Pengalaman Belajar : Pengertian, Cara Menciptakan, Tipe, Prinsip, Dan Tahapan Pengembangan Pengalaman Belajar, Serta Faktor Yang Mempengaruhi Pengalaman Belajar

Silahkan Bagikan Tulisan-Artikel ini :
Pengertian Pengalaman Belajar. Istilah “pengalaman belajar” merupakan penggabungan dari dua kata : “pengalaman” dan “belajar”. Pengalaman dapat diartikan sebagai sesuatu yang pernah dialami, dijalani, maupun dirasakan yang kemudian disimpan dalam memori. Pengalaman juga dapat berarti kenyataan-kenyataan yang sifatnya empiris yang berdasarkan dari penemuan, percobaan, dan pengamatan yang telah dilakukan.

Sedangkan belajar merupakan perubahan perilaku sebagai fungsi pengalaman. Di dalamnya mencakup perubahan-perubahan afektif, motorik, dan kognitif yang tidak dihasilkan oleh sebab-sebab lain. Belajar juga berarti rangkaian kegiatan atau aktivitas yang dilakukan secara sadar didalam diri sesorang dan mengakibatkan perubahan dalam dirinya berupa penambahan pengetahuan atau kemahiran. Secara kontekstual, belajar diharapkan mampu memberi pengalaman berkesan bagi siswa. Untuk itu proses pembelajaran tidak hanya menyertakan otak atau kemampuan kognitif, tetapi tangan, kaki, mata, dan indera lain juga terlibat secara aktif, sehingga kebermaknaan pengalaman belajar betul-betul dirasakan siswa.

Secara umum, istilah “pengalaman belajar” atau “learning experiences” dapat diartikan sebagai serangkaian proses dan peristiwa yang dialami oleh setiap individu, khususnya siswa dalam ruang lingkup tertentu (ruangan kelas) sesuai dengan metode ataupun strategi pembelajaran yang diberikan oleh masing-masing pendidik. Pengalaman belajar juga berarti sejumlah aktivitas siswa yang dilakukan untuk memperoleh informasi dan kompetensi baru sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai. Wina Sanjaya, dalam “Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran”, menyebutkan bahwa pengalaman belajar adalah sejumlah aktivitas siswa yang dilakukan untuk memperoleh informasi dan kompetensi baru sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai.

W. Ralph Tyler, dalam “Basic Principles of Curriculum and Instruction”, menyebutkan bahwa pengalaman belajar tidak sama dengan konten materi pembelajaran atau kegiatan yang dilakukan oleh guru. Menurut W. Ralph Tyler, istilah pengalaman belajar mengacu kepada interaksi antara pembelajar dengan kondisi eksternal di lingkungan yang dia reaksi. Berdasarkan pendapat tersebut, pengalaman belajar dapat dijelaskan bahwa :
  • pengalaman belajar mengacu kepada interaksi pebelajar dengan kondisi eksternalnya bukan konten pelajaran.
  • pengalaman belajar mengacu kepada belajar melaui perilaku aktif siswa.
  • belajar akan dimiliki oleh siswa setelah dia mengikuti kegiatan belajar mengajar tertentu.
  • pengalaman belajar merupakan hasil yang diperoleh siswa.
  • adanya berbagai upaya yang dilakukan oleh guru dalam usahanya untuk membimbing siswa agar memiliki pengalaman belajar tertentu.


Cara Menciptakan Pengalaman Belajar. Pengalaman belajar siswa yang menyenangkan dapat diperoleh dari pemilihan media dan metode belajar yang tepat. Pemilihan media dan metode belajar yang tepat oleh guru dapat dilakukan dengan beberapa cara sebagai berikut :

1. Menentukan karakter pengguna.
Tentukan terlebih dahulu karakter secara umum dari siswa yang diajarkan. Guru dapat memperkirakan ilmu dasar (tacit knowledge) yang sudah dimiliki oleh siswa tersebut.

2. Menentukan jenis materi yang disampaikan.
Dalam perannya sebagai Subject Material Expert (SME), seorang guru tentunya sudah sangat memahami secara detail materi yang ingin disampaikan. Guru juga dapat mengindentifikasikan, mana golongan materi yang bersifat abstrak dan lebih sulit dipahami dan mana golongan materi yang mudah dipahami, meskipun hanya lewat hanya dengan narasi atau tulisan.
  • apabila materi yang disampaikan bersifat abstrak, gunakan media belajar seperti : video interaktif dan simulasi.
  • apabila materi yang disampaikan bersifat non abstrak, gunakan media belajar seperti : buku dan media gambar atau infografis.

3. Tentukan tujuan dari materi yang disampaikan.
Sebelumnya, guru harus menentukan tujuan materi yang disampaikan, yaitu menetapkan informasi apa saja yang harus dimiliki oleh siswa setelah mendapatkan materi. Dengan demikian, tujuan dimaksud dapat menajdi tolak ukur dalam menentukan metode dalam kegiatan belajar.

Bila ketiga hal tersebut dilakukan, guru akan semakin mudah untuk menentukan metode dan media belajar yang akan digunakan.


Tipe Pengalaman Belajar. Terdapat beberapa tipe pengalaman belajar. R.M. Gagne, dalam “The Conditions of Learning and Theory of Instruction”, menjelaskan bahwa pengalaman belajar memiliki delapan tipe sebagai berikut :
  • belajar signal, yaitu belajar melalui isyarat atau tanda.
  • belajar mereaksi stimulus melalui penguatan, yaitu pengalaman belajar yang terarah.
  • pengalaman belajar yang membentuk rangkaian (chaining), yaitu belajar merangkai atau menghubungkan gejala atau faktor sehingga menjadi satu kesatuan rangkaian yang utuh.
  • belajar asosiasi verbal, yaitu pengalaman belajar dengan kata-kata manakala menerima stimulus.
  • belajar membedakan atau deskriminasi, yaitu pengalaman belajar mengenal sesuatu karena ciri-ciri yang memiliki kekhasan tertentu.
  • belajar konsep, yaitu pengalaman belajar dengan menentukan ciri atau atribut dari objek yang dipelajarinya sehingga objek tersebut ditempatkan dalam klasifikasi tertentu.
  • belajar aturan atau hukum, yaitu pengalaman belajar dengan menghubungkan konsep-konsep.
  • belajar problem solving, yaitu pengalaman belajar untuk memecahkan sesuatu persoalan melalui penggabungan beberapa kaidah atau aturan.


Prinsip Pengembangan Pengalaman Belajar. Prinsip yang digunakan dalam pengembangan pengalaman belajar adalah :
  • berorientasi pada tujuan. Dalam sistem pembelajaran tujuan merupakan komponenyang utama. Efektivitas pengembangan pengalaman belajar ditentukan dari keberhasilan siswa men!apai tujuan pembelajaran.
  • aktivitas. Pengalaman belajar siswa harus dapat mendorong agar siswa beraktivitas melakukan sesuatu. Aktivitas tidak dimaksudkan terbatas pada aktivitas fisik, akan tetapi juga meliputi aktivitas yang bersifat psikis seperti aktivitas mental.
  • individualitas. Mengajar adalah usaha mengembangkan setiap individu siswa. Oleh sebab itu pengalaman belajar dirancang untuk setiap individu siswa.
  • integritas. Dalam merancang pengalaman belajar siswa harus dapat mengembangkan seluruh aspek kepribadian siswa secara terintegitas.


Tahapan Pengembangan Pengalaman Belajar. Tahapan yang harus dilalui dalam pengembangan pengalaman belajar adalah :

1. Tahap prainstruksional.
Tahap prainstruksional adalah tahapan yang ditempuh oleh guru pada saat iamemulai proses belajar dan mengajar. Beberapa kegiatan yang dapatdilakukan oleh guru atau oleh siswa seperti :
  • guru menanyakan kehadiran siswa, dan men!atat siapa yangtidak hadir.
  • bertanya kepada siswa sampai dimana pembahasan pelajaransebelumnya

2. Tahap instruksional.
Tahap instruksional adalah tahap pengajaran atau tahap inti yaknitahapan memberikan pengalaman belajar pada siswa. Tahap instruksional akan sangat tergantung pada strategi pembelajaranyang akan diterapkan. Se!ara umum dapat dide$inisikan beberapakegiatan yaitu :
  • menjelaskan pada siswa tujuan pengajaran yang harusdi!apai siswa.
  • menuliskan pokok materi yang akan dibahas hari itu.
  • membahas pokok materi yang telah dituliskan tadi.

3. Tahap evaluasi dan tindak lanjut.
Tahap evaluasi dan tindak lanjut bertujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan dari tahap instruksional.

Ketiga tahapan tersebut harus ditempuh pada setiap saat melakasanakan pengajaran. Jika, satu tahapan tersebut ditinggalkan maka pengalaman belajar siswa tidak akan sempurna.


Faktor yang Mempengaruhi Pengalaman Belajar. Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi pengalaman belajar seorang siswa, diantaranya adalah :

1. Karakteristik konsep yang diajarkan.
Karakteristik konsep yang dimaksud adalah tuntutan dan tuntunan yang sudah melekat untuk tiap konsep. Misalnya : konsep evolusi yang berarti perubahan secara perlahan-lahan dalam waktu yang sangat lama, memberikan petunjuk bahwa pengalaman belajar yang paling tepat dengan mengobservasi dan menganalisis bukti-bukti evolusi.

2. Kesiapan siswa.
Untuk mendapatkan pengalaman belajar pada siswa, guru hendaknya mempertimbangankan kesiapan siswa, memperhatikan tingkat perkembangan terutama perkembangan kognitif. Apabila tingkat berfikir siswa diperkirakan masih pada tingkat konkret, tentunya konsep tersebut akan sulit dipahami siswa, apabila hanya lewat penjelasan. Siswa yang demikian tentunya akan lebih baik apabila pengalaman belajarnya adalah pengalaman belajar langsung dengan objek nyata.

3. Fasilitas atau ketersediaan sumber belajar yang tersedia.
Guru tentunya tidak bisa merancang alat suatu kegiatan, dengan menggunakan alat atau bahan yang tidak dapat diperolehnya. Untuk itu dalam merancang pengalaman belajar, guru harus mempertimbangkan betul ketersediaan alat dan bahan yang dibutuhkannya, serta ketersediaan sumber belajar yang dapat digunakan.

4. Sesuai dengan tujuan atau kompetensi yang akan dicapai.
Dalam sistem perencanaan dan desain pembelajaran, tujuan merupakan komponen utama dan pertama yang harus dipikirkan oleh seorang guru. Sehingga apa yang harus dilakukan pada proses belajar mengajar diarahkan untuk mencapai tujuan itu.

5. Sesuai dengan jenis bahan atau materi pelajaran.
Pengalaman belajar yang direncanakan dan didesain harus memperhatikan karakteristik materi pelajaran, baik dilihat dari kompleksitas materi maupun pengemasannya.


Demikian penjelasan berkaitan dengan pengertian pengalaman belajar, cara menciptakan, tipe, prinsip dan tahapan pengembangan pengalaman belajar, serta faktor yang mempengaruhi pengalaman belajar.

Semoga bermanfaat.