Fenomenologi Sebagai Pendekatan Dalam Penelitian

Silahkan Bagikan Tulisan-Artikel ini :
Pengertian Fenomenologi. Secara etimologis, istilah “fenomenologi” berasal dari bahasa Yunani, yaitu “phainómenon” yang berarti yang tampak, dan “logos” yang berarti ilmu. Berdasarkan hal tersebut, fenomenologi berarti sebuah disiplin ilmu dan studi inkuiri deskriptif yang meletakkan perhatiannya pada studi atas penampakan (fenomena), akuisisi pengalaman, dan kesadaran.

Istilah “fenomenologi” pertama kali diperkenalkan oleh Christoph Friedrich Oetinger, pada tahun 1736, dengan nama “phenomenologia”, dan Johann Heinrickh Lambert, pada tahun 1764, dengan nama “phanomenologia”. Pada saat itu, fenomenologi dimaksudkan sebagai teori dasar penampakan untuk mengkaji secara empiris mengenai pengetahuan penampakan sensori. Sedangkan sebagai pergerakan filsafat, “fenomenologi” didirikan pada awal abad ke-20 oleh Edmund Gustav Albrecht Husserl, seorang filsuf berkewarga-negaraan Jerman. Dalam “konsepsi Husserl”, fenomenologi berpusat pada refleksi sistematis dan studi struktur kesadaran dan fenomena yang tampak pada pikiran. Edmund Gustav Albrecht Husserl berpandangan bahwa fenomenologi adalah ilmu tentang fenomena. Fenomenologi merupakan metode untuk menjelaskan fenomena dalam kemurniannya, yang dalam bahasa Jerman disebut “zuruck zu den sachen selbst” atau kembali ke hal-hal itu sendiri. Sedangkan L. Mastin, dalam “Phenomenology”, menjelaskan bahwa studi fenomenologi didasarkan pada premis bahwa realitas terdiri atas obyek dan penampakan kejadian (fenomena) yang diserap atau dimengerti oleh kesadaran.

Sedangkan secara terminologi, istilah “fenomenologi” memiliki beberapa pengertian. Fenomenologi merupakan studi mengenai pengalaman dan bagaimana pengalaman tersebut terbentuk. Pengalaman dimaksud adalah pengalaman subyektif dan intensionalitasnya. Studi ini kemudian mengarahkan pada analisis kondisi kemungkinan intensionalitas, latar belakang praktik sosial, dan analisis bahasa. Fenomenologi juga dapat berarti jenis metodologi penelitian kualitatif yang digunakan untuk mengungkap kesamaan makna yang merupakan inti dari suatu konsep atau fenomena yang secara sadar dan individual dialami oleh sekelompok individu dalam kehidupan mereka.

Fenomenologi merupakan suatu riset yang senantiasa memungkinkan si peneliti untuk mengeksplorasi pengalaman dan persepsi sensorik yang berbeda dengan persepsi abstrak dari topik penelitian tentang fenomena yang diteliti serta pembentukan pemahaman berdasarkan pengalaman dan persepsi ini.


Selain itu, pengertian fenomenologi dapat juga dijumpai dalam beberapa pendapat yang dikemukakan oleh para ahli, diantaranya adalah :
  • John W. Creswell, dalam “Qualitative Inquiry and Research Design: Choosing among Five Tradition”, menyebutkan bahwa fenomenologi adalah sebuah penelitian yang tertarik untuk menganalisis dan mendeskripsikan pengalaman sebuah fenomena individu dalam dunia sehari-hari.
  • David Woodruff Smith, dalam “Husserl”, menyebutkan bahwa fenomenologi adalah suatu riset yang berbentuk studi kasus tentang fenomena yang terwujud dalam pengalaman yang dialami oleh seorang atau sekelompok individu, cara individu memandang dan memahami fenomena tersebut, dan makna fenomena dalam pengalaman subyektif.
  • Abayomi Alase, dalam “The Interpretative Phenomenological Analysis (IPA): A Guide to a Good Qualitative Reseach Approach”, yang dimuat dalam International Journal of Education and Literacy Studies, Volume : 5 Nomor : 2, Tanggal April 2017, menyebutkan bahwa fenomenologi adalah sebuah metodologi kualitatif yang mengizinkan peneliti menerapkan dan mengaplikasikan kemampuan subyektivitas dan interpersonalnya dalam proses penelitian eksploratori.


Ciri-Ciri Fenomenologi. Secara umum, fenomenologi memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
  • mengacu pada kenyataan.
  • memahami arti peristiwa dan keterkaitannya dengan orang-orang yang berada dalam situasi tertentu.
  • memulai dengan diam.

Sedangkan Abdul Mujib, dalam “Pendekatan Fenomenologi dalam Studi Islam”, yang dimuat dalam Jurnal Pendidikan Islam, Volume : 6, Bulan Desember 2011, menjelaskan bahwa terdapat dua hal yang menjadi ciri-ciri atau karakteristik dari fenomenologi, terutama dalam bidang agama, yaitu :
  • merupakan metode dalam memahami agama orang lain dalam perspektif netralitas. Dalam situasi ini, peneliti menggunakan preferensi orang bersangkutan untuk merekonstruksi dalam dan berdasarkan pengalaman orang tersebut. Artinya, dalam kondisi ini peneliti menanggalkan dirinya sendiri (epoche) dan berupaya membangun dari pengalaman orang lain.
  • dalam menggali data pada penelitian ini dibantu dengan disiplin ilmu yang lain, seperti : sejarah, arkeologi, filologi, psikologi, sosiologi, studi sastra, bahasa, dan lain-lain.


Tipe Fenomenologi. Fenomenologi dapat dibedakan dalam beberapa tipe. Edmund Gustav Albrecht Husserl, dalam “The Idea of Phenomenology”, menjelaskan bahwa penelitian fenomenologi terdiri dari tiga tipe, yaitu :

1. Realist Phenomenology atau Realistic Phenomenology.

Formulasi awal Edmund Gustav Albrecht Husserl, berdasarkan edisi pertama penelitiannya tentang logika, memiliki tujuan untuk menganalisis struktur dari tindakan mental yang disengaja, karena bagi Edmund Gustav Albrecht Husserl hal tersebut diarahkan pada obyek nyata dan ideal.

2. Transcendental Phenomenology atau Constitutive Phenomenology.
Tipe fenomenologi ini adalah rumusan Edmund Gustav Albrecht Husserl selanjutnya, berdasarkan ide-idenya pada tahun 1913, di mana ia mengambil pengalaman intuitif terhadap suatu fenomena sebagai titik awal dan mencoba mengekstrak karakteristik umum yang esensial dari pengalaman dan esensi dari apa yang ia alami, dengan mengesampingkan pertanyaan tentang hubungan apa pun dengan alam di sekitar kita.

3. Existential Phenomenology.
Tipe fenomenologi ini adalah formulasi Heidegger yang diperluas, seperti yang diungkapkan dalam “being and time”-nya tahun 1927, bahwa pengamat tidak dapat memisahkan dari dunia dan, oleh karena itu, merupakan kombinasi dari metode fenomenologi dengan kepentingan memahami manusia di dunia eksistensinya.


Tujuan Fenomenologi. Tujuan utama dari fenomenologi adalah :
  • mengekspresikan diri secara murni tanpa adanya gangguan dari peneliti.
  • menyelidiki dan menggambarkan langsung suatu fenomena sosial tertentu sebagai pengalaman yang dibuat secara sadar, tanpa memiliki landasan teori tentang penjelasan kausal atau realitas objektif.
  • berusaha memahami bagaimana orang membangun makna dari hal-hal yang terjadi.


Asumsi Dasar Fenomenologi. Fenomenologi sebagai bidang disiplin filosofis memiliki beberapa asumsi dasar yang berakar dari asumsi epistemologis serta asumsi ontologi. Keduanya memberikan kontribusi dalam menjelaskan dasar-dasar pendekatan filosofis untuk memahami berbagai fenomena sosial. Mark P. Orbe, dalam “Encyclopedia of Communication Theory”, menjelaskan bahwa terdapat lima asumsi dasar dalam fenomenologi, yaitu :
  • penolakan terhadap gagasan bahwa para peneliti dapat bersikap obyektif. Para ahli fenomenologi percaya bahwa pengetahuan mengenai esensi hanya dapat dilakukan dengan cara mengasah berbagai asumsi yang telah ada sebelumnya melalui suatu proses yang dalam fenomenologi dikenal dengan istilah “epoche”.
  • pemahaman yang mendalam terhadap sifat dan arti dari hidup terletak pada analisis praktik kehidupan yang dilakukan oleh manusia dalam kesehariannya.
  • eksplorasi manusia yang bertentangan dengan individu adalah hal sangat penting dalam fenomenologi. Manusia dipahami melalui berbagai cara yang unik sebagaimana mereka merefleksikannya melalui keadaan sosial, budaya, dan sejarah kehidupannya.
  • bagaimana manusia dikondisikan dalam sebuah proses penelitian. Para peneliti fenomenologi tertarik untuk mengumpulkan berbagai pengalaman sadar manusia yang dianggap penting melalui intepretasi seorang individu dibandingkan dengan pengumpulan data secara tradisional.
  • berkaitan dengan proses. Fenomenologi adalah sebuah metodologi yang berorientasi pada penemuan yang secara spesifik tidak menentukan sebelumnya apa yang akan menjadi temuannya.


Tahapan Fenomenologi. Dalam sejarah ilmu manusia dan filsafat, salah satu pendekatan yang terbaik untuk memahami ruang lingkup pengalaman kesadaran manusia adalah fenomenologi. Terdapat beberapa tahapan yang harus yang dilalui ketika melakukan penelitian fenomenologi, yaitu :
  • bracketing, merupakan proses mengidentifikasi dan menahan setiap keyakinan serta pendapat yang sebelumnya telah terbentuk yang mungkin saja ada dan mengenai fenomena atau gejala yang sedang diteliti.
  • intuiting, merupakan proses yang terjadi ketika peneliti bersikap terbuka terhadap makna yang terkait dengan fenomena oleh mereka yang pernah mengalaminya sehingga menghasilkan pemahaman umum mengenai fenomena yang sedang diteliti.
  • analyzing, merupakan proses yang melibatkan proses lainnya yang meliputi coding, kategorisasi dan memahami arti dari fenomena tersebut.
  • describing, merupakan proses pendiskripsian yang membuat peneliti menjadi mengerti, memahami, dan mendefinisikan fenomena yang diteliti. Tujuannya adalah mengkomunikasikan dan menawarkan perbedaan, atau deskripsi kritis dalam bentuk tertulis atau verbal.

Sedangkan Richard L. Lanigan, dalam “The Phenomenology of Human Communication”, yang dimuat dalam Philosophy to Day, Volume : 23 (1), Spring 1979, menjelaskan bahwa fenomenologi sebagai suatu pendekatan (metodologi) memiliki tiga tahapan proses yang saling bersinergi, yaitu :

1. Deskripsi fenomenologi.
Para ahli fenomenologi berpendapat bahwa kata sifat fenomenologi digunakan untuk mengingatkan jika kita berhubungan dengan capta yaitu pengalaman sadar.

2. Reduksi fenomenologi.
Tujuan dari reduksi fenomenologis adalah untuk menentukan bagian mana dari deskripsi yang penting dan bagian mana yang tidak penting. Dalam artian, reduksi fenomenologis bertujuan untuk melakukan isolasi suatu objek dari kesadaran yang masuk ke dalam pengalaman yang dimiliki. Teknik yang umum dilakukan dalam reduksi fenomenologis adalah variasi bebas imajinatif. Prosedur ini terdiri dari refleksi berbagai bagian dari pengalaman dan membayangkan setiap bagian sebagai kehadiran atau ketiadaan dalam pengalaman secara sistematis.

3. Intepretasi fenomenologi.
Pada umumnya dimaksudkan untuk menjelaskan pemaknaan yang lebih khusus atau yang penting dalam reduksi dan deskripsi dari pengalaman kesadaran yang tengah diselidiki. Secara teknis, intepretasi disebut secara beragam dengan semiotik atau analisis hermeneutik. Semiologi adalah studi yang mempelajari sistem lambang atau kode-kode. Dengan demikian hermeneutik semiologi adalah hubungan khusus yang menyatukan deskripsi dan reduksi.


Kelebihan dan Kekurangan Fenomenologi. Sebagai suatu pendekatan yang digunakan dalam penelitian, fenomenologi memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihan dan kekurangan fenomenologi adalah sebagai berikut :

1. Kelebihan fenomenologi.
Kelebihan mempergunakan pendekatan fenomenologi dalam penelitian, diantaranya adalah :
  • perspektif unik. Terdapat beberapa nilai yang dapat ditemukan dalam memfokuskan penelitian pada bagaimana orang memandang suatu peristiwa atau fenomena, daripada hanya bagaimana fenomena itu ada dalam ruang hampa.
  • pemahaman. Manfaat terbesar dari penelitian fenomenologi adalah kenyataan bahwa hal tersebut dapat memberikan pemahaman yang mendalam dan terperinci tentang satu fenomena.
  • kaya data. Oleh karena data diperoleh dari cukup banyak individu, maka data yang dapat diterima seseorang melalui pendekatan fenomenologi lebih kaya dan mengesankan.

2. Kekurangan fenomenologi.
Kekurangan mempergunakan pendekatan fenomenologi dalam penelitian, diantaranya adalah :
  • subyektivitas. Menetapkan reliabilitas dan validitas dalam penelitian fenomenologi dapat menjadi tantangan tersendiri, sehingga ada kecenderungan penelitian bersifat subyektif.
  • bias. Bias yang ditimbulkan peneliti dapat mempengaruhi penelitian, dan ini terutama berlaku pada penelitian fenomenologis.
  • presentasi hasil. Mempresentasikan temuan penelitian ini lebih sulit karena hasil penelitian dapat terbukti sangat kualitatif, yang membuatnya sulit untuk menyajikan temuan dengan cara yang dianggap berguna oleh praktisi.


Demikian penjelasan berkaitan dengan pengertian fenomenologi, ciri-ciri, tipe, tujuan, asumsi dasar, dan tahapan fenomenologi, serta kelebihan dan kekurangan fenomenologi.

Semoga bermanfaat.