Gagasan tentang konsep diri sudah menjadi bagian dari sejarah kebudayaan dan filsafat manusia. Carl Rogers dan Abraham Maslow merupakan dua orang psikolog yang berpengaruh besar dalam mempopulerkan gagasan tentang konsep diri. Carl Rogers menyebutkan bahwa "pada dasarnya manusia selalu berjuang untuk menjadi diri yang ideal." Selain itu, Carl Rogers juga mengemukakan hipotesa :
- bahwa seseorang yang sehat secara psikologis memiliki kecenderungan untuk bergerak menjauhi peran yang diciptakan oleh harapan orang lain, dan sebagai gantinya lebih cenderung menengok ke dalam dirinya sendiri, mencari pengesahan dari dalam dirinya.
Jauh sebelum era Carl Rogers dan Abraham Maslow, sebenarnya konsep diri sudah dikenal sejak 3.000 tahun yang lalu. Hal tersebut dapat dikenali dari istilah "ahamkara" dalam filsafat kitab suci Veda serta dalam praktek spiritual dunia timut semacam Yoga, yang keduanya mengacu kepada pengertian konsep diri.
Pengertian Konsep Diri. Konsep diri merupakan inti dari kepribadian dalam diri seseorang. Secara umum, konsep diri dapat diartikan sebagai cara pandangan dan sikap individu terhadap diri sendiri. Konsep diri terkait dengan dimensi fisik, karakteristik individual, dan motivasi diri, yang juga mencakup berbagai kekuatan individual dan juga kelemahannya, termasuk juga kegagalannya.
Banyak ahli psikologi telah mengemukakan pendapatnya tentang apa yag dimaksud dengan konsep diri, beberapa diantaranya adalah sebagai berikut :
- Kartini Kartono, berpendapat bahwa konsep diri adalah keseluruhan yang dirasa dan diyakini benar oleh seseorag mengenai dirinya sebagai individu, ego, dan hal-hal lain yang dilibatkan di dalamnya.
- Dedy Mulyana, berpendapat bahwa konsep diri adalah pandangan kita mengenai siapa diri kita. Hal tersebut hanya bisa kita peroleh lewat informasi yang diberikan oleh orang lain kepada kita, melalui komunikasi dengan orang lain kita belajar bukan saja mengenai siapa kita, tapi juga bagaimana kita merasakan siapa kita. Kita mencintai diri kita jika kita telah dicintai orang lain dan kita percaya bahwa diri kita telah dipercaya orang lain.
- Agustiani, berpendapat bahwa konsep diri adalah gambaran yang dimiliki tentang dirinya, yang dibentuk melalui pengalaman yang diperoleh dari interaksi dengan lingkungan. Menurut Agustini, konsep diri bukan merupakan faktor bawaan, melainkan berkembang dari pengalaman yang terus menerus.
- Clara R. Pudjijogyanti, berpendapat bahwa konsep diri adalah salah satu faktor penentu perilaku seseorang, apakah akan baik atau buruk. Menurut Clara R. Pudjijogyanti, perilaku negatif seseorang adalah perwujudan dari adanya gangguan dalam usaha pencapaian harga diri.
- Rochman Natawidjaya, berpendapat bahwa konsep diri adalah persepsi individu mengenai dirinya sendiri, kemampuan dan ketidak-mampuannya, tabiat-tabiatnya, harga dirinya dan hubungannya dengan orang lain.
- James F. Calhoun, berpendapat bahwa konsep diri adalah gambaran mental individu yang terdiri pengetahuan tentang dirinya sendiri, pengharapan diri, dan penilaian terhadap diri sendiri.
- E.B. Harlock, berpendapat bahwa konsep diri adalah konsep seseorang dari siapa dan apa dia itu. Konsep diri merupakan bayangan cermin, ditentukan sebagian besar oleh peran dan hubungan orang lain, apa yang kiranya reaksi orag terhadapnya. Menurut E.B. Harlock, konsep diri ideal merupakan gambaran mengenai penampilan dan kepribadian yang didambakannya.
- William D. Brooks, berpendapat bahwa konsep diri adalah pandangan dan perasaan tentang diri, yang bisa bersifat psikologi, sosial, dan fisik. Konsep diri bukan hanya gambaran deskriptif, tetapi juga penilaian tentang diri. Konsep diri meliputi apa yang dipikirkan dan apa yang dirasakan tentang diri.
Aspek Konsep Diri. Menurut Agoes Dariyo, konsep diri bersifat multi aspek, yang meliputi :
1. Aspek Fisiologis.
Aspek fisiologis dalam diri berkaitan dengan unsur-unsur seperti warna kulit, bentuk, berat atau tinggi badan, raut muka, kondisi badan yang sehat atau cacat, dan lain sebagainya. Karakteristik mempengaruhi bagaimana seseorang menilai diri sendiri, demikian juga orang lainpun akan menilai seseorang dengan diawali dengan penilaian terhadap hal-hal yang bersifat fisiologis.
2. Aspek Psikologis.
Aspek psikologis meliputi :
- kognitif, yang meliputi kecerdasan, minat dan bakat, kreativitas, serta kemampuan konsentarasi. Aspek kognitif merupakan subtaksonomi yang mengungkapkan tentang kegiatan mental yang sering berawal dari tingkat pengetahuan sampai ke tingkat yang paling tinggi yaitu evaluasi.
- afeksi, yang meliputi ketahanan, ketekunan, keuletan kerja, motivasi berprestasi, dan toleransi stress. Ranah afeksi adalah ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai, yang mencakup watak perilaku seperti perasaan, minat, sikap, emosi, dan nilai.
- konasi, yang meliputi kecepatan dan ketelitian kerja, coping stress, dan resilliensi. Konasi disebut juga dengan kehendak atau hasrat. Konasi adalah kemauan yang merupakan salah satu fungsi hidup kejiwaan manusia. Konasi juga dapat diartikan sebagai aktivitas psikis yang mengandung usaha aktif dan berhubungan dengan pelaksanaan suatu tujuan.
3. Aspek Psiko-Sosiologis.
Pemahaman individu yang masih memiliki hubungan dengan lingkungan sosialnya. Konsep diri sosial merupakan persepsi, pikiran, perasaan, dan evaluasi seseorang terhadap kecenderungan sosial yang ada pada dirinya sendiri, berkaitan dengan kapasitasnya dalam berhubungan dengan dunia di luar dirinya, perasaan mampu dan berharga dalam lingkup interaksi sosialnya.
4. Aspek Psiko-Spiritual.
Kemampuan dan pengalaman individu yang berhubungan dengan nilai-nilai dan ajaran agama. Aspek spiritual merupakan aspek theologis yang bersifat transcendental. Aspek spiritual meliput tiga unsur yaitu :
- ketaatan beribadah.
- kesetiaan berdoa dan berpuasa.
- kesetiaan menjalankan ajaran agama.
5. Aspek Psiko-Etika dan Moral.
Kemampuan memahami dan melakukan perbuatan berdasar nilai-nilai etika dan moralitas. Konsep diri moraletik berkaitan dengan persepsi, pikiran, perasaan, serta penilaian seseorang terhadap moralitas dirinya terkait dengan relasi personalnya dengan Tuhan, dan segala hal yang bersifat normatif, baik nilai maupun prinsip yang memberi arti dan arah bagi kehidupan seseorang.
Sedangkan menurut E.B. Hurlock, konsep diri memiliki dua aspek yaitu :
- aspek fisik, yang terdiri dari konsep yang dimiliki individu tentang penampilannya, arti penting tubuhnya dalam hubungannya dengan perilakunya dan gengsi yang diberikan tubuhnya di mata orang lain.
- aspek psikologis, yang terdiri dari konsep individu tentang kemampuan dan ketidak-mampuanya, harga dirinya, dan hubugannya dengan orang lain.
Komponen Konsep Diri. Secara umum, komponen dari konsep diri adalah sebagai berikut :
- citra tubuh (body image), merupakan sikap individu terhadap dirinya, baik disadari ataupun tidak disadari, yang mencakup persepsi masa lalu dan/atau sekarang mengenai ukuran dan bentuk tubuh serta potensinya.
- ideal diri, merupakan persepsi individu tentang bagaimana ia seharusnya berperilaku berdasarkan standar pribadi dan terkait dengan cita-cita. Pembentukan ideal diri mulai terjadi sejak masa anak-anak dan dipengaruhi oleh orang-orang yang dekat dengan dirinya.
- harga diri, merupakan persepsi individu terhadap hasil yang dicapai dengan menganalisis seberapa banyak kesesuaian tingkah laku dengan ideal dirinya.
- peran diri, merupakan serangkaian pola sikap perilaku, nilai dan tujuan yang diharapkan kelompok sosial terkait dengan fungsi seseorang di dalam masyarakat.
- identitas diri, merupakan kesadaran tentang diri sendiri yang dimiliki oleh seseorang dari observasi dan penilaian dirinya, menyadari bahwa dirinya berbeda dengan orang lain.
Sedangkan menurut pendapat beberapa ahli, komponen dari konsep diri diantaranya adalah :
1. Jalaludin Rakhmat.
Jalaludin Rakhmat berpendapat bahwa komponen konsep diri terdiri dari :
- komponen kognitif (self image), yang merupakan pengetahuan individu tentang dirinya yang mencakup pengetahuan "siapa saya", di mana hal tersebut akan memberikan gambaran sebagai pencitraan diri.
- komponen afektif (self esteem), yang merupakan penilaian individu terhadap dirinya yang akan membentuk bagaimana penerimaan diri dan harga diri individu yang bersangkutan.
2. Brian Tracy.
Brian Tracy berpendapat bahwa komponen konsep diri terdiri dari :
- ideal diri (self ideal), yang terdiri atas harapan, impian, visi, dan idaman.
- citra diri (self image), dengan citra diri seseorang akan menentukan bagaimana ia akan bersikap pada suatu situasi.
- jati diri (self esteem), yaitu penilaian tentang bagaimana seseorang menyukai dirinya sendiri. Semakin seseorang menyukai dirinya sendiri, maka seseorang tersebut aan bertindak dalam bidang apapun yang ditekuninya.
3. E.B. Hurlock.
E.B. Hurlock, berpendapat bahwa komponen konsep diri adalah :
- komponen fisik (the perceptual component), yaitu gambaran yang dimiliki seseorang terhadap penampilan fisiknya dan kesan yang ditimbulkannya terhadap orang lain. Komponen ini meliputi daya tarik tubuh dan keserasian gender.
- komponen psikologis (the conceptual component), yaitu konsep seseorang tentang ciri-ciri khusus yang berbeda dengan orang lain, yang meliputi kepercayaan diri, ketidak-tergantungan, keberanian, kegagalan dan kelemahan.
- komponen sikap (the attitude component), yaitu perasaan yang dimiliki seseorang terhadap dirinya sekarang maupun di kemudian hari, serta rasa bangga atau rasa malu. Komponen ini meliputi keyakinan, nilai, aspirasi, dan komitmen yang membentuk dirinya.
Jenis Konsep Diri. Secara umum, konsep diri terdiri dari dua jenis, yaitu :
1. Konsep Diri Positif.
Orang yang mempunyai konsep diri positif akan lebih mudah untuk beradaptasi dengan banyak situasi. Orang dengan konsep diri positif biasanya lebih percaya diri, optimis, dan selalu berpikir ada yang bisa dipecahkan. Ciri-ciri orang dengan konsep diri positif :
- menganggap orang lain sama dengan dirinya.
- punya keyakinan mampu mengatasi bermacam-macam masalah.
- bisa menerima pujian tanpa merasa malu.
- punya kesadaran bahwa orang lain punya perasaan, keinginan, dan perilaku yang belun tetu diterima semua anggota masyarakat.
- keinginan dan kemampuan dalam memperbaiki diri sendiri.
2. Konsep Diri Negatif.
Orang yang mempunyai konsep diri negatif cenderng lebih pesimistik dan sulit melihat kesempatan dalam kesulitan. Ciri-ciri orang dengan konsep diri negatif :
- merasa peseimis setiap kali menghadapi persaingan.
- sangat sensitif terhadap kritikan.
- responsif terhadap pujian.
- cenderung bersikap hiperkritis.
- punya perasaan tidak disenangi oleh orang lain.
Sedangkan menurut Atwater, konsep diri dapat dibedakan menjadi tiga jenis, sebagai berikut :
- body image, yaitu kesadaran seseorang melihat tubuh dan dirinya sendiri.
- ideal self, yaitu harapan dan cita-cita seseorang tentang dirinya sendiri.
- social self, yaitu bagaimana seseorang berpikir tentang penilaian orang lain melihat dirinya.
Faktor Yang Mempengaruhi Konsep Diri. Konsep diri bukanlah bawaan sejak lahir, melainkan hasil dari proses belajar. Saat manusia mengenal lingkungannya maka saat itu pula ia belajar berbagai hal mengenai kehidupan. Berdasarkan pengalaman hidupnya tersebut, seseorang akan menetapkan konsep dirinya. Secara umum, berbagai faktor yang mempengaruhi konsep diri adalah sebagai berikut :
- kegagalan. Kegagalan yang terjadi terus menerus akan memberikan penguatan negatif pada diri seseorang. Ia akan merasa lemah dan tidak berguna.
- depresi. Ketika seseorang mengalami depresi, maka ia akan cenderung memikirkan hal yang negatif.
- overthinking. Bersikat overthinking sangat tidak baik. Hal tersebut bisa mengarah ke pikiran yang buruk, terlebih pada penilaian diri sendiri.
Sedangkan menurut pendapat beberapa ahli, faktor-faktor yang mempengaruhi konsep diri diantaranya :
1. Jalaludin Rakhmat.
Jalaludin Rakhmat berpendapat bahwa terdapat dua faktor yang mempengaruhi konsep diri seseorang, yaitu :
- orang lain. Jika seseorang diterima, dihormati, dan disenangi orang lain karena keadaan diri, maka orang tersebut akan cenderung bersikap menghormati menerima diri sendiri. Sebaliknya jika orang lain selalu meremehkan, menyalahkan dan menolak seseorang, maka seseorang tersebut akan cenderung menolak dirinya sendiri.
- kelompok rujukan. Setiap kelompok mempunyai norma tertentu. Kelompok rujukan adalah kelompok yang secara emosional mengikat dan berpengaruh terhadap pembentukan konsep diri.
2. Gunarsa.
Gunarsa berpendapat bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi konsep diri adalah :
- gender. Kelompok lingkungan masyarakat yang lebih luas akan menuntut adanya perkembangan berbagai macam peran yang berbeda berdasarkan perbedaan gender.
- harapan-harapan. Harapan orang lain terhadap seseorang sangat penting dalam proses pembentukan konsep diri.
- suku bangsa. Dalam suatu komunitas masyarakat yang terdapat sekelompok minoritas, maa kelompok tersebut akan cenderung untuk mempunyai konsep diri yang negatif.
- nama dan pakaian. Nama-nama tertentu akan membawa pengaruh pada seorang individu dalam pembentukan konsep dirinya. Demikian halnya dengan pakaian, mereka akan dapat menilai atau mempunyai gambaran mengenai dirinya sendiri.
3. E.B. Hurlock.
E.B. Hurlock berpendapat bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi konsep diri seseorang dinataranya adalah bentuk tubuh, cacat tubuh, pakaian, nama dan julkan, intelegensi kecerdasan, taraf aspirasi/cita-cita, emosi, status sosial, ekonomi keluarga, teman dan orang yang berpengaruh.
Konsep diri dapat saling berganti dengan cepat antara identitas pribadi dan identitas sosial. Sebagai contoh, konsep diri pada anak-anak dan remaja terbentuk dari identitas sosial yang mereka dapatkan dengan menilai posisi mereka di antara teman-teman sebaya mereka. Pembentukan konsep diri seorang anak sangat dipengaruhi oleh penerimaan di antara teman-teman sebaya mereka, dan selanjutnya akan mempengaruhi perilaku mereka.
Konsep diri (self concept) sangat berpengaruh pada berbagai aspek kehidupan, mulai dari sosial hingga lingkungan pekerjaan. Seseorang memiliki konsep diri negatif jika memandang dirinya tidak berdaya, lemah , malang, gagal, tidak disukai, tidak kompeten, dan lain sebagainya.
Semoga bermanfaat.