Stabilitas Emosi (Kestabilan Emosi) : Pengertian, Ciri-Ciri, Aspek, Serta Faktor Yang Mempengaruhi Stabilitas Emosi (Kestabilitas Emosi)

Silahkan Bagikan Tulisan-Artikel ini :
Istilah emosi berasal dari bahasa Latin, yaitu "emovere", dari "e" yang berarti 'luar' dan "movere" yang berarti 'bergerak'. Dalam bahasa Perancis, emosi disebut "emouvoir", yang berarti 'kegembiraan'.  
Eastwood Atwater, dalam bukunya yang berjudul "Psychology of Adjustment", mengartikan emosi sebagai suatu kondisi kesadaran yang kompleks dan mencakup sensasi di dalam diri dan ekspresi ke luar yang memiliki kekuatan memotivasi untuk bertindak. 

Secara umum, emosi manusia berkaitan dengan tiga aspek penting, yaitu persepsi, pengalaman, dan proses berpikir. Ketiga aspek tersebut dapat menghadirkan sikap tenang atau santai dalam menghadapi situasi apapun, selain juga bisa membuat manusia akan mudah marah, menuduh, sedih, dan lain-lain.  Hal tersebut secara tidak langsung mengindikasikan bahwa emosi merupakan sebuah reaksi manusia ketika berinteraksi dengan diri sendiri, orang lain, dan lingkungannya. Kemampuan manusia dalam mengendalikan dan mengelola emosi akan menciptakan suatu stabilitas emosi, yang akan menjadi faktor penentu bagi keberhasilan atau kesuksesan dalam berbagai aspek kehidupan. 

Baca juga : Pengertian Emosi

Pengertian Stabilitas Emosi. Stabilitas emosi atau kematangan emosi merupakan suatu kondisi di mana seseorang dapat melakukan kontrol diri terhadap luapan ekspresi emosi yang dialami, sehingga ia dapat menyikapi dengan baik segala hal yang dihadapinya. Stabilitas emosi adalah kemampuan seseorang dalam mengelola emosi. Stabilitas dimaksud adalah reaksi seseorang, baik secara emosi atau fisik, dapat diprediksi dan tidak mengejutkan. Seseorang yang memiliki stabilitas emosi yang baik adalah ia yang mampu memahami apa yang sedang ia rasakan dan mengekspresikannya secara tepat.

Pengertian stabilitas emosi dapat dijumpai dalam beberapa pendapat yang telah dikemukakan oleh para ahli, beberapa diantaranya adalah sebagai berikut :
  • Muhamad Utsman Najati, dalam bukunya berjudul "Psikologi dalam Al-Quran", menyebutkan bahwa stabilitas emosi adalah tidak berlebih-lebihan dalam pengungkapan emosi, karena emosi yang diungkapkan secara berlebih-lebihan dapat membahayakan kesehatan fisik dan psikis manusia.
  • S. Sharma, dalam bukunya yang berjudul "Emotional Stability of Visually Disable in Relation to Their Study Habits", menyebutkan bahwa stabilitas emosi adalah kondisi yang benar-benar kokoh, tida mudah berbalik atau terganggu, memiliki keseimbangan yang baik dan mampu untuk menghadapi segala sesuatu dengan kondisi emosi yang tetap sama.
  • W.A. Gerungan, dalam bukunya yang berjudul "Psikologi Sosial", menyebutkan bahwa stabilitas emosi adalah kematangan atau kemantapan untuk mengintegrasikan keinginan, cita-cita, kebutuhan atau perasaan ke dalam kepribadian yang pada dasarnya bulat dan harmonis. 
  • Elzabeth B. Hurlock, dalam bukunya yang berjudul "Psikologi Perkembangan : Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan", menyebutkan bahwa stabilitas emosi adalah keadaan yang tidak berubah dari satu emosi atau suasana hati ke suasana hati lain dalam periode sebelumnya.

Baca juga : Emosi Manusia

Ciri-ciri Stabilitas Emosi. Pada umumnya, orang yang memiliki stabilitas emosi yang baik adalah orang yang memiliki ciri-ciri  atau karakteristik sebagai berikut : 
  • keyakinan akan kemampuan diri. Terwujud dalam sikap positif yang dipunyai oleh seseorang, bahwa ia memahami sungguh-sungguh akan apa yang dilakukan.
  • optimis. Sikap positif seseorang yang selalu berpandangan baik dalam menghadapi segala hal tentang diri, harapan, dan kemampuannya.
  • obyektif. Sikap seseorang yang memandang sesuatu sesuai dengan kebenaran semestinya dan bukan menurut kebenaran pribadi atau yang menurut dirinya benar.
  • bertanggung jawab. Kesediaan seseorang untuk menanggung segala sesuatu yang telah menjadi konsekuensinya.
  • rasional dan realistis. Kemampuan menganalisa masalah, sesuatu hal, sesuatu kejadian dengan menggunakan pemikiran yang dapat diterima akal sehat dan sesuai kenyataan.

Selain itu, ciri-ciri orang yang mempunyai stabilitas emosi yang baik juga dikemukakan oleh beberapa ahli, diantaranya adalah :

1. Elzabeth B. Hurlock.
Elzabeth B. Hurlock menyebutkan bahwa orang yang memiliki stabilitas emosi adalah mereka yang memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
  • dapat mengontrol ekspresi erposi yang tidak sesuai dengan nilai-nilai sosial, atau dapat melepaskan dirinya dari belenggu energi mental maupun fisik yang terpendam dengan cara yang dapat diterima oleh lingkungan sosialnya.
  • mampu belajar mengetahui besarnya kontrol yang diperlukan untuk memuaskan kebutuhan-kebutuhannya, serta menyesuaikan diri dengan harapan-harapan sosial, bersikap empati yang tinggi terhadap orang lain.
  • mampu menilai situasi secara cermat sebelum memberikan responnya secara emosional. 

2. S. Aleem.
S. Aleem dalam tulisannya yang berjudul "Emotional Stability among College Youth", yang dimuat dalam  Journal of The Indian Academy of Applied Psychology, 31 (1-2), menyebutkan bahwa orang yang memiliki stabilitas emosi bercirikan :
  • mampu merespon perubahan situasi dengan baik.
  • mampu menunda respon, terutama respon negatif.
  • bebas dari rasa takut yang tidak beralasan.
  • mau mengakui kesalahan tanpa merasa malu.

3. Morgan dan King.
Morgan dan King dalam bukunya yang berjudul "Introduction of Psychology", menyebutkan bahwa orang yang memiliki emosi yang stabil adalah orang dengan memiliki ciri-ciri :
  • kreatif. 
  • produktif. 
  • tidak mudah cemas, tegang, dan frustasi.
  • mandiri.
  • bersemangat tinggi.
  • efisien. 


Aspek Stabilitas Emosi. Menurut Daniel Goleman, dalam bukunya yang berjudul "Emotional Intelligence (Kecerdasan Emosi)", menyebutkan bahwa stabilitas emosi merujuk pada kecerdasan emosional. Stabilitas emosi seseorang akan selalu berbanding lurus dengan kecerdasan emosional yang dimiliki oleh yang bersangkutan. Kecerdasan emosional meliputi :
  • self awareness. Self awareness adalah kemampuan seseorang untuk mengenali dan memahami perasaan, kekuatan, kelemahan, nilai, kebutuhan, dan tujuannya, serta dampaknya bagi lingkungan sekitarnya.
  • self regulation. Self regulation adalah kemampuan seseorang dalam mengendalikan dorongan atau perasaan yang mengganggu, serta beradaptasi dengan perubahan.
  • motivasi. Motivasi adalah dorongan untuk mencapai tujuan.
  • empati. Empati adalah kemampuan untuk memahami perasaan orang lain.
  • keterampilan sosial. Keterampilan sosial adalah kemampuan untuk membina hubungan baik dengan orang lain dan lingkungannya.
 
Schneiders  dalam bukunya yang berjudul "Personal Adjusment and Mental Health", menyebutkan bahwa stabilitas emosi didukung oleh kesehatan emosi serta penyesuaian emosi yang terdiri dari tiga aspek, yaitu :
  • adekuasi emosi. Aspek ini berkaitan dengan respon emosi, yang memiliki sifat baik dan sehat. Oleh karenanya untuk memperoleh kesehatan emosi dan penyesuaian emosi yang baik dibutuhkan sikap tenang dan dingin. 
  • kematangan emosi. Kematangan emosi merupakan kemampuan seseorang untuk melakukan reaksi emosi sesuai dengan tingkat perkembangan pribadi.
  • kontrol emosi. Kontrol emosi merupakan fase khusus dari kontrol diri yang sangat penting bagi terciptanya kematangan, penyesuaian, dan kesehatan mental. Kontrol emosi meliputi pengaturan emosi dan perasaan sesuai dengan tuntutan lingkungan atau situasi dan standar dalam diri individu yang berhubungan dengan nilai-nilai, cita-cita, serta prinsip.


Faktor yang Mempengaruhi Stabilitas Emosi. Pada prinsipnya, faktor yang dapat mempengaruhi stabilitas emosi seseorang adalah datang dari diri orang itu sendiri. Namun demikian, faktor yang dapat mempengaruhi stabilitas emosi seseorang dapat diuraikan menjadi beberapa hal. Elzabeth B. Hurlock menyebutkan bahwa stabilitas emosi seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu :
  • fisik. Jika seseorang dalam kondisi sehat secara jasmani maka akan cenderung untuk tidak mudah marah atau cepat tersinggung. Seseorang akan merasa nyaman dan tenteram dalam kondisi jasmaniah yang sehat.
  • kondisi lingkungan. Yang dimaksud adalah kondisi lingkungan di mana seseorang berada. Lingkungan yang dapat menerima kehadiran seseorang dan seseorang tersebut mudah diterima di lingkungan tersebut akan membuat yang bersangkutan mengalami kestabilan dalam emosi.
  • pengalaman. Melalui pengalaman seseorang dapat mengetahui bagaimana anggapan orang lain tentang berbagai bentuk ungkapan emosi. 

Sedangkan Bimo Walgito dalam bukunya yang berjudul "Pengantar Psikologi Umum", menyebutkan bahwa faktor yang mempengaruhi stabilitas emosi seseorang adalah :
  • keadaan jasmani seseorang yang bersangkutan. Keadaan jasmani yang kuang sehat akan mempengaruhi emosi seseorang tersebut.
  • keadaan dasar seseorang. Keadaan dasar seseorang sangat berkaitan dengan struktur pribadi yang bersangkutan.
  • keadaan seseorang pada suatu waktu.


Stabilitas emosi merupakan salah satu indikator dari kematangan emosi. Seseorang yang memiliki emosi yang matang akan memberikan reaksi emosional yang stabil, tidak mudah berubah-berubah dari satu emosi atau suasana hati ke suasana hati yang lain.

Demikian penjelasan yang berkaitan dengan pengertian stabilitas emosi (kestabilan emosi), ciri-ciri, aspek, serta faktor yang mempengaruhi stabilitas emosi.

Semoga bermanfaat.