Pengertian Kebahagiaan. Banyak ahli, terutama para filsuf dan pemikir agama, sering mengartikan istilah kebahagiaan dalam kaitannya dengan kehidupan yang baik dan tidak hanya sekadar sebagai suatu emosi. Kebahagiaan merupakan suatu kondisi perasaan seseorang sebagai respon afeksi terhadap berbagai pengalaman kehidupanya. Kebahagiaan bersifat abstrak dan tidak dapat disentuh atau diraba. Kebahagiaan erat berhubungan dengan kejiwaan dari yang bersangkutan. Seseorang yang bahagia ditandai oleh lebih banyaknya perasaan positif dari pada perasaan negatifnya.
Secara umum, kebahagiaan dapat diartikan sebagai suatu keadaan pikiran atau perasaan yang ditandai dengan kecukupan hingga kesenangan, cinta, kepuasan, kenikmatan, atau kegembiraan yang intens. Kebahagiaan juga dapat berarti suatu perasaan menyenangkan yang ditunjukkan dengan kenikmatan, kepuasan, kenyamanan, kegembiraan atau emosi positif yang membuat kehidupan menjadi baik dalam kesejahteraan, keamanan atau pemenuhan keinginan. Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kebahagiaan diartikan dengan suatu keadaan pikiran atau perasaan kesenangan, ketentraman hidup secara lahir dan batin yang maknanya adalah untuk meningkatkan visi diri.
Martin E.P. Seligman, dalam “Authentic Happiness: Menciptakan Kebahagiaan dengan Psikologi Positif”, menjelaskan bahwa kebahagiaan hidup adalah emosi positif yang dirasakan individu dalam hidupnya, yang ditandai dengan lebih banyaknya afeksi positif yang dirasakan individu daripada afeksi negatif. Lebih lanjut M.E.P. Seligman menyebutkan bahwa kebahagiaan sesungguhnya merupakan suatu hasil penilaian terhadap diri dan hidup, yang memuat emosi positif, seperti kenyamanan dan kegembiraan yang meluap-luap, maupun aktivitas positif yang tidak memenuhi komponen emosi apapun, seperti absorbsi dan keterlibatan.
Baca juga : Etika Dan Kebahagiaan Thomas Aquinas
Pengertian lain dari kebahagiaan dapat dijumpai dari berbagai pendapat yang dikemukakan oleh para ahli, diantaranya adalah :
- Elizabeth B. Hurlock, dalam “Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan”, menyebutkan bahwa kebahagiaan adalah keadaan sejahtera dan kepuasan hati, yaitu kepuasaan yang menyenangkan yang timbul bila kebutuhan dan harapan tertentu individu terpenuhi.
- A. Carr, dalam “Positive Psychology: The Science of Happiness and Human Strengs”, menyebutkan bahwa kebahagiaan adalah keadaan psikologis positif yang ditandai dengan tinggi derajat kepuasaan hidup, afek positif, dan rendahnya derajat afek negatif.
- David G. Myers, dalam “The Pursuit of Happiness”, menyebutkan bahwa kebahgiaan adalah pengalaman hidup yang ditandai oleh perasaan positif seperti perasaan bahagia dan pikiran yang mengarah pada kepuasan kehidupan.
- E. Diener, S. Oishi, dan R.E. Lucas, dalam “Personality, Culture, and Subjective Well-Being: Emotional and Cognitive Evaluations of Life”, yang dimuat dalam Annual Review of Psychology, 54, menyebutkan bahwa kebahagiaan adalah suatu penilaian seseorang terhadap kehidupan mereka baik saat ini dan tahun-tahun sebelumnya. Evaluasi tersebut mencakup reaksi emosional seseorang terhadap suatu kejadian, mood dan penilaian mereka terhadap kepuasan hidup, fulfillment dan kepuasan pernikahan dan kepuasan kerja. Menurut E. Diener, S. Oishi, dan R.E. Lucas, individu dengan kebahagiaan tinggi akan lebih mampu mengatasi dan mengontrol emosi dalam dirinya dan mampu dengan lebih baik menghadapi hidup di masa mendatang. Sedangkan individu yang level kebahagiaan rendah sebaliknya akan memandang peristiwa yang terjadi dalam hidupnya sebagai peristiwa yang tidak menyenangkan sehingga menimbulkan emosi negatif pada dirinya
Aspek Kebahagiaan. Kebahagiaan memiliki beberapa aspek. Martin E.P. Seligman menyebutkan bahwa kebahagiaan dapat diidentifikasikan secara objektif dalam beberapa aspek sebagai berikut :
- terpenuhinya kebutuhan fisiologis (material), seperti : makan, minum, pakaian, kendaraan, rumah, kehidupan seksual, kesehatan fisik, dan sebagainya.
- terpenuhinya kebutuhan psikologis (emosional), seperti : adanya perasaan tenteram, damai, nyaman, dan aman, serta tidak menderita konflik batin, depresi, kecemasan, frustrasi, dan sebagainya.
- terpenuhinya kebutuhan sosial, seperti : memiliki hubungan yang harmonis dengan orang-orang di sekelilingnya, terutama keluarga, saling menghormati, mencintai, dan menghargai.
- terpenuhinya kebutuhan spiritual, seperti : mampu melihat seluruh episode kehidupan dari perspektif makna hidup yang lebih luas, beribadah, dan memiliki keimanan kepada Tuhan.
Sedangkan David G. Myers menyebutkan bahwa terdapat empat aspek kebahagiaan, yaitu :
- menghargai diri sendiri. Pada umumnya orang yang bahagia adalah orang yang memiliki kepercayaan diri yang cukup tinggi dan cenderung menyukai dirinya sendiri.
- optimis. Orang yang bahagia akan menunjukkan optimisme yang tinggi dan meyakini apa yang diusahakannya akan menghasilkan hal yang positif.
- terbuka. Orang yang bahagia biasanya lebih terbuka terhadap orang lain serta membantu orang lain yang membutuhkan bantuannya.
- mampu mengendalikan diri. Orang yang bahagia memiliki kemampuan yang lebih dalam pengendalian diri.
Baca juga : Fungsi Emosi Bagi Kehidupan Manusia
Faktor yang Mempengaruhi Kebahagiaan. Secara umum, faktor yang dapat mempengaruhi kebahagiaan seseorang adalah sebagai berikut :
- kehidupan sosial. Orang yang sangat bahagia adalah orang yang memiliki kehidupan sosial yang baik dan sering melakukan sosialisasi.
- religius atau agama. Orang yang religius lebih bahagia dan lebih puas terhadap kehidupan. Hal tersebut dikarenakan agama dapat memberikan harapan akan masa depan dan menciptakan makna hidup bagi manusia yang nantinya akan bahagia dunia dan akhirat.
- pernikahan. Dari penelitian yang pernah dilakukan, ditemukan bahwa orang yang menikah bisa mempengaruhi panjangnya usia dan mendapatkan penghasilan, yang dapat membuat yang bersangkutan bahagia.
- usia. Orang yang berusia remaja antara 20 hingga 24 tahun merasakan lebih bahagia dibandingkan dengan usia di bawahnya dan sebaliknya. Namun secara umum, kebahagiaan bergantung juga pada life style dan persepsi tentang hidup.
- finansial. Keuangan (finansial) merupakan salah satu hal yang dapat membuat seseorang Bahagia.
Sedangkan menurut Elizabeth B. Hurlock, kebahagiaan dipengaruhi oleh beberapa faktor sebagai berikut :
- kesehatan. Kesehatan yang baik memungkinkan seseorang untuk melakukan apa yang diinginkan. Hal tersebut tertentunya akan berdampak pada kepuasan hidup dan kebahagiaan orang yang bersangkutan.
- daya tarik fisik. Daya tarik fisik merupakan salah satu alasan seseorang diterima oleh orang lain. Melalui daya tarik fisik, seseorang dapat meraih prestasi.
- tingkat otonomi. Semakin besar otonomi yang dapat dicapai, semakin besar kesempatan untuk memperoleh kebahagiaan. Adanya kesempatan, merupakan bentuk beraktualisasi dalam upaya pencapaian harapan dan meraih kebahagiaan.
- kesempatan interaksi di luar keluarga. Seseorang akan merasa lebih bahagia jika dapat berinteraksi dengan orang-orang di luar lingkungan keluarga. Seseorang yang berbahagia memiliki lebih banyak teman dibandingkan dengan mereka yang tidak bahagia.
- jenis pekerjaan. Semakin rutin sifat pekerjaan dan semakin sedikit kesempatan untuk otonomi dalam pekerjaan, maka akan semakin kurang memuaskan atau kurang membahagiakan.
- status kerja. Dalam sebuah pekerjaan, semakin berhasil melaksanakan tugasnya, maka akan semakin mendekati prestasi yang akan diraih. Hal tersebut akan menimbulkan kepuasan dan kebahagiaan.
- kondisi kehidupan. Kondisi kehidupan yang memungkinkan seseorang mengadakan interaksi yang baik dengan orang lain. Adanya interaksi memberikan kepuasan untuk kebutuhan manusia sebagai makhluk sosial. Kondisi kehidupan yang sesuai juga akan membuat seseorang merasa nyaman dan bahagia.
- pemilikan harta benda. Kebahagiaan tidak hanya dari banyaknya harga yang dimiliki, namun dapat berasal dari rasa kepemilikan atas apa yang dimiliki.
- keseimbangan antara harapan dan pencapaian. Kebahagiaan akan tercapai apabila harapan-harapan yang realistis dapat tercapai tujuannya.
- penyesuaian emosional. Individu yang dapat menyesuaikan diri dan Bahagia akan lebih mampu menahan emosi negatifnya.
- sikap terhadap periode usia tertentu. Perasaan bahagia yang akan dialami pada usia tertentu sebagian ditentukan oleh pengalaman sendiri bersama orang lain pada waktu kanak-kanak dan pengaruh stereotip budaya.
- realisme dari konsep diri. Seseorang yang memiliki keyakinan lebih, namun ternyata gagal dalam pencapaian suatu tujuan, akan lebih mungkin mengalami ketidak-bahagiaan.
- realisme dari konsep-konsep peran. Seseorang cenderung menginginkan peran yang akan dimainkan pada usia tertentu di masa depan. Peran tersebut apabila tidak tercapai di masa mendatang, maka akan mungkin terjadi ketidak-bahagiaan.
Baca juga : Kebahagiaan Dan Transendensi Augustinus
Demikian penjelasan berkaitan dengan pengertian kebahagiaan, aspek, dan faktor yang mempengaruhi kebahagiaan.
Semoga bermanfaat.