Iklim Keselamatan Kerja : Pengertian, Dimensi, Aspek, Instrumen Pengukuran, Dan Pengukuran Iklim Keselamatan Kerja, Serta Faktor Yang Mempengaruhi Iklim Pengukuran Keselamatan Kerja

Silahkan Bagikan Tulisan-Artikel ini :
Pengertian Iklim Keselamatan Kerja. Keselamatan kerja merupakan hal penting yang harus diperhatikan oleh sebuah organisasi. Hal ini dikarenakan keselamatan kerja sangat berkaitan erat dengan kelangsungan hidup pekerja dalam suatu organisasi.

Secara umum, iklim keselamatan kerja dapat diartikan sebagai persepsi pekerja terhadap sikap manajemen seperti kebijakan, prosedur dan praktik pekerjaan terkait pelaksanaan keselamatan kerja di dalam lingkungan kerja. Iklim keselamatan merupakan ciri dan indikator yang penting budaya keselamatan kerja dalam organisasi. Penekanan iklim keselamatan kerja terletak pada persepsi pekerja mengenai peran manajemen di dalam melaksanakan program keselamatan kerja.

International Atomic Energy Agency (IAEA) menyebutkan bahwa iklim keselamatan kerja adalah kondisi kerja yang berasal dari individu, kelompok, persepsi, sikap, dan perilaku yang menetapkan sebuah komitmen dan kemampuan dalam mengelola sebuah organisasi keselamatan kerja. Iklim keselamatan kerja dipandang sebagai atribut individu dalam organisasi yang mengandung dua faktor, yaitu :
  • komitmen manajemen pada keselamatan.
  • keterlibatan karyawan pada keselamatan.
Selain itu, pengertian iklim keselamatan kerja juga dapat dijumpai dalam beberapa pendapat yang dikemukakan oleh para ahli, diantaranya adalah :
  • T. Winarsunu, dalam “Psikologi Keselamatan Kerja”, menyebutkan bahwa iklim keselamatan kerja adalah sebuah persepsi pekerja pada sikap manajemen terhadap keselamatan kerja dan persepsi pada sejauh mana kontribusi keselamatan kerja di dalam proses produksi secara umum.
  • M.D. Cooper, dalam “Towards A Model of Safety Culture”, yang dimuat dalam Safety Science, 36(2), menyebutkan bahwa iklim keselamatan kerja adalah aspek psikologis dari budaya keselamatan yang menjelaskan nilai-nilai, sikap serta persepsi individu dan kelompok terhadap penerapan program keselamatan dalam perusahaan.
  • F.W. Guldenmund, dalam “(Mis)understanding Safety Culture and Its Relationship to Safety Management”, yang dimuat dalam Risk Analysis, 30(10), menyebutkan bahwa iklim keselamatan kerja adalah adalah persepsi karyawan terhadap kebijakan keselamatan, prosedur, praktik, serta seluruh kepentingan dan prioritas keselamatan kerja.
  • A. Neal dan M.A. Griffin, dalam “Safety Climate and Safety Behaviour”, yang dimuat dalam Australian Journal of Management, 27(1), menyebutkan bahwa iklim keselamatan kerja adalah persepsi karyawan pada kebijakan perusahaan, prosedur, dan pelaksanaan keselamatan dalam lingkungan kerja.


Dimensi Iklim Keselamatan Kerja. Menurut D. Zohar, dalam “Safety Climate: Conceptual and Measurement Issues”, menyebutkan bahwa terdapat delapan dimensi iklim keselamatan, yaitu :
  • kesadaran akan pentingnya program pelatihan keselamatan kerja.
  • kesadaran akan manajemen sikap yang mengarah pada keselamatan kerja.
  • kesadaran akan pengaruh perilaku keselamatan kerja terhadap promosi.
  • kesadaran akan tingkat resiko di tempat kerja.
  • kesadaran akan dampak pekerjaan pada keselamatan kerja.
  • kesadaran akan status pegawai keselamatan kerja.
  • kesadaran akan dampak perilaku keselamatan kerja terhadap status sosial.
  • kesadaran akan status komite keselamatan kerja.

Sedangkan S. Lin, W. Tang, J. Miao, Z. Wang, dan P. Wang, dalam “Safety Climate Measurement at Workplace in China: A Validity and Reliability Assessment”, menyebutkan bahwa skala iklim keselamatan kerja terdiri dari tujuh dimensi, yaitu:
  • kesadaran dan kompetensi keselamatan kerja.
  • komunikasi keselamatan kerja.
  • lingkungan organisasi.
  • dukungan manajemen.
  • pertimbangan resiko.
  • peringatan keselamatan kerja.
  • pelatihan keselamatan kerja.


Aspek Iklim Keselamatan Kerja. Iklim keselamatan kerja terdiri dari beberapa aspek. P. Kines, dkk dalam “Nordic Safety Climate Questionnaire (NOSACQ-50): A New Tool for Diagnosing Occupational Safety Climate”, yang dimuat dalam International Journal of Industrial Ergonomics. Elsevier Ltd, 41(6), menyebutkan bahwa terdapat tujuh aspek dalam iklim keselamatan kerja, yaitu :
  • management safety priority, commitment, and competence. Aspek ini berhubungan dengan persepsi pekerja terhadap menajemen yang berkaitan dengan beberapa hal yaitu : prioritas terhadap keselamatan, respon terhadap perilaku tidak aman, aktif dalam promosi keselamatan, dan kompetensi dalam mengenai keselamatan serta komunikasi isu keselamatan kerja.
  • management safety empowerment. Aspek ini berhubungan dengan persepsi pekerja terhadap pemberdayaan dan dukungan partisipasi pekerja yang dilakukan oleh manajemen.
  • management safety justice. Aspek ini berhubungan dengan persepsi pekerja terhadap cara manajemen dalam memperlakukan pekerja terkait kecelakaan kerja.
  • worker’s safety commitment. Aspek ini berhubungan dengan persepsi pekerja mengenai sejauh mana pekerja berpartisipasi dalam menjaga keselamatan kerja dan peduli terhadap aktivitas keselamatan kerja.
  • worker’s safety priority and risk non accepted. Aspek ini berhubungan dengan penjelasan tentang bagaimana kelompok pekerja menilai perilaku sehingga menciptakan norma keselamatan di dalam pekerjaan.
  • safety communication, learning, and trust in co-woker safety competence. Aspek ini berhubungan dengan persepsi pekerja pada sistem komite kerja, serta tentang pentingnya sebuah pelatihan keselamatan kerja.
  • worker’s trust the efficacy of safety systems. Aspek ini berhubungan dengan persepsi pekerja terhadap manajemen dalam mencari solusi permasalahan serta pemberian fasilitas untuk transfer informasi yang berhubungan dengan keselamatan.


Instrumen Pengukuran Iklim Keselamatan Kerja. Terdapat beberapa instrumen yang biasa digunakan dalam pengukuran iklim keselamatan kerja dalam sebuah perusahaan, diantaranya adalah :

1. Loughborough Safety Climate Assessment Toolkit (LSCAT).
Instrumen pengukuran iklim keselamatan kerja ini dikembangkan oleh Loughborough University, Health and Safety Executive (HSE), dan sejumlah organisasi offshore. Loughborough Safety Climate Assessment Toolkit (LSCAT) berupa kuisioner yang berisi beberapa pertanyaan yang berkaitan dengan :
  • komitmen manajemen (management commitmen).
  • komunikasi keselamatan (safety communication).
  • prosedur dan peraturan keselamatan (safety rules and procedures).
  • keselamatan sebagai prioritas utama (priority of safety).
  • lingkungan pendukung atau dukungan kelompok (supportive environment).
  • keterlibatan (involvement), lingkungan kerja (work environment).
  • keselamatan sebagai priorotas kebutuhan (personal priorities).
  • apresiasi atau tanggapan pribadi terhadap resiko (appreciation of risk).

Skala yang digunakan pada kuesioner Loughborough Safety Climate Assessment Toolkit (LSCAT) adalah skala likert di mana terdapat variasi pilihan setuju, setuju, tidak setuju dan sangat tidak setuju.

2. Safety Climate Tools (SCT).
Instrumen pengukuran iklim keselamatan kerja ini dikembangkan oleh HSE Climate Tool, yang merupakan suatu alat psikometri berupa kuisioner yang terdiri dari beberapa pertanyaan yang berkaitan dengan :
  • komitmen organisasi (organisational commitment).
  • perilaku berorientasi pada keselamatan dan kesehatan kerja (health and safety oriented behaviours).
  • kepercayaan terhadap keselamatan dan kesehatan kerja (health and safety trust).
  • penggunaan prosedur (usability of procedures).
  • keterlibatan dalam keselamatan dan kesehatan kerja (engagement in health and safety).
  • sikap peer group (peer group attitude).
  • sumber daya keselamatan dan kesehatan kerja (resources for health and safety).
  • kecelakaan dan pelaporan nearmiss (accident and near miss reporting).

3. Nordic Safety Climate Questionnaire (NOSACQ-50).
Instrumen pengukuran iklim keselamatan kerja ini dikembangkan oleh peneliti di wilayah Nordik (Swedia, Finlandia, Denmark, Norwegia dan Islandia), yang didasarkan pada teori organisasi dan iklim keselamatan, teori psikologi, teori organisasi, serta penelitian empiris lain yang pernah dilakukan sebelumnya. Nordic Safety Climate Questionnaire (NOSACQ-50) berupa kuisioner yang berisi beberapa pertanyaan yang berkaitan dengan :
  • prioritasi dan komitmen manajemen terhadap keselamatan dan kesehatan kerja.
  • pemberdayaan manajemen keselamatan kerja.
  • keadilan manajemen keselamatan kerja.
  • komitmen pekerja terhadap keselamatan kerja.
  • prioritas keselamatan pekerja dan tidak ditoleransinya risiko bahaya.
  • pembelajaran, komunikasi.
  • inovasi, kepercayaan terhadap keefektifan sistem keselamatan kerja.


Pengukuran Iklim Keselamatan Kerja. Pada umumnya, iklim keselamatan kerja diukur dengan menggunakan kuisioner yang mengeksplorasi sikap dan persepsi individu mengenai keselamatan kerja. Pengukuran iklim keselamatan dilakukan untuk memprediksi kondisi keselamatan kerja yang akan terjadi di masa yang akan datang. Beberapa hal penting yang digunakan sebagai patokan dalam pengukuran iklim keselamatan kerja, diantaranya adalah :
  • sistem manajerial. Beberapa hal yang termasuk dalam sistem manajerial adalah kebijakan organisasi, sistem dan prosedur, manajemen dan gaya kepemimpinan, dan komitmen manajemen untuk keselamatan kerja.
  • pengawas. Pengawas memiliki pengaruh penting dalam iklim keselamatan kerja dan memainkan peran penting dalam proses pencegahan kecelakaan kerja dengan mentransfer elemen iklim keselamatan kerja kepada anggota angkatan kerja.
  • tenaga kerja. Tanggung jawab individu tenaga kerja memainkan peran penting dalam keberhasilan pengaruh manajemen keselamatan pada kegiatan keselamatan kerja. Tanggung jawab pribadi untuk keselamatan kerja adalah pelengkap dan bukan penggantian, serta pelatihan keselamatan kerja yang baik.


Faktor yang Mempengaruhi Iklim Keselamatan Kerja. Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi iklim keselamatan kerja, diantaranya adalah :

1. Pengaruh dan kontrol pekerjaan.
Beberapa hal yang berkaitan dengan faktor ini diantaranya adalah :
  • pengaruh tingkatan kerja.
  • pengaruh metode kerja.
  • pengaruh alokasi kerja dan kontrol teknis.
  • pengaruh peraturan kerja.

2. Komunikasi terhadap atasan.
Beberapa hal yang berkaitan dengan faktor ini diantaranya adalah :
  • kontak dengan atasan.
  • ketika atasan meminta saran dan masukan terhadap masalah-masalah dengan pekerjaan.
  • saat atasan memberikan pertimbangan sudut pandang tertentu.
  • memberikan informasi yang dibutuhkan serta iklim dalam berkomunikasi di dalam organisasi.

3. Stimulus dari kerja itu sendiri.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam faktor ini diantaranya adalah :
  • bagaimana pekerjaan tersebut menarik dan menstimulasi individu untuk bekerja atau tidak.
  • apakah pekerjaan tersebut bervariasi dan terbagi-bagi atau tidak.
  • kesempatan untuk mempergunakan bakat dan keterampilan.
  • kesempatan untuk belajar banyak tentang hal baru dari pekerjaan serta perasaan keseluruhan tentang pekerjaan yang dilakukan.

4. Hubungan dengan rekan kerja.
Beberapa hal yang berkaitan dengan faktor ini diantaranya adalah :
  • hubungan dan kontak dengan rekan kerja.
  • pembicaraan tentang hal-hal yang berkaitan dengan pekerjaan dengan rekan kerja.
  • perluasan pengalaman dalam suasana kerja yang menyenangkan.
  • diskusi tentang masalah yang berkaitan dengan pekerjaan.
  • penghargaan rekan kerja sebagai seorang teman yang baik atau bukan.

5. Beban kerja secara psikologis.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam faktor ini diantaranya adalah :
  • adanya stres kerja, beban kerja, perasaan lelah dan kejenuhan sehabis bekerja yang meningkat.
  • ada atau tidaknya kemungkinan relaksasi dan beristirahat saat bekerja.
  • beban mental yang ditimbulkan oleh pekerjaan itu sendiri.


Demikian penjelasan berkaitan dengan pengertian iklim keselamatan kerja, instrumen pengukuran, dimensi, aspek, dan pengukuran iklim keselamatan kerja, serta faktor yang mempengaruhi iklim pengukuran keselamatan kerja.

Semoga bermanfaat.