Pengertian Optimisme. Optimisme merupakan salah satu komponen psikologi positif yang dihubungkan dengan emosi positif dan perilaku positif yang menimbulkan kesehatan, hidup yang bebas stress, serta hubungan sosial dan fungsi sosial yang baik. Kata “optimisme” berasal dari kata dasar “optimis” yang secara etimologis berasal dari bahasa Latin, yaitu “optimus” atau “optima” yang berarti “terbaik”. Sedangkan istilah “optimisme” yang dalam bahasa Inggris disebut dengan “optimism” diartikan sebagai “berharap baik”. Optimisme merupakan suatu sikap meyakini bahwa apa yang dikerjakan akan berhasil dengan baik.
Optimisme bukanlah berarti kepercayaan diri yang berlebih, bukan juga kepasrahan jiwa. Optimisme merupakan bentuk semangat yang bersemayam dalam hati seseorang untuk senantiasa berusaha dan berupaya ketika kesulitan menimpanya. Dengan adanya sikap optimisme akan memicu seseorang untuk selalu bersungguh-sungguh dalam berusaha.
Terdapat dua pandangan utama mengenai optimisme, yaitu :
1. Explanatory Style.
Explanatory style merupakan pandangan yang melihat bahwa dalam menentukan kepercayaan seseorang, ditentukan berdasarkan pengalaman masa lampau. Pandangan ini didasarkan pada “person’s attributional style”. Attributional style dibentuk oleh cara seseorang mempersepsikan dan menjelaskan pengalaman masa lampau. Jika persepsi atau penjelasan yang dipegang adalah negatif maka seseorang tersebut akan mengharapkan hasil yang negatif pada masa depan.
2. Dispositional Optimism atau Direct Belief Model.
Dispositional optimism atau direct belief model berusaha untuk mempelajari optimisme melalui kepercayaan langsung dari seseorang mengenai kejadian masa depan. Pendekatan ini lebih fokus pada kepercayaan optimistik mengenai masa depan.
Kemunculan konsep optimisme tidak lepas dari pemikiran Decrates pada abad ke-17 melalui beberapa tulisannya tentang dogma gereja terhadap paham Katholik, yaitu manusia merupakan jiwa yang dapat dikalahkan oleh nasib. Decrates beranggapan bahwa gereja gagal dalam memperbaiki material kehidupan. Menurutnya, tidak ada jiwa yang begitu lemah sehingga tidak dapat diarahkan dengan baik. Manusia memiliki kekuatan mutlak atas hasratnya sendiri dan mampu memperbaiki dunia atas dasar usahanya.
Baca juga : Modal Psikologis (Psychological Capital)
Berdasarkan hal tersebut, secara umum “optimisme” dapat diartikan sebagai suatu keyakinan, kepercayaan, dan harapan yang ada dalam diri seseorang terhadap segala sesuatu akan berjalan menuju arah kebaikan. Optimisme merupakan kepercayaan bahwa kejadian di masa depan akan memiliki hasil yang positif, orang yang optimis memiliki ekspektasi yang baik pada masa depan dalam kehidupannya dan mempunyai cara berpikir yang positif dan realistis dalam memandang suatu masalah.
A.N. Ubaedy, dalam “Optimis Kunci Meraih Sukses”, mengartikan istilah optimisme dalam dua pengertian, yaitu :
- pertama, optimisme berarti doktrin hidup yang mengajarkan kita untuk meyakini adanya kehidupan yang lebih baik.
- kedua, optimisme berarti kecenderungan batin untuk merencanakan aksi terhadap hasil yang lebih baik.
Selain itu, pengertian optimisme dapat juga dijumpai dalam beberapa pendapat dari para ahli, diantaranya adalah :
- M. Seligman, dalam “The Optimistic Child”, menyebutkan bahwa optimisme adalah bagaimana individu bersikap positif terhadap suatu keadaan. Optimisme merupakan keyakinan seseorang yang positif terhadap segala sesuatu yang terjadi dalam kehidupannya di masa datang atau yang saat ini sedang dialaminya.
- Daniel Goleman, dalam “Kecerdasan Emosional Untuk Mencapai Puncak Prestasi”, menyebutkan bahwa optimisme adalah harapan kuat terhadap segala sesuatu yang terdapat dalam kehidupan akan mampu teratasi dengan baik, walaupun ditimpa masalah dan frustasi.
Ciri-Ciri Sikap Optimisme. Seseorang dengan sikap optimis memiliki beberapa ciri tertentu yang membedakannya dengan sikap yang lain. M. Seligman menyebutkan bahwa seseorang yang optimis memiliki ciri-ciri atau karakteristik sebagai berikut :
- memiliki gaya penjelasan (explanatory style) yang positif terhadap apa yang terjadi pada dirinya.
- memandang peristiwa baik pada dirinya bersifat permanen dan peristiwa buruk hanya bersifat sementara.
- mengingat peristiwa baik bersifat universal dan peristiwa buruk bersifat khusus dan hanya terjadi dalam satu domain kehidupannya.
- hasil terbaik dikarenakan dirinya dan hasil yang mengecewakan dikarenakan keadaan eksternal yang tidak dapat dikontrol.
Baca juga : Employee Engagement (Keterikatan Karyawan)
Aspek Optimisme. Secara umum, terdapat dua aspek utama dalam optimisme, yaitu :
- keyakinan dalam hati. Seseorang yang memiliki sikap optimisme memiliki pondasi yang kuat dalam menjalani kehidupannya, tidak mudah putus asa, dan selalu memandang positif masa depan.
- berpikir positif. Seorang yang memiliki sikap optimisme akan berpikir, tidak hanya sekedar menggunakan akal, tetapi lebih memerankan perasaan, salah satunya adalah prasangka. Kemampuan berpikir positif dapat mendukung seseorang dalam memandang suatu masa depan dengan harapan positif.
M. Seligman, menyebutkan bahwa sikap optimisme memiliki tiga aspek, yaitu :
1. Permanence.
Aspek permanence berarti bahwa seorang dengan sikap optimisme akan memandang peristiwa yang buruk akan bersifat sementara dalam kehidupannya, yang akan dilalui dengan waktu yang tidak lama. Sebaliknya, peristiwa baik akan dipandang sebagai peristiwa yang bersifat menetap, dan erasal dari dalam individu yang optimis.
2. Pervasiveness.
Aspek pervasiveness berarti bahwa seseorang dengan sikap optimisme tidak akan memberikan alasan-alasan yang universal sebagai penyebab dari kegagalannya, namun alasan dari setiap kegagalan bisa dijelaskan secara spesifik mengenai penyebabnya.
3. Personalization.
Aspek personalization berarti bahwa seorang dengan sikap optimisme akan memandang peristiwa baik berasal dari dalam diri individu tersebut, sebaliknya setiap peristiwa yang berujung kegagalan berasal dari luar dirinya atau faktor eksternal.
Sedangkan A.L. McGinnis, dalam “Kekuatan Optimis”, menyebutkan bahwa sikap optimisme memiliki beberapa aspek, sebagai berikut :
- mempunyai pengendalian atas perasaan-perasaan dalam diri yang bersifat negatif. Merupakan kemampuan pada diri seseorang dalam mengendalikan dorongan perasaan negatif saat terdapat stimulus negatif menghampirinya dan mampu mengalihkan pada hal-hal yang lebih positif.
- menganggap dirinya sebagai orang yang mampu untuk memecahkan masalah. Merupakan bentuk keyakinan terhadap kemampuan yang ada pada diri sendiri dengan melakukan usaha penyelesaian.
- merasa mempunyai pengendalian atas masa depan. Merupakan kemampuan pada diri seseorang dalam melakukan prediksi positif tentang dirinya dimasa depan dan meyakininya.
- selalu gembira bahkan ketika tidak bisa merasa bahagia. Merupakan bentuk respon emosi yang tetap positif dan mampu mempertahankannya meskipun dilanda suatu masalah.
- menerima perubahan-perubahan yang ada dalam hidupnya. Merupakan kemampuan pada diri seseorang untuk memandang positif setiap kejadian dan mampu menerimanya dengan baik.
Baca juga : Pengertian Emosi
Manfaat Optimisme. Sikap optimisme memiliki beberapa manfaat. A.N. Ubaedy menyebutkan bahwa manfaat dari sikap optimisme adalah :
- sebagai energi positif (dorongan). Esensi menjadi orang optimis adalah menghindarkan diri dari kondisi batin yang terpuruk, hanyut, dan larut ke dalam realitas buruk.
- sebagai perlawanan. Tingkat perlawanan seseorang terhadap masalah atau hambatan yang dihadapi terkait dengan tingkat keoptimisannya. Orang dengan optimisme kuat biasanya punya perlawanan yang kuat untuk menyelesaikan masalah. Sebaliknya, orang dengan optimisme rendah (pesimis), biasanya punya tingkat perlawanan yang lebih lemah, cenderung lebih mudah menyerah pada realitas ketimbang memperjuangkan.
- sebagai sistem pendukung. Apabila seseorang mengingatkan keberhasilan, maka ia berpikir akan berhasil, memiliki kemauan untuk berhasil, mempunyai sikap yang dibutuhkan untuk berhasil, dan melakukan hal-hal yang dibutuhkan untuk mencapai keberhasilan.
Cara Membangkitkan Optimisme. Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk dapat membangkitkan optimisme dalam diri, diantaranya adalah :
1. Membuat tujuan.
Agar sikap optimisme muncul maka seseorang harus berani memutuskan dan membuat tujuan dalam hidupnya. Karena tanpa tujuan, komitmen-komitmen yang hendak dicapai dalam hidup hanya akan bergerak secara naluriah dan sangat rentan terhadap situasi di sekelilingnya.
2. Mengasah kemampuan.
Mengasah kemampuan dalam menyelesaikan permasalahan hidup yang dihadapi perlu dilakukan. Semakin terasah kemampuan diri seseorang dalam menghadapi permasalahan maka dengan sendirinya akan semakin memperkuat rasa percaya diri, menebalkan komitmen pencapaian tujuan, dan membangkitkan optimisme.
3. Pergaulan dinamis.
Cara ampuh untuk membangkitkan semangat optimisme adalah dengan menghampiri orang-orang yang tekun dan bersemangat melakukan sesuatu karena pada umumnya orang yang memiliki rasa optimisme tinggi akan memancarkan aura positif.
Apabila sikap optimisme telah dapat dibangkitkan, maka hal tersebut akan memunculkan pengaruh positif dalam hidup, seperti :
- menumbuhkan cinta akan kebaikan di dalam diri manusia dan menumbuhkan perkembangan baru dalam pandangan tentang kehidupan.
- memberikan kebahagiaan, karena berkurangnya masalah dalam hidup.
- tumbuh kepercayaan pada orang lain dan masyarakat pada umumnya.
Baca juga :
Faktor yang Mempengaruhi Optimisme. Sikap optimisme yang dimiliki oleh seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor. M. Seligman menyebutkan bahwa terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi sikap optimisme, yaitu :
- dukungan sosial. Adanya dukungan yang cukup dapat membuat individu lebih optimis karena merasa yakin bahwa bantuan akan selalu tersedia bila dibutuhkan.
- kepercayaan diri. Individu yang yang memiliki keyakinan yang tinggi dengan apa yang ada pada dirinya, serta yakin dengan kemampuannya akan mempunyai optimis yang tinggi.
- harga diri. Individu dengan harga diri tinggi selalu termotivasi untuk menjaga pandangan yang positif tentang dirinya dan mencari aset-aset personal yang dapat mengimbangi kegagalan, sehingga selalu berusaha lebih keras dan lebih baik pada usaha-usaha berikutnya.
- akumulasi pengalaman. Pengalaman-pengalaman individu dalam menghadapi masalah atau tantangan terutama pengalaman sukses yang dapat menumbuhkan sikap optimis ketika menghadapi tantangan berikutnya.
Sedangkan A.L. McGinnis menyebutkan terdapat dua faktor yang dapat mempengaruhi optimisme seseorang, yaitu :
1. Merasa dirinya pesimis.
Kebanyakan seseorang merasa ingin untuk selalu berpikir positif, namun hal tersebut terhambat akibat perasaan pesimistik yang dimiliki oleh seseorang. Perasaan memiliki sifat pesimistik tersebut yang akhirnya mendorong seseorang merancang rencana untuk membuat dirinya lebih berpikir optimis. Keberhasilan berpikir positif tersebut yang akhirnya memunculkan optimisme pada diri seseorang.
2. Pengalaman berinteraksi dengan lingkungan.
Kemampuan mengagumi dan mengapresiasi terhadap berbagai hal yang dimiliki oleh orang lain merupakan daya yang kuat untuk mendorong seseorang untuk lebih memiliki harapan positif terhadap dirinya, sehingga dapat membantu mereka memperoleh optimisme
Demikian penjelasan berkaitan dengan pengertian optimisme, ciri-ciri, aspek, manfaat, dan cara membangkitkan sikap optimisme, serta faktor yang mempengaruhi optimisme.
Semoga bermanfaat.