Sabar Dalam Islam : Pengertian, Jenis, Manfaat, Dan Tingkatan Sabar, Serta Keutamaan Sabar Dalam Islam

Silahkan Bagikan Tulisan-Artikel ini :
Pengertian Sabar. Allah berfirman dalam QS. Al Baqarah : 153, yang artinya :

Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.”

Dalam ayat yang lain, Allah berfirman dalam QS. Ali Imran : 200, yang artinya :

Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga dan bertakwalah kepada Allah, supaya kamu beruntung.”


Secara etimologi, kata “sabar” berasal dari bahasa Arab, yaitu : “shabara-yashbiru-shabran” yang bermakna bersabar, tabah hati, dan berani. Muhammad bin Abdul Aziz Al-Khudairi, dalam “Sabar”, menyebutkan bahwa sabar berarti “al habs” atau “al kaff” yaitu menahan diri. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), sabar diartikan dengan :
  1. tahan menghadapi cobaan (tidak lekas marah, tidak lekas putus asa, tidak lekas patah hati); tabah.
  2. tenang; tidak tergesa-gesa; tidak terburu nafsu.

Secara terminologi, kata “sabar” dapat diartikan sebagai meneguhkan diri dalam menjalankan ketaatan kepada Allah, menahannya dari perbuatan maksiat kepada Allah, serta menjaganya dari perasaan dan sikap marah dalam menghadapi takdir Allah. Sedangkan menurut syariat Islam, sabar berarti menahan diri dari tiga macam perkara, yaitu :
  • ketaatan kepada Allah.
  • hal yang diharamkan.
  • takdir Allah yang mungkin sulit dijalani, seperti : musibah.


Selain itu, pengertian sabar juga dapat dijumpai dalam beberapa pendapat yang dikemukakan oleh para ahli, diantaranya adalah :

1. Imam Al-Ghazali.
Imam Al-Ghazali, dalam “Ihya Ulumuddin”, menyebutkan bahwa sabar adalah suatu proses untuk meninggalkan perbuatan-perbuatan yang penuh dengan nafsu syahwat yang dihasilkan oleh suatu keadaan. Lebih lanjut, Imam Al-Ghazali menjelaskan bahwa sabar merupakan suatu tingkatan agama dan sabar merupakan tahapan di antara berbagai tahapan orang-orang yang menjalankan suluk (menuju pada jalan Allah). Tingkatan dalam agama tersebut tersusun dalam tiga hal, yaitu :
  • ilmu/ma’rifat/pengetahuan.
  • keadaan/ahwal.
  • amal/perbuatan.

Ilmu diibaratkan sebagai pohon, keadaan sebagai cabang dan amal dimisalkan sebagai buahnya. Maka dari itu, akan sempurnanya sabar apabila dilandasi dengan ma’rifat dan dengan hal ihwal yang mantap

2. M. Quraish Shihab.
Quraish Shihab, dalam “Tafsir Al-Mishbah”, menyebutkan bahwa sabar adalah menahan diri dari sesuatu yang tidak berkenan di hati. Sabar juga berarti ketabahan. Lebih lanjut, M. Quraish Shihab menjelaskan bahwa secara umum, kesabaran dapat dibagi menjadi dua, yaitu :
  • sabar jasmani, merupakan kesabaran dalam menerima dan melaksanakan perintah-perintah keagamaan yang melibatkan anggota tubuh, misalnya : sabar dalam menunaikan ibadah haji yang menyebabkan keletihan, serta sabar dalam menerima cobaan jasmaniyah seperti : penyakit, penganiayaan, dan lain sebagainya.
  • sabar rohani, menyangkut kemampuan menahan kehendak nafsu yang dapat mengantar kepada kejelekan, misalnya : sabar dalam menahan marah, dan lain sebagainya.


Jenis Sabar. Dalam Islam, sabar dapat dibedakan menjadi beberapa jenis. Secara umum, sabar dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu :

1. Sabar dalam menghadapi musibah.
Takdir Allah terdiri dari dua macam, yaitu :
  • takdir yang menyenangkan.
  • takdir yang pahit (musibah).

Bagi siapapun yang mendapat takdir baik, maka diharuskan bersyukur. Sikap syukur juga merupakan bentuk ketaatan kepada Allah. Tapi bagi yang sedang menghadapi musibah, maka seorang muslim harus bersabar.

2. Sabar untuk tidak bermaksiat.
Kesabaran yang sesungguhnya yaitu menjauhi maksiat. Setiap orang pasti selalu mendapat godaan dari setan untuk melakukan maksiat, baik itu perbuatan dosa kecil hingga besar. Seorang muslim harusnya dapat bersabar untuk menahan diri.

Sedangkan Ibnu Al-Qayyim Al-Jauziyyah, dalam “Uddatu Ash-Shabirin wa Dzakhiratu asy-Syakirin”, menjelaskan bahwa berdasarkan bentuknya terdiri dari dua macam, yaitu :

1. Kesabaran jasmani.
Kesabaran jasmani dibagi menjadi dua:
  • kesabaran jasmani secara sukarela, misalnya sabar dalam melakukan pekerjaan berat atas pilihan dan kehendaknya sendiri.
  • kesabaran jasmani oleh faktor keterpaksaan, misalnya sabar dalam menahan rasa sakit akibat pukulan, sabar menahan penyakit, menahan dingin, panas dan sebagainya.

2. Kesabaran jiwa.
Kesabaran jiwa juga dibagi menjadi dua macam, yakni:
  • kesabaran jiwa secara sukarela, misalnya kesabaran menahan diri untuk melakukan perbuatan yang tidak baik berdasarkan pertimbangan syariat agama dan akal.
  • kesabaran jiwa oleh faktor keterpaksaan, seperti kesabaran berpisah dengan orang yang dikasihi jika cinta terhalang.


Manfaat Sabar. Sikap sabar memiliki beberapa manfaat, diantaranya adalah :
  • hidup menjadi damai. Sabar dalam menghadapi segala sesuatu akan menjadikan hidup lebih damai karena setiap hal yang dilakukan akan mengalir dengan sendirinya.
  • menjadikan pikiran dan tubuh menjadi tenang. Dengan bersabar , pikiran dan tubuh akan menjadi lebih tenang dan tidak akan stres.
  • menikmati suatu proses. Mengerjakan sesuatu dengan sabar dan tidak teburu-buru menjadikan dapat menghargai dan menikmati dari proses dari sesuatu yang dikerjakan tersebut.
  • menstabilkan tempo dengan lingkungan. Bukan hanya diri pribadi saja yang merasakan dampak jika tidak sabar, maka lingkunganpun akan terpengaruh. Dan juga dapat timbul emosi yang stabil dan tidak mudah dipengaruhi oleh lingkungan.


Tingkatan Sabar. Sabar memiliki beberapa tingkatan. Imam Al-Ghazali menjelaskan bahwa sabar dapat dibedakan dalam tiga tingkatan, yaitu :
  • orang yang mampu menekan habis dorongan hawa nafsunya, sehingga tidak adanya perlawanan sedikitpun dan ia bersabar secara terus menerus, maka ia dapat dikategorikan sebagai orang yang sudah mencapai tingkat siddiq.
  • orang yang hanya dikuasai oleh dorongan nafsu syahwatnya, sehingga tidak adanya muncul motivasi keagamaan di dalam dirinya, maka ia termasuk dalam kategori orang-orang yang lalai (al-ghafilun).
  • orang yang senantiasa berselisihan antara dorongan hawa nafsu dengan dorongan keagamaannya, maka ia dapat dikategorikan sebagai orang-orang yang mencampur-adukkan kebenaran dengan kesalahan.

Kahar Masyur, dalam “Membina Moral dan Akhlak”, menjelaskan bahwa kesabaran manusia dapat dibedakan menjadi empat tingkatan, yaitu :

1. Shiddiqun.
Shiddiqun merupakan orang-orang yang besar lahir dan juga batinnya. Yang termasuk dalam tingkatan sabar kategori shiddiqun adalah para Rasul dan sahabatnya, orang saleh yaitu orang yang berperilaku sesuai dengan petunjuk dan perintah Allah.

2. Muqarrabun.
Muqarrabun merupakan orang-orang yang senantiasa mendekatkan dirinya kepada Allah dan mengerjakan segala yang diperintahkan oleh Allah.

3. Mujahiddun.
Mujahiddun merupakan orang-orang yang berusaha keras untuk melawan hawa nafsunya, sehingga ia bagaikan orang yang berperang yaitu dengan memperoleh silih berganti antara kemenangan dan kekalahan, sabar dalam kategori ini banyak dalam masyarakat.

4. Ghafiluun.
Ghafiluun merupakan orang-orang yang akalnya mudah dikalahkan oleh hawa nafsunya, orang-orang seperti ini tidak mau tahu tentang Allah sedikitpun.


Keutamaan Sabar. Terdapat beberapa keutamaan dalam Islam, diantaranya adalah :

1. Senantiasa bersama-sama dengan Allah.
Orang yang sabar akan senantiasa bersama-sama Allah. Sabar adalah suatu tindakan mulia yang disukai oleh Allah, oleh karena itu siapapun orang yang selalu menerapkan dan mengusahakan kesabaran dalam menjalani kehidupannya akan lebih dicintai dan dekat dengan Allah.

2. Bersabar adalah ladang pahala tanpa batas.
Allah berfirman dalam QS. Az Zumar : 10, yang artinya :

Katakanlah: "Hai hamba-hamba-Ku yang beriman. bertakwalah kepada Tuhanmu". Orang-orang yang berbuat baik di dunia ini memperoleh kebaikan. Dan bumi Allah itu adalah luas. Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas.”

Yang dimaksud dicukupkan adalah kesabaran seorang muslim tidak bisa ditimbang dan ditakar. Oleh karena itu, imbalan yang didapatkan orang yang sabar adalah surga. Dalam Islam, sabar akan mendatangkan pahala besar. Pahala bagi yang bersabar adalah surga.

3. Orang yang sabar adalah orang yang mulia.
Allah berfirman dalam QS. Asy Syura : 43, yang artinya :

Tetapi orang yang bersabar dan memaafkan, sesungguhnya (perbuatan) yang demikian itu termasuk hal-hal yang diutamakan.”

Luar biasa nikmat yang Allah berikan untuk orang-orang yang bersungguh-sungguh menerapkan kesabaran dalam hidupnya.

4. Sabar menjadikan lebih peka terhadap kekuasaan Allah.
Allah berfirman dalam QS. Asy-Syura : 32 - 33, yang artinya :

Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah kapal-kapal di tengah (yang berlayar) di laut seperti gunung-gunung; Jika Dia menghendaki, Dia akan menenangkan angin, maka jadilah kapal-kapal itu terhenti di permukaan laut. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kekuasaannya) bagi setiap orang yang banyak bersabar dan banyak bersyukur.”


5. Segala urusan yang dihadapi oleh orang yang sabar adalah baik.
Rasulullah SAW bersabda sebagaimana diriwayatkan dalam HR. Muslim, yang artinya :

Sungguh menakjubkan perkaranya orang yang beriman, karena segala urusannya adalah baik baginya. Dan hal yang demikian itu tidak akan terdapat kecuali hanya pada orang mu’min: Yaitu jika ia mendapatkan kebahagiaan, ia bersyukur, karena (ia mengetahui) bahwa hal tersebut merupakan yang terbaik untuknya. Dan jika ia tertimpa musibah, ia bersabar, karena (ia mengetahui) bahwa hal tersebut merupakan hal terbaik bagi dirinya.”



Sabar selalu mendatangkan hal-hal baik dalam kehidupan, bahkan meskipun tengah menghadapi masalah maupun ujian dalam kehidupan. Karena setiap masalah dan ujian yang kita hadapi pasti akan mendatangkan hikmah dan kebaikan dalam diri dan kehidupan

Demikian penjelasan berkaitan dengan pengertian sabar dalam Islam, jenis, manfaat, dan tingkatan sabar, serta keutamaan sabar dalam Islam.

Semoga bermanfaat.