Modal Psikologis (Psychological Capital) : Pengertian, Komponen, Dan Cara Mengembangkan Modal Psikologis (Psychological Capital)

Silahkan Bagikan Tulisan-Artikel ini :
Pengertian Modal Psikologis. Modal psikologis atau “psychological capital” merupakan susunan inti dari konsep “Positive Organizational Behavior (POB)”, yaitu studi dan aplikasi yang berorientasi positif pada kekuatan sumber daya manusia dan kapasitas psikologis yang dapat diukur, dikembangkan, dan secara efektif dapat menggerakkan peningkatan performa di tempat kerja .

Secara umum, modal psikologis atau “psychological capital” dapat diartikan sebagai suatu konstruksi individu yang positif yang berorientasi pada keberhasilan di masa depan dengan mendasarkan pada pengembangan dan peningkatan kemampuan individu tersebut. Modal psikologis juga berarti suatu kondisi psikologis yang bersifat positif dari seorang individu yang memiliki karakteristik efikasi diri, optimisme, harapan, dan resiliensi yang berorientasi pada keberhasilan dan kesuksesan di tempat kerja.

Sedangkan menurut Fred Luthans, C.M. Youssef, dan B.J. Avolio, dalam “Psychological Capital: Developing the Human Competitive Edge”, menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan modal psikologis adalah sebuah pengembangan kondisi psikologis yang positif dari seseorang yang memiliki karakteristik memiliki keyakinan akan kemampuan diri sendiri untuk mengeluarkan usaha dalam rangka menyelesaikan tantangan dalam pekerjaan, membuat tekad positif dalam mencapai keberhasilan sekarang dan di masa yang akan datang, tekun dalam pencapaian tujuan, jika perlu membuat jalur dalam mencapai tujuan dalam rangka untuk mencapai keberhasilan, dan ketika mengalami masalah atau kesulitan, mampu bertahan dan bahkan bangkit untuk mencapai kesuksesan.


Berdasarkan pengertian tersebut di atas, dapat dikatakan bahwa karakteristik dari perkembangan psikologis yang positif pada seorang individu adalah :
  • memiliki kepercayaan diri untuk memilih dan mengerahkan upaya yang diperlukan agar berhasil dalam menghadapi tugas-tugas yang menantang atau disebut sebagai “self efficacy”.
  • membuat atribusi positif tentang keberhasilan di masa kini dan mendatang atau disebut sebagai “optimism”.
  • tekun dalam mencapai tujuan dan, bila diperlukan, mengalihkan cara untuk mencapai tujuan dalam rangka meraih keberhasilan atau disebut sebagai “hope”.
  • ketika dilanda masalah dan kesulitan, individu dapat bertahan dan bangkit kembali bahkan melampaui keadaan semula untuk mencapai keberhasilan atau disebut sebagai “resiliency”.


Komponen Modal Psikologis. Menurut Fred Luthans, C.M. Youssef, dan B.J. Avolio, modal psikologis memiliki empat komponen utama sebagaimana karakteristik dari perkembangan psikologis yang positif pada seorang individu tersebut di atas, yang disingkat dengan “HORE”, yaitu :

1. Hope.
Hope atau harapan adalah sesuatu yang tampak sebagai emosi dan berkaitan dengan komponen kognitif. Hope merupakan suatu emosi yang berakar pada pengalaman terdahulu dan dipengaruhi oleh faktor eksternal serta kontrol keyakinan kolaboratif. Adanya harapan akan memotivasi tindakan dan mempengaruhi pikiran serta perilaku. Dalam psikologi positif, harapan diidentifikasikan sebagai sebuah gaya pengaktif yang memungkinkan orang-orang, meski sedang menghadapi banyak sekali hambatan, untuk membayangkan masa depan yang menjanjikan dan untuk mengatur serta mengejar target.

2. Optimism.
Optimism atau optimisme adalah suatu tendensi atau kecenderungan untuk mengharapkan hasil yang menguntungkan. Optimisme digambarkan sebagai keyakinan umum dengan hasil yang baik, atau dengan kata lain, optimisme mengharapkan hal-hal untuk berlangsung sebagaimana seharusnya. Optimisme sangat berkaitan dengan kekuatan ego dan pengendalian internal.

3. Resilience.
Resilience atau resiliensi adalah daya lentur atau ketahanan, maksudnya kemampuan atau kapasitas insani yang dimiliki seseorang, kelompok atau masyarakat yang memungkinkannya untuk menghadapi, mencegah, meminimalkan dan bahkan menghilangkan dampak-dampak yang merugikan dari kondisi yang tidak menyenangkan, atau mengubah kondisi kehidupan yang menyengsarakan menjadi suatu hal yang wajar untuk diatasi. Individu yang memiliki daya resiliensi akan cenderung membuat hidupnya menjadi lebih kuat. Sehingga dapat dikatakan bahwa seorang yang resilien dapat dikenali sebagai seorang yang :
  • tabah menerima kenyataan.
  • berkeyakinan penuh, sering kali ditopang oleh nilai-nilai yang digenggam kuat, bahwa hidup itu penuh arti.
  • berkemampuan luar biasa untuk berbuat seadanya dan beradaptasi terhadap perubahan yang signifikan.

S.J. Wolin dan S. Wolin, dalam “The Resilient Self: How Survivors of Troubled Families Rise Above Adversity”, menyebutkan bahwa seorang individu yang resilien memiliki tujuh karakteristik, sebagai berikut :
  • initiative (inisiatif), yang terlihat dari upaya mereka melakukan eksplorasi terhadap lingkungan mereka dan kemampuan individual untuk mengambil peran atau bertindak.
  • independence (independen), yang terlihat dari kemampuan seseorang menghindar atau menjauhkan diri dari keadaan yang tidak menyenangkan dan otonomi dalam bertindak.
  • insight (berwawasan), yang terlihat dari kesadaran kritis seseorang terhadap kesalahan atau penyimpangan yang terjadi dalam lingkungannya atau bagi orang dewasa ditunjukkan dengan perkembangan persepsi tentang apa yang salah dan menganalisis mengapa ia salah.
  • relationship (hubungan), yang terlihat dari upaya seseorang menjalin hubungan dengan orang lain.
  • humor (humor), yang terlihat dari kemampuan seseorang mengungkapkan perasaan humor di tengah situasi yang menegangkan atau mencairkan suasana kebekuan.
  • creativity (kreativitas), yang ditunjukkan melalui permainan-permainan kreatif dan pengungkapan diri.
  • morality (moralitas), yang ditunjukkan dengan pertimbangan seseorang tentang baik dan buruk, mendahulukan kepentingan orang lain dan bertindak dengan integritas.

4. Self-Efficacy.
Self-Efficacy atau kepercayaan diri (confidence) adalah suatu keyakinan seorang individu terhadap kemampuannya untuk mengerahkan motivasi, sumber kognitif, dan metode kerja yang dibutuhkan untuk melaksanakan dengan sukses sebuah tugas tertentu dalam sebuah konteks yang telah diberikan.

Albert Bandura, dalam “Social Foundation of Thought and Action: A Social Cognitive Theory”, menjelaskan bahwa self-efficacy sebagai kepercayaan seorang individu terhadap kapabilitas dirinya untuk melakukan suatu tugas yang spesifik. Menurut Albert Bandura, self-efficacy ini memiliki tiga komponen, yakni :
  • magnitude (ukuran besarnya), terkait level kesulitan tugas yang seseorang percayai dapat merealisasikan.
  • strength (kekuatan), mengacu pada apakah keyakinan terhadap magnitude kuat atau lemah.
  • generality (keumuman), menunjukkan atau mengindikasikan bagaimana tingkat pengharapan digeneralisasikan pada berbagai situasi.


Cara Mengembangkan Modal Psikologis. Modal psikologis dari seorang individu dapat dikembangkan dan ditingkatkan. Pengembangan dan peningkatan modal psikologis dimaksud sangat berkaitan dengan pengembangan dan peningkatan masing-masing dari komponen model psikologis, yaitu sebagai berikut :

1. Hope.
Hope atau harapan dapat dikembangkan dengan cara :
  • mengatur dan menglarifikasi target pribadi dan organisasi yang spesifik dan menantang.
  • melakukan “metode langkah” untuk memecah target menjadi sublangkah yang dapat diatur sehingga dapat menandai peningkatan dan membuat pengalaman langsung terkait setidaknya kemenangan dan kesuksesan kecil.
  • mengembangkan setidaknya satu alternatif atau jalan kemungkinan untuk target yang telah disusun dengan disertai rencana tindakan.
  • akui kesenangan dalam proses bekerja untuk menggapai target dan jangan hanya fokus pada pencapaian akhir.
  • bersiap dan bersedialah untuk menekuni rintangan dan permasalahan.
  • bersiap dan terampil mengetahui kapan dan jalan alternatif mana yang bisa dipilih ketika rute utama menuju pencapaian target tidak lagi dapat dilakukan atau tidak lagi produktif.
  • bersiap dan pintar dalam mengetahui kapan dan bagaimana menarget kembali untuk menghindari jebakan atau harapan yang salah.

2. Optimism.
Optimism atau optimesme dapat dikembangkan dan ditingkatkan dengan cara :
  • identifikasi keyakinan menaklukkan diri ketika dihadapkan pada sebuah tantangan.
  • evaluasi keakuratan keyakinan.
  • sekali keyakinan yang tidak berfungsi secara normal tereduksi, ganti dengan keyakinan yang lebih membangun dan akurat yang telah dikembangkan.

3. Resilience.
Resilience atau resiliensi dapat dikembangkan dan ditingkatkan dengan cara :
  • hindari jebakan pemikiran negatif ketika suatu hal mulai memburuk.
  • uji keakuratan keyakinan terhadap permasalahan dan bagaimana mencari solusi jitu.
  • tetapkan ketenangan dan kefokusan ketika emosi dan stres menyerbu.

4. Self-Efficacy.
Dengan menggunakan pendekatan dari Albert Bandura, self efficacy dapat dikembangkan dan ditingkatkan dengan :
  • pengalaman ahli atau pencapaian performa. Hal ini sangat potensial untuk mengembangkan kepercayaan diri karena melibatkan informasi langsung terkait sukses. Bagaimanapun, pencapaian tidak secara langsung membangun kepercayaan diri. Proses situasional, seperti tugas yang kompleks, dan proses kognitif, seperti persepsi terhadap kemampuan seseorang, sama-sama berpengaruh terhadap perkembangan percaya diri.
  • pengalaman atas nama orang lain atau memperagakan. Jika seseorang melihat orang lain seperti diri mereka berhasil dengan usaha yang dipertahankan, mereka akan mulai percaya bahwa diri mereka juga memiliki kapasitas untuk berhasil.
  • persuasi sosial. Seorang individu yang kompeten dapat membantu mengembangkan kepercayaan diri orang lain dengan mempersuasi atau meyakinkan.
  • stimulan atau motivasi fisik dan psikis. Orang-orang sering kali bergantung pada apa yang mereka rasakan, baik secara fisik maupun psikis, untuk mengukur kapabilitas mereka. Bagaimanapun, kondisi fisik dan mental yang sempurna dapat menyebabkan tumbuhnya kepercayaan diri .


Demikian penjelasan berkaitan dengan pengertian modal psikologis (psychological capital), komponen, dan cara mengembangkan modal psikologis (psychological capital).

Semoga bermanfaat.