Pengertian Relasi Interpersonal. Dalam sosiologi, relasi diartikan sebagai hubungan antar individu. Relasi juga disebut sebagai hubungan sosial, yaitu hasil dari interaksi (rangkaian tingkah laku) yang sistematis antara dua orang atau lebih. Relasi atau hubungan yang terjadi antara individu yang berlangsung dalam waktu yang relatif lama akan membentuk suatu pola, pola hubungan ini juga disebut pola relasi.
Relasi yang interpersonal terdiri dari dua orang atau lebih yang saling tergantung satu sama lain dan menggunakan pola interaksi yang konsisten. Dengan kata lain, relasi interpersonal dapat diartikan sebagai hubungan timbal balik antar individu yang satu dengan individu yang lain dan saling mempengaruhi. Brent D. Ruben dan Lea P. Stewart, dalam “Communication and Human Behavior”, menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan relasi interpersonal adalah hubungan yang berdasarkan pada pengolahan pesan yang timbal-balik.
Aspek Relasi Interpersonal. Relasi interpersonal memiliki beberapa aspek. Jalaluddin Rakhmat, dalam “Psikologi Komunikasi”, menjelaskan bahwa relasi interpersonal dibangun berdasarkan beberapa aspek, yaitu :
1. Kesamaan karakteristik personal.
Orang-orang yang memiliki kesamaan dalam nilai-nilai, sikap, keyakinan, tingkat sosioekonomis, agama, ideologis, cenderung saling menyukai. Mereka yang bersahabat menunjukkan korelasi yang erat dalam kepribadiannya.
2. Tekanan emosional (stress).
Apabila orang berada dalam keadaan yang mencemaskan atau harus memikul tekanan emosional, ia akan menginginkan kehadiran orang lain. Orang-orang yang pernah mengalami penderitaan bersama-sama akan membentuk kelompok yang bersolidaritas tinggi.
3. Harga diri yang rendah.
Apabila harga diri direndahkan, hasrat filiasi (bergabung dengan orang lain) akan bertambah, dan ia makin responsif untuk menerima kasih sayang orang lain. Dengan perkataan lain, orang yang rendah diri cenderung mudah mencintai orang lain.
4. Isolasi sosial.
Pertambahan perilaku yang menyenangkan dari orang lain akan berdampak positif pada diri seorang individu.
Jenis Relasi Interpersonal. Relasi interpersonal dapat dibedakan menjadi beberapa jenis yang didasarkan pada :
1. Jumlah Individu yang Terlibat.
Berdasarkan jumlah individu yang terlibat, relasi interpersonal terdiri dari :
1.1. Hubungan diad.
Hubungan diad merupakan hubungan di antara dua individu yang bersifat diadik, yang memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
- memiliki tujuan khusus.
- menampilkan wajah yang berbeda dengan “wajah” yang ditampilkannya dalam hubungan diad yang lain.
- berkembang pola komunikasi (termasuk pola berbahasa) yang unik atau khas yang akan membedakan hubungan tersebut dengan hubungan diad yang lain.
- keputusan yang diambil berdasarkan negosiasi.
1.2. Hubungan triad.
Hubungan triad merupakan hubungan di antara tiga orang, yang memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
- tingkat keintiman atau kedekatan antar individu lebih rendah.
- keputusan yang diambil lebih didasarkan pada voting atau suara terbanyak.
2. Tujuan yang Ingin Dicapai.
Berdasarkan tujuan yang ingin dicapai, relasi interpersonal terdiri dari :
- hubungan tugas, merupakan sebuah hubungan yang terbentuk karena tujuan menyelesaikan sesuatu yang tidak dapat dikerjakan oleh individu sendirian, seperti : hubungan antara pasien dengan dokter.
- hubungan sosial, merupakan hubungan yang tidak terbentuk dengan tujuan untuk menyelesaikan sesuatu, seperti : hubungan pertemanan antara dua orang.
3. Jangka Waktu.
Berdasarkan jangka waktu, relasi interpersonal terdiri dari :
- hubungan jangka pendek, merupakan hubungan yang hanya berlangsung sebentar, seperti : hubungan antara dua orang yang saling menyapa ketika bertemu di jalan.
- hubungan jangka panjang, merupakan hubungan yang berlangsung dalam waktu yang lama, seperti : hubungan dalam bidang bisnis dan investasi.
Pola Relasi Interpersonal. Terdapat beberapa pola dalam relasi interpersonal. Brent D. Ruben dan Lea P. Stewart menjelaskan bahwa terdapat empat pola yang akan terbentuk ketika terjadi relasi interpersonal, yaitu :
1. Suportif dan Defensif.
Pola suportif merupakan pola yang mendukung komunikasi, membuat suatu proses komunikasi menjadi efektif dan efisien yang memberikan kepuasan terhadap pelakunya. Pola suportif akan mengurangi pola defensif dalam komunikasi. Sedangkan pola defensif dapat mengakibatkan komunikasi interpersonal gagal karena seseorang yang menggunakan pola defensif akan lebih banyak melindungi diri dari ancaman yang ditanggapinya dalam situasi komunikasi ketimbang memahami orang lain. Pola defensif dapat terjadi karena :
- faktor personal, seperti : ketakutan, kecemasan, harga diri yang rendah, pengalaman defensif.
- faktor situasional, seperti : perilaku komunikasi orang lain.
Beberapa perilaku dalam sikap suportif dan sikap defensif adalah sebagai berikut :
1.1. Sikap suportif :
- deskripsi, diwujudkan dengan tidak melakukan penilaian terhadap orang lain.
- orientasi masalah, diwujudkan dengan mengajak orang lain menetapkan dan mencapai tujuan dan tidak mengarahkannya.
- spontan, diwujudkan dengan tidak melakukan strategi atau bertaktik.
- empati, diwujudkan dengan menempatkan diri pada posisi orang lain dengan pandangan orang lain tersebut.
- persamaan, diwujudkan dengan memandang orang lain setara.
- provisionalisme, diwujudkan dengan mempertahankan tingkat ketidak-pastian dan prakiran dalam pikiran dan keyakinan diri.
1.2. Sikap defensif :
- evaluasi, diwujudkan dengan menilai perilaku orang lain.
- control, diwujudkan dengan mengontrol atau mengarahkan orang lain.
- strategi, diwujudkan dengan merencanakan teknik atau strategi dalam berhubungan dengan orang lain.
- netralisasi, diwujudkan dengan menjauhkan diri dari persaan atau perhatian orang lain.
- superioritas, diwujudkan dengan merasa lebih berharga atau lebih tinggi dari orang lain.
- certainty, diwujudkan dengan bertindak atas pengetahuan, keyakinan dan persepsi sendiri tanpa mau mengubahnya.
2. Tergantung (Dependen) dan Tidak Tergantung (Independen).
Pola tergantung atau dependen dicirikan apabila salah satu individu sangat tergantung pada induvidu lainnya, misalnya : karna dukungan, uang, pekerjaan, kepemimpinan, petunjuk dan sebagainya. Pola dependensi memungkinkan seseorang mengandalkan orang lain dalam berbagai keadaan. Contoh : dependensi adalah antara anak dan orang tua mereka atau antara terapis dan pasien mereka. Sebaliknya dalam hubungan yang tidak tergantung atau independen, seorang individu secara bebas dapat menyatakan ketidaksepakatan, ketidaksetujuan dan penolakan pada individu lainnya.
3. Progresif dan Regresif Spiral.
Pola progresif merupakan relasi yang dilakukan mengarah kepada satu kepuasan (hal-hal positif). Sebaliknya dengan pola regresif, hubungan tetap berkembang, namun mengarah atau menimbulkan ketidak-puasan dan ketidak-percayaan (hal-hal negatif). Dalam spiral progresif, pengolahan pesan dari negosiasi menyebabkan rasa “positiveness” di dalam pengalaman mereka.
4. Self Fultfilling dan Self Defeting Profecise.
Pola relasi dipengaruhi oleh harapan dari pihak-pihak yang terlibat. Apabila harapan seseorang terpenuhi, maka seseorang tersebut akan bersifat positif terhadap relasi tersebut, sebaliknya apabila harapan seseorang tidak terpenuhi maka seseorang tersebut akan bersifat negative terhadap relasi tersebut. Self fultfilling profecise dalam pengertian psikolologis diterjemahkan bebas sebagai ramalan yang terkabulkan sendiri, Hal tersebut adalah suatu gejala yang terjadi ketika seseorang tanpa sadar membuat suatu prediksi menjadi kenyataan.
Tahapan Relasi Interpersonal. Terdapat beberapa hal yang merupakan tahapan dalam relasi interpersonal. Jalaluddin Rakhmat menjelaskan bahwa relasi interpersonal melalui tiga tahapan, yaitu :
1. Pembentukan.
Tahap pembentukan sering disebut sebagai tahap perkenalan. Fokus pada tahap ini adalah proses penyampaian dan penerimaan informasi dalam pembentukan relasi. Informasi yang diperoleh tidak selalu melalui komunikasi verbal melainkan juga melalui komunikasi non verbal.
2. Peneguhan.
Relasi interpersonal tidak bersifat statis tetapi selalu berubah. Untuk memelihara dan memperteguh relasi interpersonal diperlukan tindakan-tindakan tertentu. Untuk mengembalikan keseimbangan. Ada empat faktor penting untuk memelihara keseimbangan, yaitu keakraban, kontrol ,respon yang tepat dan nada emosi yang tepat.
3. Pemutusan.
Suatu relasi interpersonal yang paling harmonis sekalipun dapat mengalami pemutusan hubungan, mungkin karena kematian, konflik yang tidak terselesaikan atau sebagainya.
Sedangkan Brent D. Ruben dan Lea P. Stewart menjelaskan bahwa terdapat beberapa tahapan dalam relasi interpersonal, yaitu :
- inisiasi, merupakan tahap paling awal dari suatu relasi interpersonal. Pada tahap ini individu memperoleh data mengenai masingmasing melalui petunjuk nonverbal seperti senyuman, jabatan tangan, pandangan sekilas, dan gerakan tubuh tertentu.
- eksplorasi, merupakan tahap pengembangan dari tahap inisiasi dan terjadi tidak lama sesudah inisiasi di sini mulai dijajaki potensi yang ada dari setiap individu serta dipelajari kemungkinan-kemungkinan yang ada dari suatu relasi.
- intensifikasi, merupakan tahap di mana individu harus memutuskan, baik secara verbal maupun non verbal, apakah relasi akan dilanjutkan atau tidak.
- formalisasi, merupakan tahap di mana relasi yang telah berjalan perlu diformalkan. Pada tahap ini tiap-tiap individu secara bersama mengembangkan simbol-simbol, pola-pola komunikasi yang disukai, kebiasaan dan lain sebagainya.
- redefenisi, merupakan tahap di mana terciptanya tekanan terhadap relasi yang tengah berlangsung.
- deteriorasi, merupakan tahap kemunduran atau melemahnya suatu relasi yang kadang tidak disadari oleh para pihak yang terlibat dalam relasi tersebut. Apabila kemunduran yang terjadi tersebut tidak segera diantisipasi, maka bukan tidak mungkin hubungan yang terbentuk tersebut akan mengalami kehancuran.
Faktor yang Mempengaruhi Relasi Interpersonal. Terdapat beberapa hal yang dapat mempengaruhi relasi interpersonal. Jalaluddin Rakhmat menjelaskan terdapat tiga faktor yang dapat mempengaruhi terbentuknya pola komunikasi dalam relasi interpersonal, yaitu :
- percaya (trust). Percaya menentukan efektifitas komunikasi dan dapat meningkatkan kadar komunikasi interpersonal yang terbentuk.
- sikap suportif. Sikap suportif adalah sikap yang mengurangi sikap defensif dalam komunikasi. Komunikasi defensif dapat terjadi karena faktor-faktor personal (ketakutan, kecemasan, harga diri yang rendah, pengalaman defensif, dan lain sebagainya) atau faktor-faktor situasional.
- sikap terbuka. Sikap terbuka sangat besar pengaruhnya dalam menumbuhkan komunikasi interpersonal yang efektif. Lawan dari sikap terbuka adalah dogmatis. Agar komunikasi interpersonal yang kita lakukan melahirkan hubungan yang efektif maka dogmatis (sikap tertutup harus digantikan dengan sikap terbuka.
Demikian penjelasan berkaitan dengan pengertian relasi interpersonal, aspek, jenis, pola, dan tahapan relasi interpersonal, serta faktor yang mempengaruhi relasi interpersonal.
Semoga bermanfaat.