Penerimaan Diri : Pengertian, Ciri-Ciri, Unsur, Manfaat, Tingkatan, Dan Dampak Penerimaan Diri, Serta Faktor Yang Mempengaruhi Penerimaan Diri

Silahkan Bagikan Tulisan-Artikel ini :
Pengertian Penerimaan Diri. Penerimaan diri berkaitan dengan kepribadian serta konsep diri. Oleh karenanya, kemampuan untuk memahami karakteristik diri perlu dimiliki sejak dini oleh seorang individu, sehingga ia dapat mengembangkan diri dengan positif.

Secara umum, yang dimaksud dengan penerimaan diri atau “self acceptance” adalah suatu kemampuan seorang individu untuk dapat melakukan penerimaan terhadap keberadaan diri sendiri. Penerimaan diri juga dapat berarti suatu sikap memandang diri sendiri sebagaimana adanya dan memperlakukannya secara baik disertai rasa senang serta bangga sambil terus mengusahakan kemajuannya. Dalam “Kamus Filsafat Psikologi”, penerimaan diri diartikan dengan :
  • dukungan atau sambutan diri.
  • penerimaan dari seseorang dalam mencapai kebahagiaan dan kesuksesan.

Pada hakekatnya, penerimaan diri merupakan sikap menerima seluruh keadaan diri terhadap masa lalu dan kehidupan sekarang, baik fisik maupun non fisik yang ada pada diri tanpa syarat. Maksudnya adalah menerima diri sendiri memerlukan kesadaran dan kemauan dalam melihat fakta yang ada pada diri, baik fisik maupun psikis, sekaligus kekurangan dan ketidak-sempurnaan, tanpa ada kekecewaan. Tujuannya adalah untuk merubah diri menjadi lebih baik. Elizabeth B. Hurlock, dalam “Adolescent Development”, menjelaskan bahwa apabila seorang individu hanya melihat dari satu sisi saja maka tidak mustahil akan timbul kepribadian yang timpang, semakin ia menyukai dirinya, maka ia akan mampu menerima dirinya dan ia akan semakin diterima oleh orang lain. Dengan kata lain, seorang individu dengan penerimaan diri yang baik akan mampu menerima karakter-karakter alamiah dan tidak mengkritik sesuatu yang tidak bisa diubah lagi.


Tanpa penerimaan diri, seorang individu tidak akan mengalami kemajuan dalam suatu hubungan yang efektif. Seorang individu yang dapat menerima dirinya, biasanya ia akan merasa disukai, ingin diterima, dan mampu atau layak menerima. Sedangkan seorang individu yang menolak atau tidak dapat menerima dirinya, biasanya ia merasa tidak bahagia dan tidak mampu membentuk serta menjaga hubungan baik dengan orang lain. Sikap penerimaan diri dapat dilakukan secara realistis, tetapi juga dapat dilakukan secara tidak realistis ;
  • sikap penerimaan diri realistis dapat ditandai dengan memandang segi kelemahan-kelemahan maupun kelebihan-kelebihan diri secara objektif.
  • sikap penerimaan diri tidak realistis ditandai dengan upaya untuk menilai secara berlebihan terhadap diri sendiri, mencoba untuk menolak kelemahan diri sendiri, mengingkari atau menghindari hal-hal yang buruk dari dalam dirinya, misalnya pengalaman traumatis masa lalu.


Selain itu, pengertian penerimaan diri juga dapat dijumpai dalam beberapa pendapat yang dikemukakan oleh para ahli, diantaranya adalah :
  • J.P. Chaplin, dalam “Kamus Lengkap Psikologi”, menyebutkan bahwa penerimaan diri adalah sikap yang pada dasarnya merasa puas dengan diri sendiri, kualitas-kualitas dan bakat-bakat sendiri, serta pengetahuan-pengetahuan akan keterbatasan-keterbatasan sendiri.
  • Gordon W. Allport, dalam “Personality: A Psychological Interpretation”, menyebutkan bahwa penerimaan diri adalah toleransi individu atas peristiwa-peristiwa yang membuat frustasi atau menyakitkan sejalan dengan menyadari kekuatan-kekuatan pribadinya.
  • Michael E. Bernard, dalam “The Strength of Self Acceptance: Theory, Practice, and Research”, menyebutkan bahwa penerimaan diri adalah suatu sikap menyadari semua kekuatan (kepribadian, keluarga, budaya, dan lain sebagainya) dan kualitas diri bahwa tidak ada orang yang sempurna, sehingga dapat diketahui bagaimana ciri seseorang mirip dan berbeda dengan orang lain.


Ciri-Ciri Penerimaan Diri. Ciri-ciri atau karakteristik seorang individu yang dapat menerima kondisi dirinya dengan baik, tentu berbeda dengan karakteristik seorang individu yang tidak dapat menerima kondisi dirinya. Seorang individu yang memiliki penerimaan diri yang baik dapat dilihat dari kehidupan kesehariannya, baik dari perkataan maupun perilakunya, yang cenderung positif dan senang melakukan kegiatan yang berhubungan dengan banyak orang. Secara umum, ciri-ciri seorang individu yang mampu menerima dirinya adalah sebagai berikut :
  • dapat menerima segala potensi yang ada pada dirinya, baik itu yang berkaitan dengan kelebihan maupun kekurangan yang dimilikinya.
  • mudah untuk berinteraksi dengan orang lain karena bersedia menerima kritik maupun penolakan dari orang lain dengan sikap positif.

Elizabeth B. Hurlock menyebutkan bahwa ciri-ciri dari seorang individu yang dapat menerima dirinya adalah :
  • mempunyai keyakinan akan kemampuannya untuk menghadapi kehidupannya.
  • menganggap dirinya berharga sebagai seorang manusia yang sederajat dengan orang lain.
  • berani memikul tanggung jawab terhadap perilakunya.
  • menerima pujian dan celaan secara objektif.
  • tidak menyalahkan dirinya akan keterbatasan yang dimilikinya ataupun mengingkari kelebihannya.

Gordon W. Allport menyebutkan bahwa ciri-ciri seorang individu yang dapat menerima dirinya adalah :
  • memiliki gambaran yang positif tentang dirinya.
  • dapat mengatur dan dapat bertoleransi dengan rasa frustasi dan kemarahannya.
  • dapat berinteraksi dengan orang lain tanpa memusuhi mereka apabila orang lain beri kritik.
  • dapat mengatur keadaan emosi mereka (depresi, kemarahan).

Sedangkan menurut C.D. Ryff, dan C.L.M. Keyes, dalam “The Structure of Psychological Well-Being Revisited”, yang dimuat dalam Journal of personality and social psychology, 69(4), menyebutkan bahwa ciri-ciri seorang individu yang memiliki penerimaan diri adalah sebagai berikut :
  • memiliki penilaian realistis terhadap potensi-potensi yang dimilikinya.
  • menyadari kekurangan tanpa menyalahkan diri sendiri.
  • memiliki spontanitas dan tanggung jawab terhadap perilakunya.
  • menerima kualitas-kualitas kemanusiaan tanpa menyalahkan diri terhadap keadaan-keadaan diluar kendali mereka.


Unsur Penerimaan Diri. Terdapat beberapa unsur yang menentukan keberhasilan seorang individu dalam melakukan perubahan dari penghayatan hidup yang tidak bermakna menjadi hidup yang bermakna, sehingga ia dapat menerima apapun kondisi dirinya. E.M. Berger, dalam “The Relation Between Expressed Acceptance of Self and Expressed Acceptance of Others”, yang dimuat dalam Journal Abnormal Psychology, 47(4), menyebutkan bahwa beberapa unsur yang ada dalam penerimaan diri (domain self acceptance) adalah sebagai berikut :
  • sikap dan perilaku didasarkan nilai-nilai standar diri tidak dipengaruhi lingkungan luar.
  • keyakinan dalam menjalani hidup.
  • berani bertanggung jawab terhadap perilakunya.
  • mampu menerima pujian dan kritik secara subjektif.
  • tidak menyalahkan diri atas perasaannya terhadap orang lain.
  • menganggap dirinya memiliki kemampuan sama dengan orang lain.
  • tidak mengharapkan penolakan orang lain.
  • tidak menganggap dirinya berbeda dari orang lain.
  • tidak malu atau rendah diri.


Manfaat Penerimaan Diri. Beberapa manfaat dari penerimaan diri, diantaranya adalah :
  • memiliki peranan yang penting dalam interaksi sosial, yaitu membantu seorang individu dalam berinteraksi dengan individu lain. Tanpa penerimaan diri, seorang individu cenderung sulit untuk dapat berinteraksi dengan individu lain sehingga dapat berpengaruh buruk pada kepribadiannya.
  • meningkatkan kepercayaan diri serta membuat hubungan menjadi lebih akrab, karena ia menyadari bahwa setiap individu diciptakan sama, yaitu memiliki kelebihan dan kekurangan.


Tingkat Penerimaan Diri. Penerimaan diri merupakan hal yang penting bagi setiap individu, karena hal tersebut dapat memberikan pengaruh dalam menjalani kehidupannya. Arti penting dari penerimaan diri adalah sebagai berikut :
  • semakin besar penerimaan diri maka keterbukaan diri cenderung besar. Hal tersebut tentunya akan berpengaruh pada sikap orang lain, karena semakin terbukanya seseorang terhadap orang lain maka orang lain semakin menerima diri.
  • adanya keterkaitan antara penerimaan diri dan penerimaan dari orang lain. Jadi semakin mampu untuk menerima diri maka penerimaan dari orang lain juga semakin baik.
  • semakin menerima diri, maka ia cenderung menganggap orang lain menyukai dirinya.

Penerimaan diri seorang individu terhadap dirinya memiliki beberapa tingkatan. C.D. Ryff, dalam “Happiness is Everything, or Is It Explorations on The Meaning of Psychological Well-Being”, yang Journal of Personality and Social Psychology, 57, (6), menjelaskan bahwa penerimaan diri seorang individu terhadap dirinya dapat dibedakan menjadi dua tingkatan, yaitu :
  • skor tinggi, apabila seorang individu memiliki sikap positif terhadap diri, mengakui dan menerima kualitas diri yang baik dan buruk, serta merasa positif tentang kehidupan masa lalu.
  • skor rendah, apabila seorang individu merasa tidak puas dengan diri, kecewa dengan yang telah terjadi di kehidupan masa lalu, bermasalah tentang kualitas pribadi tertentu, ingin menjadi berbeda dari diri.


Dampak Penerimaan Diri. Penerimaan diri memiliki peranan yang penting bagi kehidupan individu dalam interaksi sosial. Elizabeth B. Hurlock, dalam “Developmental Psychology: A life Span Approach”, menjelaskan bahwa semakin baik individu dapat menerima dirinya, maka akan semakin baik pula penyesuaian diri dalam kehidupan sosialnya. Tanpa adanya penerimaan diri, individu cenderung akan mengalami kesulitan dalam kehidupannya. Dampak dari penerimaan diri dapat dibedakan menjadi dua hal, yaitu :

1. Dampak terhadap penyesuaian diri.
Seorang individu yang mampu menerima diri, maka :
  • individu tersebut akan dapat mengenali kelebihan dan kelemahan yang ada pada dirinya. Hal tersebut merupakan salah satu karakteristik dari individu yang mempunyai penyesuaian diri baik yaitu dapat mengenali akan memperbaiki kelemahannya dengan kelebihan.
  • individu tersebut akan mampu mengevaluasi diri secara realistis sehingga ia dapat menggunakan kapasitas diri secara efektif, serta bangga menjadi diri sendiri.

2. Dampak terhadap penyesuaian sosial.
Penerimaan diri setiap individu diikuti oleh penerimaan orang lain. Individu yang mampu menerima dirinya akan tertarik untuk berhubungan dengan orang lain dan saling menghargai. Semakin individu dapat menerima dirinya, maka ia akan semakin mudah diterima oleh orang lain dalam kehidupan sosial.


Faktor yang Mempengaruhi Penerimaan Diri. Seorang individu dengan penerimaan diri yang baik akan menunjukkan ciri-ciri tertentu dalam berfikir dan melakukan aktivitas kesehariannya. Individu yang dapat menerima dirinya secara utuh berarti individu tersebut mampu menerima secara positif berbagai hal yang ada dalam dirinya. Secara umum, menurut Michael E. Bernard, penerimaan diri seseorang dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu :
  • evaluasi diri yang positif, mencerminkan kesadaran diri yang positif terutama ketika dihadapkan dengan kejadian negatif.
  • evaluasi diri yang negatif, terdiri dari item yang mencerminkan nilai diri secara umum serta pentingnya pendapat orang lain dan sekolah sebagai dasar untuk menentukan penilaian seseorang.

Robert E. Grinder, dalam “Adolescence”, menyebutkan bahwa penerimaan diri seorang individu dipengauhi oleh beberapa aspek, yaitu :

1. Aspek Fisik.
Tingkat penerimaan diri secara fisik merupakan tingkatan kepuasan seorang individu terhadap bagian-bagian tubuh dan penampilan fisik secara keseluruhan menggambarkan penerimaan fisik sebagai suatu evaluasi dan penilaian diri terhadap raganya, apakah raga dan penampilannya menyenangkan atau memuaskan untuk diterima atau tidak.

2. Aspek Psikis.
Seorang individu yang dapat menerima dirinya secara keseluruhan, maka ia akan memiliki keyakinan dengan kemampuan dirinya dalam menghadapi tuntutan lingkungan. Aspek psikis meliputi : pikiran, emosi, dan perilaku individu sebagai pusat penyesuaian diri.

3. Aspek Sosial.
Seorang individu yang dapat menerima dirinya secara sosial akan memiliki keyakinan bahwa dirinya sederajat dengan orang lain sehingga ia mampu menempatkan dirinya sebagaimana orang lain mampu menempatkan dirinya. Aspek sosial meliputi pikiran dan perilaku individu yang diambil sebagai respon secara umum terhadap orang lain dan masyarakat.

4. Aspek Moral.
Perkembangan moral dalam diri dipandang sebagai suatu proses yang melibatkan struktur pemikiran seorang individu, di mana ia mampu mengambil keputusan secara bijak serta mampu mempertanggung-jawabkan keputusan atau tindakan yang telah diambilnya berdasarkan konteks sosial yang telah ada.t

Sedangkan menurut Elizabeth B. Hurlock, beberapa faktor yang dapat mempengaruhi dalam pembentukan penerimaan diri seseorang individu adalah sebagai berikut :

1. Pemahaman diri.
Pemahaman diri merupakan persepsi diri yang ditandai oleh genuiness, realita, dan kejujuran. Semakin seseorang memahami dirinya, semakin baik penerimaan dirinya.

2. Harapan yang realistis.
Ketika seseorang memiliki harapan yang realistis dalam mencapai sesuatu, hal ini akan mempengaruhi kepuasan diri yang merupakan esensi dari penerimaan diri. Harapan akan menjadi realistis jika dibuat sendiri oleh diri sendiri.

3. Tidak adanya hambatan dari lingkungan.
Ketidak-mampuan dalam mencapai tujuan yang realistis, dapat terjadi karena hambatan dari lingkungan yang tidak mampu dikontrol oleh seseorang, seperti : diskriminasi ras, jenis kelamin, atau agama. Apabila hambatan-hambatan tersebut dapat dihilangkan dan jika keluarga, peer atau orang-orang yang berada disekelilingnya memberikan motivasi dalam mencapai tujuan, maka seseorang akan mampu memperoleh kepuasan terhadap pencapaiannya.

4. Sikap sosial yang positif.
Jika seseorang telah memperoleh sikap sosial yang positif, maka ia lebih mampu menerima dirinya. Tiga kondisi utama yang menghasilkan evaluasi positif antara lain adalah:
  • tidak adanya prasangka terhadap seseorang,
  • adanya penghargaan terhadap kemampuan-kemampuan sosial
  • kesediaan individu mengikuti tradisi suatu kelompok sosial.

5. Tidak adanya stress yang berat.
Tidak adanya stres atau tekanan emosional yang berat membuat seseorang bekerja secara optimal dan lebih berorientasi lingkungan daripada berorientasi diri dan lebih tenang dan bahagia.

6. Pengaruh keberhasilan.
Pengalaman gagal dapat menyebabkan penolakan diri, sedangkan meraih kesusksesan akan menghasilkan penerimaan diri. Kegagalan yang sering menimpa seseorang akan menjadikan ia menolak dirinya sendiri. Sebaliknya, keberhasilan yang sering dicapai akan menumbuhkan penerimaan terhadap dirinya sendiri. Sering atau tidaknya keberhasilan yang dapat dicapai dapat dinilai secara kuantitatif dan kualitatif ;
  • secara kuantitatif, berarti jumlah terjadinya keberhasilan lebih banyak dari pada kegagalan.
  • secara kualitatif, berarti walaupun jumlah terjadinya kegagalan lebih banyak dari pada keberhasilan, namun keberhasilan yang terjadi tersebut merupakan sesuatu yang sangat penting dan sangat berarti yang dapat melebihi julah kegagalan tersebut, baik dari penilaian masyarakat maupun diri sendiri

7. Identifikasi dengan orang yang memiliki penyesuaian diri yang baik.
Sikap ini akan menghasilkan penilaian diri yang positif dan penerimaan diri. Proses identifikasi yang paling kuat terjadi pada masa kanak-kanak.

8. Perspektif diri yang luas.
Seseorang yang memandang dirinya sebagaimana orang lain memandang dirinya akan mampu mengembangkan pemahaman diri daripada seseorang yang perspektif dirinya sempit.

9. Pola asuh yang baik pada masa anak-anak.
Pendidikan di rumah dan sekolah sangat penting, penyesuaian terhadap hidup, terbentuk pada masa kanak-kanak, karena itulah pelatihan yang baik di rumah maupun sekolah pada masa kanak-kanak sangatlah penting.

10. Konsep diri yang stabil.
Hanya konsep diri positif yang mampu mengarahkan seseorang untuk melihat dirinya secara tidak konsisten.


Demikian penjelasan berkaitan dengan pengertian penerimaan diri, ciri-ciri, unsur, manfaat, tingkatan, dan dampak penerimaan diri, serta faktor yang mempengaruhi penerimaan diri.

Semoga bermanfaat.