertian zaman mesolitikum, manusia pendukung dan ciri-ciri zaman mesolitikum, serta kebudayaan dan peralatan peninggalan zaman mesolitikum.

Semoga bermanfaat.