Pengetahuan (Knowledge) : Pengertian, Aspek, Jenis, Tingkat, Cara Mengukur, Dan Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan, Serta Teori Dan Sumber Pengetahuan

Silahkan Bagikan Tulisan-Artikel ini :
Pengertian Pengetahuan. Pengetahuan berkembang dari rasa ingin tahu, yang merupakan ciri khas manusia, karena manusia adalah makhluk yang mengembangkan pengetahuan secara sungguh-sungguh. Manusia mengembangkan pengetahuannya untuk mengatasi kebutuhan-kebutuhan demi kelangsungan hidupnya.

Manusia mempunyai kemampuan untuk mengembangkan pengetahuan, dikarenakan dua hal, yaitu :
  • manusia mempunyai bahasa yang mampu mengkomunikasikan informasi tersebut.
  • kemampuan berfikir menurut suatu alur kerangka berfikir tertentu.

Secara umum, pengetahuan atau “knowledge” dapat diartikan sebagai segala apa yang diketahui dan merupakan suatu yang baru terhadap suatu objek tertentu dengan pengamatan akal dan pikiran. Pengamatan terjadi melalui panca indra, yaitu indra penglihatan atau mata, indra pendengaran atau telinga, indra penciuman atau hidung, indra peraba atau kulit, serta indra pengecap atau lidah. Pengetahuan juga dapat berarti suatu hasil dari proses pengamatan panca indra manusia yang kemudian mendasari manusia untuk mengingat dan menerapkannya dalam kehidupan.

Pengetahuan pada hakikatnya merupakan segenap apa yang diketahui tentang suatu objek tertentu, termasuk didalamnya adalah ilmu. Ilmu merupakan bagian dari pengetahuan yang diketahui manusia disamping berbagai pengetahuan lainnya, seperti : seni dan agama. Pengetahuan dikumpulkan oleh ilmu dengan tujuan untuk menjawab permasalahan kehidupan yang sehari-hari dihadapi manusia. Pemecahan tersebut pada dasarnya adalah dengan meramalkan dan mengontrol gejala alam. Untuk bisa meramalkan dan mengontrol sesuatu, maka harus menguasai pengetahuan yang menjelaskan peristiwa itu.

Dalam kajian filsafat, cara menyusun pengetahuan disebut epistemologi. Landasan epistemologi ilmu disebut metode ilmiah. Setiap jenis pengetahuan mempunyai ciri-ciri yang spesifik mengenai :
  • apa (ontologi).
  • bagaimana (epistemologi).
  • untuk apa (aksiologi) pengetahuan tersebut disusun.


Selain itu, pengertian pengetahuan juga dapat dijumpai dalam beberapa pendapat yang dikemukakan oleh para ahli, diantaranya adalah :
  • Soekidjo Notoatmodjo, dalam “Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku”, menyebutkan bahwa pengetahuan adalah hasil tahu dari manusia dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indra manusia yakni penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba.
  • Sidi Gazalba, dalam “Sistematika Filsafat”, menyebutkan bahwa pengetahuan adalah apa yang diketahui atau hasil pekerjaan tahu. Pekerjaan tahu tersebut adalah hasil dari kenal, sadar, insaf, mengerti dan pandai. Pengetahuan itu adalah semua milik atau isi pikiran. Dengan demikian pengetahuan merupakan hasil proses usaha dari manusia untuk tahu.
  • Sumadi Suryabrata, dalam “Psikologi Pendidikan”, menyebutkan bahwa pengetahuan adalah kemampuan seseorang dalam mengingat fakta, simbol, proses, dan teori.
  • Budiman, dalam “Penelitian Kesehatan”, menyebutkan bahwa pengetahuan adalah pengenalan akan sesuatu, atau apa yang akan dipelajari.


Aspek Pengetahuan. Terdapat beberapa aspek dalam pengetahuan. Soekidjo Notoatmodjo menjelaskan bahwa pengetahuan seseorang tentang sesuatu objek mengandung dua aspek, yaitu :
  • aspek positif.
  • aspek negatif.

Kedua aspek inilah yang akhirnya akan menentukan sikap seseorang terhadap objek yang diketahui, maka menumbuhkan sikap yang makin positif terhadap objek tersebut. Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang, karena perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan


Jenis Pengetahuan. Pengetahuan dapat dibedakan menjadi banyak jenis. Secara umum, pengetahuan manusia terdiri dari :
  • pengetahuan sains atau “scientific knowledge”. Objek yang dapat diteliti oleh pengetahuan sains hanyalah objek empiris sebab ia harus menghasilkan objek empiris.
  • pengetahuan filsafat. Kebenarannya hanya dipertanggung-jawabkan secara logis, tidak secara empiris.
  • pengetahuan mistik. Sejenis pengetahuan yang tidak dapat dibuktikan secara empiris, tidak juga secara logis.

Burhanuddin Salam, dalam “Logika Materiil: Filsafat Ilmu Pengetahuan”, menjelaskan bahwa pengetahuan dapat dibedakan menjadi empat jenis, yaitu :

1. Pengetahuan Biasa.
Pengetahuan biasa merupakan pengetahuan yang dalam filsafat dikatakan dengan istilah “common sense” atau nalar wajar atau sesuatu yang masuk akal. Pengetahuan biasa disebut juga sebagai “good sense” yang berarti pengetahuan yang diterima secara baik.

2. Pengetahuan Ilmiah.
Pengetahuan ilmiah (science) merupakan diperoleh dengan cara khusus, bukan hanya digunakan saja tetapi ingin mengetahui lebih dalam dan luas mengetahui akan kebenarannya, tetapi masih berkisar pada pengalaman. Pengetahuan ilmiah merupakan ilmu sebagai terjemahan dari science yang pada prinsipnya adalah usaha untuk mengorganisasikan, mensistemisasikan common sense, suatu pengetahuan yang asalnya dari pengalaman dan pengamatan dalam kehidupan sehari-hari atau dugaan lain yang belum dibuktikan.

3. Pengetahuan Filsafat.
Pengetahuan filsafat merupakan pengetahuan yang diperoleh dari pemikiran yang bersifat kontemplatif dan spekulatif. Filsafat membahas segala hal dengan kritis sehingga dapat diketahui secara mendalam tentang apa yang sedang dikaji.

4. Pengetahuan Agama.
Pengetahuan agama merupakan pengetahuan yang hanya diperoleh dari Tuhan lewat utusan-Nya, sehingga pengetahuan ini bersifat mutlak dan wajib diyakini oleh para pemeluk agama.


Tingkat Pengetahuan. Pengetahuan manusia menurut Soekidjo Notoatmodjo dibagi menjadi enam tingkatan sebagai berikut :

1. Tahu.
Tahu atau “know” diartikan sebagai mengingat materi yang sudah dipelajari sebelumnya. Termasuk pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali terhadap sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau stimulus yang sudah diterima. Oleh sebab itu tahu merupakan tingkatan yang paling rendah.

2. Memahami.
Memahami atau “comprehension” diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang apa yang sudah diketahui dan dapat menginterpretasikan materi secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, minyimpulkan, meramalkan dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.

3. Aplikasi.
Aplikasi atau “application” diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada suatu kondisi yang nyata.

4. Analisis.
Analisa atau “analysis” diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam stuktur organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja seperti dapat menggambarkan, membedakan, memisahkan, mengelompokkan dan lain sebagainya.

5. Sintesis.
Sintesis atau “syntesis” diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menyususun atau menghubungkan, merencanakan, meringkas, menyesuaikan sesuatu terhadap teori atau rumusan yang sudah ada.

6. Evaluasi.
Evaluasi atau “evaluation” dapat diartikan sebagai suatu kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu materi atau objek, penilaian ini berdasarkan kriteria yang sudah ditentukan sendiri.


Cara Mengukur Pengetahuan. Pengetahuan dapat diukur dengan berbagai cara. Soekidjo Notoatmodjo menjelaskan bahwa pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan :
  • wawancara,
  • angket ;
yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden.

Sedangkan Suharsimi Arikunto, dalam “Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik”, menjelaskan bahwa cara mengukur tingkat pengetahuan dapat dilakukan dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan, kemudian dilakukan penilaian. Pengukuran pengetahuan dibagi menjadi 3 kategori, sebagai berikut :
  • tinggi : jika jawaban benar > 76 - 100 %
  • sedang : jika jawaban benar 56 - 75%
  • rendah : jika jawaban benar < 55 %


Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan. Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi pengetahuan. Soekidjo Notoatmojo, dalam “Pendidikan dan Perilaku Kesehatan”, menjelaskan bahwa pengetahuan seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu :

1. Pengalaman.
Pengalaman dapat diperoleh dari pengalaman sendiri maupun oranglain. Pengalaman yang sudah diperoleh dapat memperluas pengetahuan seseorang.

2. Tingkat pendidikan.
Pendidikan dapat membawa wawasan atau pengetahuan seseorang. Secara umum, seseorang yang berpendidikan lebih tinggi akan mempunyai pengetahuan yang lebih luas dibandingkan dengan seseorang yang tingkat pendidikannya rendah.

3. Keyakinan.
Biasanya keyakinan diperoleh secara turun temurun dan tanpa adanya pembuktian terlebih dahulu, keyakinan bisa mempengaruhi pengetahuan seseorang, baik keyakinan yang bersifat positif maupun negatif.

4. Fasilitas.
Fasilitas-fasilitas sebagai sumber informasi yang dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang, misalnya : radio, televisi, majalah, koran, buku, dan alat- alat pendukung.

5. Penghasilan.
Penghasilan tidak berpengaruh langsung terhadap pengetahuan seseorang, namun bila seseorang berpenghasilan cukup besar maka dia akan mampu menyediakan atau membeli fasilitas-fasilitas sumber informasi.

6. Sosial budaya.
Kebudayaan setempat dan kebiasaan dalam keluarga dapat mempengaruhi pengetahuan, persepsi, dan sikap seseorang terhadap sesuatu.

Sedangkan Wahid Iqbal Mubarak, dalam “Promosi Kesehatan”, menjelaskan bahwa terdapat tujuh faktor yang dapat mempengaruhi pengetahuan, yaitu :

1. Pendidikan.
Pendidikan merupakan bimbingan yang diberikan seseorang pada orang lain terhadap suatu hal agar mereka dapat memahami. Semakin tinggi pendidikan seseorang, semakin mudah pula mereka dapat menerima informasi, dan semakin banyak pula pengetahuan yang dimilikinya.

2. Pekerjaan.
Lingkungan pekerjaan dapat menjadikan seseorang memperoleh pengalaman dan pengetahuan baik secara langsung maupun secara secara tidak langsung.

3. Umur.
Pertambahan umur akan membuat perubahan pada diri seseorang, baik perubahan pada aspek fisik maupun psikologis (mental).
  • perubahan pada aspek fisik, terdiri dari perubahan ukuran, proporsi, hilangnya ciri- ciri lama, dan timbulnya ciri- ciri baru. Hal tersebut terjadi akibat pematangan fungsi organ.
  • perubahan pada aspek psikologis (mental), berkaitan dengan taraf berpikir seseorang. Pada umumnya, semakin bertambahnya umum, maka seseorang akan semakin matang dan dewasa.

4. Minat.
Minat menjadikan seseorang untuk mencoba dan menekuni suatu hal dan pada akhirnya diperoleh pengetahuan yang lebih mendalam.

5. Pengalaman.
Pengalaman merupakan suatu kejadian yang pernah dialami seseorang dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Ada kecenderungan pengalaman yang kurang baik seseorang akan berusaha untuk melupakan, namun jika pengalaman terhadap objek tersebut menyenangkan maka secara psikologis akan timbul kesan yang sangat mendalam dan membekas dalam emosi kejiwaannya, dan akhirnya dapat pula membentuk sikap positif dalam kehidupannya.

6. Kebudayaan lingkungan sekitar.
Kebudayaan di mana seseorang hidup dan dibesarkan mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukkan sikap seseorang yang bersangkutan.

7. Informasi.
Kemudahan untuk memperoleh suatu informasi dapat membantu, mempercepat seseorang untuk memperoleh pengetahuan yang baru.


Teori dan Sumber Pengetahuan. Untuk dapat mengetahui hakekat dari pengetahuan dapat digunakan dua macam teori, yaitu :

1. Teori Realisme.
Teori realisme menjelaskan bahwa pengetahuan adalah kebenaran yang sesuai dengan fakta. Apa yang ada dalam fakta itu dapat dikatakan benar. Dengan teori ini dapat diketahui bahwa kebenaran objektif juga di butuhkan, bukan hanya mengakui kebenaran subjektif.

2. Teori Idealisme.
Teori idealisme menjelaskan bahwa suatu pengetahuan bersifat subjektif. Oleh karena itu, pengetahuan menurut teori idealisme tidak menggambarkan hakikat kebenaran, yang diberikan pengetahuan hanyalah gambaran menurut pendapat atau penglihatan orang yang mengetahui (subjek).

Berdasarkan dua teori tersebut, pengetahuan seseorang dapat diperoleh melalui beberapa sumber sebagai berikut :
  • empirisme, menjelaskan bahwa manusia memperoleh pengetahuan dengan pengalaman yang dialaminya. Teori ini bersifat inderawi jadi antara satu dengan yang lain memiliki perbedaan.
  • rasionalisme, menjelaskan bahwa akal adalah dasar kepastian pengetahuan. Pengetahuan yang benar diukur dan diperoleh dari akal. Teori ini membenarkan pemakaian indera untuk memperoleh pengetahuan akan tetapi harus diolah dengan akal. Jadi sumber kebenarannya adalah akal.
  • intuisi, menjelaskan bahwa pengetahuan diperoleh dari pemikiran tingkat tinggi. Kegiatan intuisi dan analisis bisa saling membantu untuk menemukan kebenaran. Mereka yang menggunakan intuisi biasanya memperoleh pengetahuan dengan perantara hati bukan indera maupun akal.
  • wahyu, menjelaskan bahwa pengetahuan di peroleh langsung dari Tuhan melalui perantara Nabi. Pengetahuan yang seperti ini tidak memerlukan waktu untuk berfikir ataupun merenung.


Demikian penjelasan berkaitan dengan pengertian pengetahuan (knowledge), aspek, jenis, tingkat, cara mengukur, dan faktor yang mempengaruhi pengetahuan, serta teori dan sumber pengetahuan (knowledge).

Semoga bermanfaat.