Untuk menentukan suatu perilaku disebut normal atau abnormal memerlukan pertimbangan dari berbagai aspek dan pendekatan. Menurut Suprapti Sumarno, terdapat dua pendekatan dalam menentukan suatu perilaku disebut normal atau abnormal, yaitu :
- Pendekatan kuantitatif, yaitu pendekatan yang didasarkan atas patokan statistik dengan melihat pada sering atau tidaknya sesuatu terjadi dan seringkali berdasarkan perhitungan ataupun pikiran awam.
- Pendekatan kualitatif, yaitu pendekatan yang didasarkan observasi empirik pada tipe-tipe ideal dan sering terkait pada faktor sosial kultural setempat.
Baca juga : Pengertian Psikologi Abnormal, Manfaat Dan Ilmu Yang Berkaitan Dengan Psikologi Abnormal
Sedangkan Stern menyebutkan bahwa terdapat empat aspek untuk menilai perilaku sebagai normal atau tidak normal, yaitu :
- Daya integritas. Fungsi ego dalam mempersatukan, mengkoordinasi kegiatan ego ke dalam maupun ke luar dirinya.
- Ada atau tidaknya simtom gangguan. Ditinjau dari segi praktis, merupakan pegangan yang palig jelas dalam mengevaluasi kesehatan jiwa secara kualitatif (pendekatan medis).
- Kriteria psikoanalisis. Makin tinggi tingkat kesadaran seseorang makin baik atau sehat jiwanya.
- Determinasi sosio-kultural. Lingkungan seringkali memegang memegang peranan besar dalam penilaian suatu gejala sebagai normal atau tidak.
A. Perilaku Normal.
Kartini Kartono mengartian perilaku normal sebagai perilaku yang adekuat (serasi dan tepat), yang bisa diterima masyarakat pada umumnya. Sedangkan perilaku pribadi normal adalah sikap hidup sesuai dengan pola kelompok masyarakat tempat ia berada, sehingga tercapai satu relasi interpersonal dan interaksi sosial yang memuaskan. Sementara itu, beberapa ahli mengemukakan pendapatnya mengenai keadaan normal secara konseptual, diantaranya adalah sebagai berikut :
- Coleman, berpendapat bahwa yang dimaksud dengan sehat mental adalah sikap positif terhadap diri sendiri baik seperti penerimaan diri, identitas adekuat, dan penilaian realistik. Persepsi atas realitas terhadap diri dengan lingkungan integrasi seperti kebutuhan pribadi, bebas inner conflict, dan toleransi terhadap stres.
- H.B English, berpendapat bahwa kesehatan mental adalah keadaan yang relatif tetap di mana sang pribadi menunjukkan penyesuaian atau mengalami aktualisasi diri. Kesehatan mental merupakan keadaan positif bukan sekedar absennya gangguan mental.
Sedangkan World Health Organization menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan sehat adalah keadaan berupa kesejahteraan fisik, mental, dan sosial secara penuh dan bukan semata-mata berupa absennya atau keadaan tertentu.
Baca juga : Penyebab Perilaku Abnormal Dan Metode Penanganan Perilaku Abnormal
Kriteria Perilaku Normal Menurut Para Ahli. Berkaitan dengan apa yang disebut dengan perilaku normal, beberapa ahli menyebutkan kriteria-kriteria tertentu sehingga suatu perilaku dianggap sebagai perilaku normal, yaitu menurut :
1. Atkinson R.L.
Atkinson R.L menetapkan enam kriteria perilaku normal, yaitu :
- Persepsi dan realitas yang efisien, maksudnya seseorang dapat menilai reaksi dan menginterpretasikan hal-hal yang terjadi di lingkungan sekitarnya secara realistik.
- Mengenali diri sendiri, maksudnya seseorang mampu melakukan penyesuaian, memiliki kesadaran, perasaan dan motif secara baik.
- Kemampuan mengendalikan perilaku secara sadar, maksudnya seseorang memiliki kepercayaan diri untuk mengendalikan perilakunya.
- Harga diri dan penerimaan, maksudnya kemampuan menyesuaikan diri, mampu menilai harga dirinya dan merasa diterima oleh orang lain.
- Kemampuan membentuk ikatan kasih, maksudnya mampu menjalin hubungan yang erat dan harmonis dengan orang lain.
- Produktivitas, maksudnya mampu menyesuaikan diri dan menyalurkan kemampuan dengan baik ke aktivitas produktif.
2. Jahoda.
Jahoda menyebutkan bahwa kesehatan mental atau perilaku normal memiliki ciri-ciri yaitu sebagai berikut :
- memiliki sikap batin (attidude) yang positif terhadap diri sendiri.
- aktualisasi diri.
- mampu mengadakan integrasi dengan fungsi-fungsi psikis yang ada.
- mampu berotonom terhadap diri sendiri (mandiri).
- memiliki persepsi yang obyektif terhadap realitas yang ada.
- mampu menselaraskan kondisi lingkunhgan dengan diri sendiri.
3. Warner.
Warner menyebutkan terdapat beberapa acuan yang digunakan untuk menentukan sesuatu sebagai perilaku normal, yaitu :
- normal adalah rata-rata kebanyakan orang. Secara statistik, perilaku dikatakan normal apabila tingkah laku tersebut sama dengan tingkah laku kebanyak orang dalam kelompoknya.
- normal adalah sesuatu yang ideal, Normal sebagai sesuatu yang menjadi dambaan walaupun jawarang tercapai karena setiap orang tidak ada yang sangat cocok dengan apa yang menjadi dambaannya atau fungsi idealnya.
- normal adalah kondisi di mana mampu menyesuaikan diri dan menyelesaikan permaslaahan secara efektif untuk menghasilkan hidup yang produktif.
B. Perilaku Abnormal.
Perilaku abnormal adalah perilaku yang dilakukan di luar batas wajar orang lain pada umumnya, menyimpang dari norma sosial atau tata aturan dalam hidup berkelompok sosial (masyarakat). Perilaku abnormal dapat dilihat dari tiga sudut pandang atau pendekatan, yaitu :
- Pendekatan biologis. Pendekatan ini ditentukan oleh empat dimensi dalam biologis, yaitu genetika, faal, tingkat imunitas, dan persyarafan (neurologis). Keempat dimensi tersebut memberikan pengaruh yang signifikan terhadap kondisi kejiwaan seseorang.
- Pendekatan psikologis. Pendekatan ini membicarakan faktor-faktor penyebab psikologis dan psikososial yang menyangkut permaslah sebelumnya di bidang psikologi dan interaksi sosial di lingkungan sosial dan orang lain. Pendekatan ini meyakini bahwa kita harus mempertimbangkan konteks-konteks sosial yang lebih luas di mana suatu perilaku muncul untuk memahami akar dari perilaku abnormal.
- Pendekatan sosio-kultural. Faktor-faktor yang menyangkut sosio kultural adalah bagaimana memaknai diri dan kehidupan yang dijalaninya. Dari beberapa penelitian yang dilakukan membuktikan bahwa yang berpengaruh atas lahirnya perilaku abnormal adalah pengaruh-pengaruh societal yang patogenik. Contohnya, status sosial ekonomi yang rendah, prejudis dan diskriminasi, dan lain sebagainya.
Terdapat satu lagi pendekatan untuk melihat suatu perilaku sebagai perilaku abnormal yaitu pendekatan biopsikososial. Pendekatan biopsikososial merupakan gabungan dari tiga pendekatan tersebut di atas. Pendekatan ini meyakini bahwa perilaku abnormal terlalu kompleks untuk dapat dipahami hanya dari salah satu pendekatan. Perilaku abnormal dapat dipahami dengan paling baik apabila memperhitungkan interaksi antar berbagai macam penyebab yang mewakili bidang biologis, psikologis, dan sosio-kultural.
Kriteria Prilaku Abnormal Menurut Para Ahi. Definisi abnormal mengacu pada prinsip-prinsip dari beberapa pendekatan. Beberapa kriteria perilaku abnormal menurut para ahli diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Coleman.
Coleman berpendapat bahwa perilaku abnormal dapat dijelaskan dengan menggunakan beberapa pendekatan, diantaranya adalah :
- Pendekatan kenisbian kultural (cultural relativism). Pendekatan ini mendefinikan abnormal berdasarkan pemahaman norma suatu budaya sebagai standar perilaku norma.
- Kriteria ketidakbiasaan (unusualness). Kriteria ini menyebutkan bahwa perilaku abnormal sebagai penyimpangan dari rata-rata.
- Pendekatan penyimpangan sosial (social deviation). Seseorang berperilaku dan bersikap sosial berbeda dengan orang lain pada umumnya, digolongkan sebagai perilaku abnormal.
- Kriteria distress (discomfort). Seseorang disebut abnormal jika secara personal ia merasakan dirinya berada dalam situasi penuh tekanan (stressful situation), baik yang bersumber dari lingkungan maupun dari dalam dirinya sendiri.
- Kriteria sakit mental (mental illness). Perilaku terhadap proses fisikal di mana seseorang menyimpang dari situasi dan kondisi sehat, yang memungkinkan tampilnya perilaku atau simtom yang spesifik.
- Kriteria maladaptif (maladaptive). Di mana dideritanya situasi yang menekan dari lingkungan atau kondisi diri yang tidak cukup stabil untuk menjaga tetap berjalannya atau berfungsinya sumber daya orang tersebut bagi kehidupan sehari-hari.
2. Kartini Kartono.
Kartini Kartono menyebutkan bahwa kriteria abnormal dapat dilihat dari beberapa segi, yaitu :
- Abnormal Menurut Konsep Statistik. Secara statistik suatu gejala dinyatakan sebagai abnormal apabila menyimpang dari mayoritas. Misalnya, seseorang yang jujur menjadi abnormal diantara komunitas orang yang tidak jujur.
- Abnormal Menurut Konsep Patologis. Dikatakan abnormal apabila terdapat simptom-simptom klinis tertentu. Misalnya, halusinasi. Sebaliknya seseorang yang tingkah lakunya tidak menunjukkan adanya simptom-simptom tersebut adalah seseorang yang normal.
- Abnormal Menurut Konsep Penyesuaian Pribadi. Seseorang dengan jiwa yang normal apabila seseorang tersebut penyesuaiannya baik dan yang bersangkutan mampu menangani setiap masalah yang dihadapainya dengan berhasil. Tetapi apabila dalam menghadapi masalah dirinya menunjukkan kecemasan. kesedihan, ketakutan, dan lain sebagainya yang pada akhirnya masalah tidak terpecahkan, maka dikatakan bahwa penyesuaian pribadinya tidak baik, sehingga seseorang tersebut dinyatakan jiwanya tidak normal.
- Abnormal Menurut Konsep Sosio-Sosial. Seperangkat norma yang berfungsi sebagai pengatur tingkah laku individu sebagai anggota masyarakat dituntut untuk menyesuaikan diri dengan norma-norma sosial dan susila di mana ia berada. Bila tingkah lakunya menyimpang dari norma-norma tersebut, maka dirinya dinyatakan sebagai seseorang yang abnormal.
- Abnormal Menurut Konsep Kematangan Pribadi. Seseorang dikatakan normal jiwanya apabila dirinya telah menunjukkan kematangan pribadinya, yaitu apabila dirinya mampu berperilaku sesuai dengan tingkat perkembangannya.
3. Atkinson R.L.
Atkinson R.L menyebutkan bahwa perilaku abnormal dapat ditinjau dari beberapa segi yaitu :
- secara statistik, dikatakan perilaku abnormal apabila secara statistik jarang atau menyimpang dari normal, atau tidak sesuai dengan perilaku masyarakat umumnya.
- maladaptive, dikatakan perilaku abnormal apabila bersifat maladaptive dan memiliki pengaruh buruk pada individu atau masyarakat.
- menyimpang dari norma sosial, dikatakan perilaku abnormal apabila menyimpag secara jelas dari standar atau norma dalam masyarakat.
- distress pribadi, dikatakan perilaku abnormal apabila ada perasaan distress subyektif individu.
4. Maher.
Maher menyebutkan terdapat empat kategori dasar sebagai indikasi tingkah laku abnormal, yaitu :
- tingkah laku sangat merugikan diri sendiri atau sangat merugikan orang lain.
- kontak realitas sangat rendah.
- reaksi emosional tidak tepat. tingkahg laku tidak dapat diprediksi.
Memahami psikologi abnormal adalah penting untuk memahami apa yang kita maksud dengan istilah 'abnormal'. Secara harfiah, abnormal dapat diartikan sebagai sesuatu yang berada di luar norma. Sementara perbedaan antara normal dan abnormal tidak identik dengan baik atau buruk.
Demikian penjelasan berkaitan dengan konsep perilaku normal dan perilaku abnormal dalam psikologi abnormal.
Demikian penjelasan berkaitan dengan konsep perilaku normal dan perilaku abnormal dalam psikologi abnormal.
Semoga bermanfaat.