Belajar merupakan suatu proses atau usaha yang dilakukan oleh setiap individu untuk mendapatkan suatu perubahan didalam kehidupannya baik tingkah laku, pengetahuan, sikap, keterampilan, pola atau daya pikir, nilai kehidupan, dan berbagai kemampuan lainnya yang diperlukan didalam kehidupan.
Sedangkan Robert M. Gagne, dalam “Kondisi Belajar dan Teori Pembelajaran”, menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan belajar adalah suatu perubahan perilaku yang relatif menetap yang dihasilkan dari hasil pengalaman masa lalu ataupun dari pembelajaran yang bertujuan atau direncanakan. Pengalaman diperoleh individu dalam interaksinya dengan lingkungan, baik yang tidak direncanakan maupun yang direncanakan, sehingga menghasilkan perubahan yang bersifat relatif menetap.
Teori Belajar. Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika ia dapat menunjukkan perubahan perilakunya. Terdapat beberapa teori belajar yang dapat dipelajari. Yang dimaksud dengan teori belajar adalah teori yang mempelajari perkembangan intelektual (mental) siswa atau bagaimana manusia belajar, sehingga dapat memahami proses inhern yang kompleks dari kegiatan belajar. Beberapa teori belajar yang dikenal, diantaranya adalah :
1. Teori Belajar Kognitivisme.
Teori belajar kognitivisme lebih menekankan proses belajar daripada hasil belajarnya, yaitu proses di mana seseorang mencoba menemukan hal baru dari pengalaman-pengalaman yang ia peroleh. Teori ini memandang belajar sebagai suatu proses internal yang mencakup ingatan, pengolahan informasi, emosi, dan aspek-aspek kejiwaan lainnya.
Pada teori ini, belajar tidak hanya sekedar melibatkan hubungan antara stimulus dan respon tetapi juga tingkah laku seseorang ditentukan oleh persepsi serta pemahamannya tentang situasi yang berhubungan dengan tujuan belajarnya. Pada dasarnya teori belajar kognitivisme beranggapan bahwa belajar merupakan suatu kegiatan yang memerlukan proses berpikir yang sangat kompleks. Hasil dari proses belajar menurut teori ini, akan bertahan lebih lama karena didapatkan dari usahanya sendiri.
2. Teori Belajar Konstruktivisme.
Teori belajar konstruktivisme merupakan metode pembelajaran yang lebih menekankan proses dan kebebasan dalam menggali pengetahuan serta usaha dalam mengonstruksi pengalaman. Atau dengan kata lain, teori belajar konstruktivisme mengajarkan siswa untuk selalu aktif secara individual dalam belajar menemukan sendiri kompetensi, pengetahuan atau teknologi, dan hal-hal lainnya yang diperlukan untuk mengembangkan dirinya sendiri. Siswa akan diberi kesempatan untuk menyampaikannya gagasan, pandangan dan idenya dengan bahasa dan gayanya sendiri. Dengan begitu, siswa diharapkan mampu menjadi menjadi lebih kreatif, inovatif, dan imajinatif.
Pembentukan pengetahuan dalam teori belajar konstruktivisme memandang subjek untuk aktif menciptakan struktur-struktur kognitif dalam interaksinya dengan lingkungan. Struktur kognitif harus disesuaikan dengan tuntutan lingkungan dan organisme yang sedang berubah. Proses penyesuaian diri ini terjadi secara terus-menerus melalui proses rekonstruksi.
3. Teori Belajar Behaviorisme.
Teori belajar behaviorisme lebih menekankan hasil dari proses belajar daripada proses belajar itu sendiri, karena hasil dapat diamati dan diukur. Menurut teori belajar behaviorisme, belajar merupakan perubahan tingkah laku sebagai akibat adanya interaksi antara stimulus dan respon (tanggapan). Seseorang dapat dianggap sudah belajar jika terdapat perubahan perilaku pada dirinya.
Sedangkan Syaiful Sagala, dalam “Konsep dan Makna Pembelajaran”, menyebutkan bahwa terdapat banyak teori belajar yang menurut literatur psikologi, teori dimaksud bersumber dari aliran-aliran psikologi. Dalam pandangan psikologi, dikenal adanya tiga rumpun besar teori belajar, yaitu :
1. Teori Disiplin Mental.
Teori disiplin mental dikembangkan tanpa dilandasi eksperimen. Dasar orientasinya adalah “filosofis atau spekulatif”. Menurut teori ini, individu memiliki kekuatan, kemampuan, atau potensi-potensi tertentu. Plato dan Aristoteles menganggap bahwa dalam belajar, mental siswa didisiplinkan atau dilatih.
2. Teori Behavior.
Teori behavior sangat menekankan pada perilaku atau tingkah laku yang dapat diamati atau diukur. Teori behavior dikembangkan oleh Thordike. Ia mengembangkan teori behavior berdasarkan suatu eksperimen belajar yang disebut dengan “trial and error”. Thordike berpendapat bahwa belajar merupakan pembentukan koneksi-koneksi antara stimulus dan respon, yang ia sebut dengan “teori belajar connectionism”.
Thordike mengemukakan tiga prinsip atau hukum dalam belajar, yaitu :
- law of readines, belajar akan berhasil apabila individu memiliki kesiapan untuk melakukan perbuatan tersebu.
- law of extercise, belajar akan berhasil apabila banyak Latihan dan ulangan.
- law of effect, belajar bersemangat apabila mengetahui dan mendapatkan hasil yang baik.
3. Teori Cognitive Gestalt-Filed.
Teori cognitive gestalt-filed dipelopori dan dikembangkan oleh Max Wertheimer di Jerman pada tahun 1912. Teori ini menekankan bahwa pemahaman atau “insight” dan pengamatan sebagai suatu alternatif. Menurut teori ini, pengalaman yang dimiliki seorang siswa akan mampu mencapai pengamatan yang benar objektif sebelum mencapai pengertian. Dalam belajar, seorang siswa harus mengerti dan memahami makna hubungan antara satu bagian dengan bagian yang lainnya, dengan melibatkan unsur berpikir atau inteligen, sehingga ia dapat menemukan pemecahan masalah atau “problem solving” atas masalah atau “problem” yang dihadapainya.
Baca juga : Pengertian Metode Pembelajaran
Cara Belajar yang Baik. Cara belajar yang baik, selain akan menghasilkan sesuatu yang baik juga akan mampu mendukung tercapainya target belajar. Berikut beberapa cara belajar yang baik yang dapat diterapkan :
1. Pahami dengan baik apa yang perlu dipelajari.
Hal yang harus dipikirkan sebelum memulai suatu hal adalah apa yang perlu dilakukan atau hal penting apa yang harus utamakan. Demikian halnya dengan belajar, sebelum mulai menyusun jadwal dan belajar, harus dipertimbangkan materi dan topik apa yang akan dipelajari dan tingkat prioritasnya. Dengan demikian, pola belajar akan menjadi lebih teratur dan target belajar tercapai.
2. Mengatur jadwal belajar.
Jadwal belajar yang dibuat harus disesuaikan dengan jadwal rutinitas sehari-hari, seperti kapan mesti sekolah, tidur, istirahat, bermain, bekerja, dan lain sebagainya. Waktu belajar harus dijadwalkan dengan tepat sehingga benar-benar akan menghasilkan kegiatan yang produktif.
3. Belajar di tempat yang nyaman.
Agar dapat lebih bersemangat dan berkonsentrasi dalam belajar, pilih tempat yang bersih dan nyaman. Sedangkan untuk mengurangi rasa bosan, dapat dicoba beberapa tempat yang berbeda untuk mendapatkan suasana baru dan mood yang baik.
4. Pahami kembali apa yang sudah dibaca atau dipelajari.
Agar mendapatkan pemahaman yang lebih baik dan mendalam pada suatu materi yang sudah dibaca atau dipelajari, ada baiknya mengulangnya kembali dengan lebih memperhatikan poin-poin penting dari materi yang dibaca.
5. Membuat ringkasan atau poin penting dari materi yang dibaca.
Setelah memahami materi yang dibaca atau dipelajari, sempatkan untuk membuat catatan dengan menuliskan ringkasan atau poin-poin penting dari materi tersebut. Catatan tersebut berguna untuk membantu untuk mengingat kembali materi yang sudah dipelajari di lain waktu ataupun saat itu juga.
6. Istirahat sejenak.
Apabila sudah merasa lelah, jangan memaksakan diri untuk belajar secara terus menerus karena hal tersebut akan membuat kurangnya konsentrasi. Istirahat sejenak akan mengembalikan konsentrasi dan fokus pada hal-hal yang dipelajari.
7. Lakukan belajar kelompok atau berdiskusi.
Dengan melakukan belajar kelompok atau berdiskusi, kita dapat berbagi pengetahuan dengan teman-teman. Kita dapat belajar dari mereka dan bertanya untuk materi yang tidak dimengerti. Belajar kelompok dapat membangkitkan semangat kita untuk belajar lebih giat dan aktif. Kita dapat terpacu untuk belajar jika kita melihat teman-teman yang semangat belajar.
8. Lakukan uji mandiri.
Untuk mengetahui apakah materi yang dipelajari sudah dipahami, maka perlu dilakukan uji mandiri. Hasil dari uji mandiri tersebut dapat dijadikan ukuran untuk mengenal seberapa jauh sudah memahami materi tersebut.
9. Tidak begadang.
Begadang bukanlah kebiasaan yang baik. Selain tidak baik untuk kesehatan, begadang dapat mengurangi konsentrasi dan daya ingat, oleh karenanya hindari belajar sambil begadang.
10. Kenali gaya belajar yang biasa dilakukan.
Secara umum, gaya belajar dapat dibedakan menjadi tiga tipe, yaitu :
- visual. Hal yang dapat dilakukan jika memiliki gaya belajar visual, diantaranya adalah dengan menggunakan warna pada catatan.
- auditori. Hal yang dapat dilakukan jika memiliki gaya belajar auditori, diantaranya adalah dengan membuat lagu dari catatan yang dibuat.
- kinestetis. Hal yang dapat dilakukan jika memiliki gaya belajar kinestetis, diantaranya adalah dengan melakukan gerakan sesuai catatan yang dibuat.
Dengan mengenal gaya belajar yang biasa kita lakukan , maka kita dapat memilih metode belajar yang sesuai sehingga hasilnya lebih maksimal dan efektif.
11. Fokuskan perhatian pada topik yang sedang dipelajari.
Agar dapat memahami materi dengan baik dan mampu mengingatnya dalam jangka waktu yang lama, maka diperlukan konsentrasi dan fokus pada topik yang sedang dipelajari.
12. Bertanyalah jika tidak paham.
Jangan takut bertanya jika tidak mengerti, karena jika hanya berdiam diri saja maka persoalan yang dihadapi tidak akan selesai atau selesai dalam waktu yang lama. Tidak mengetahui tentang suatu materi adalah hal yang wajar jadi tidak perlu malu untuk bertanya, karena belajar adalah sebuah proses.
Baca juga : Anak Lamban Belajar (Slow Learner)
Demikian penjelasan berkaitan dengan teori belajar dan cara belajar yang baik.
Semoga bermanfaat.