Teori Evolusi Kebudayaan

Silahkan Bagikan Tulisan-Artikel ini :
Teori evolusi kebudayaan merupakan salah satu teori yang dikenal dalam antropologi. Evolusi merupakan suatu proses perubahan yang terjadi secara bertahap dan membutuhkan waktu yang lama. Kebudayaan merupakan hasil cipta, rasa, dan karsa manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya yang kompleks yang mencakup pengetahuan, keyakinan, seni, susila, hukum adat, serta setiap kecakapan dan kebiasaan. Evolusi kebudayaan merupakan suatu proses perubahan kebudayaan yang terus terjadi hingga saat ini, hal tersebut dapat dilihat dan diamati dalam banyak hal, seperti gaya hidup, bahasa, dan lain sebagainya.

Baca juga : Teori Difusi Kebudayaan

Manusia adalah makhluk sosial yang setiap saat akan berinteraksi dengan manusia yang lainnya maupun dengan lingkungannya. Dalam hal demikian, proses evolusi kebudayaan dapat terjadi melalui beberapa hal, yaitu :
  • Akulturasi budaya, yaitu proses sosial yang timbul bila suatu kelompok manusia dengan suatu kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsur-unsur suatu kebudayaan asing dengan sedemikian rupa sehingga unsur-unsur kebudayaan asing tersebut lambat laun diterima dan diolah ke dalam kebudayaan tersebut tanpa menyebabkan hilangnya kepribadian kebudayaan asal.
  • Asimilasi budaya, yaitu proses sosial yang timbul bila ada kelompok-kelompok manusia dengan latar kebudayaan yang berbeda, saling bertemu secara langsung dan intensif untuk waktu yang lama, sehingga menyebabkan kebudayaan dari kelompok-kelompok manusia tersebut masing-masing berubah sifat khasnya serta berubah juga unsur-unsur wujudnya menjadi unsur-unsur kebudayaan campuran.
  • Inovasi atau pembaruan kebudayaan, biasanya berkaitan dengan masalah teknologi dan ekonomi. Dalam suatu penemuan baru biasanya membutuhkan proses sosial yang panjang dan melalui dua tahapan khusus yaitu discovery dan invention.
Teori Evolusi Kebudayaan. Berikut adalah beberapa teori evolusi kebudayaan :

1. Teori Evolusi Sosial Universal.
Teori ini dikemukakan oleh Herbert Spencer. Menurutnya, kebudayaan berevolusi karena didorong oleh suatu kekuatan mutlak yang disebut evolusi universal. Perkembangan masyarakat dan kebudayaan dari setiap bangsa akan melewati tingkatan-tingkatan yang sama. Tapi Herbert Spencer juga tidak mengabaikan fakta bahwa  perkembangan dari tiap-tiap kebudayaan masyarakat dapat mengalami evolusi dalam tingkat-tingkat yang berbeda. Herbert Spencer mengemukakan dua teori yaitu :

a. Teori Tentang Evolusi Hukum Dalam Masyarakat.
Herbert Spencer mengatakan bahwa hukum yang ada dalam masyarakat pada awalnya adalah hukum keramat, yang bersumber dari nenek moyang yang berupa aturan hidup dan pergaulan. Masyarakat yakin dan takut, apabila melanggar hukum ini maka  nenek moyang akan marah. Sejalan dengan perkembangan manusia maka hukum nenek moyang tersebut mulai ditinggalkan oleh masyarakat dan timbulnya hukum sekuler, yaitu hukum yang berlandaskan asas saling membutuhkan secara timbal balik di dalam masyarakat.

Karena jumlah manusia semakin banyak, maka dibutuhkan suatu kekuatan untuk menjaga keberlangsungan hukum sekuler tersebut, maka muncullah kekuasaan otortiter raja yang lambat laun berubah menjadi hukum yang berlaku menggantikan hukum sekuler. Manusia terus mengalami perkembangan dalam hidupnya, mulai mengenal adanya agama, dan lain-lain, demikian juga dengan hukum yang berlaku dalam masyarakat terus mengalami perubahan, sampai pada akhirnya muncullah hukum baru yang berasaskan saling membutuhkan dalam masyarakat, maka lahirlah hukum baru yang disebut dengan undang-undang.

b. Teori Tentang Asal Mula Religi.
Herbert Spencer mengatakan bahwa bentuk religi yang tertua adalah religi terhadap penyembahan  roh-roh nenek moyang, yang merupakan personifikasi dari jiwa-jiwa dari orang yang telah meninggal. Bentuk religi yang tertua ini mengalami evolusi ke bentuk yang lebih kompleks, yaitu penyembahan kepada dewa-dewa. Selanjutnya religi terus berevolusi hingga saat ini sampai manusia mengenal adanya agama.
2. Teori Evolusi Keluarga (J.J. Bachofen).
Teori ini dikemukakan oleh J.J. Bachofen. Menurut J.J. Bachofen, bahwa evolusi keluarga yang terjadi di seluruh dunia berkembang melalui empat tahapan, yaitu sebagai berikut.
  1. Tahapan Promiskuitas, yaitu di mana manusia hidup serupa dengan sekawanan hewan, berkelompok, laki-laki dan perempuan berhubungan bebas, sehingga melahirkan keturunan tanpa adanya suatu ikatan. 
  2. Tahapan kedua, lambat laun manusia semakin sadar akan hubungan ibu dan anak, tetapi anak hanya mengenal ibunya, belum mengenal ayahnya. Dalam keluarga inti, ibulah yang menjadi kepala keluarga dan yang mewarisi garis keturunan. Pada tahapan ini disebut tahapan matriarchate. Pada tahapan ini pernikahan antara ibu dan anak dihindari sehingga muncullah adat exogami
  3. Sistem Patriarchate, di mana ayahlah yang menjadi kepala keluarga dan yang mewaris garis keturunan. Perubahan dari matriarchate menjadi patriarchate terjadi karena laki-laki merasa tidak puas dengan situasi keadaan sosial yang menjadikan perempuan sebagai kepala keluarga.
  4. Pada tahapan yang terakhir, patriarchate lambat laun hilang dan berubah menjadi susunan kekerabatan yang disebut susunan parental. Pada tahapan terakhir ini, pernikahan tidak selalu dari luar kelompok (exogami) tetapi juga dari dalam kelompok yang sama (endogamai). Hal ini menjadikan abak-anak bebas berhubungan langsung dengan keluarga ibu maupun ayah.
3. Teori Evolusi Keluarga (L.H. Morgan).
Teori evolusi keluarga juga dikemukakan oleh L.H. Morgan. L.H. Morgan membahas sistem kekerabatan suku bangsa-suku bangsa didasarkan pada  gejala kesejajaran yang sering kali ada diantara sistem istilah kekerabatan dan sistem kekerabatan. Dalam bukunya yang berjudul "Ancient Society", ia melukiskan proses evolusi masyarakat dan kebudayaan manusia melalui delapan tingkat evolusi yang universal. Menurut L.H. Morgan, masyarakat dari seluruh bangsa di dunia sudah atau masih akan menyelesaikan proses evolusinya melalui delapan tingkat evolusi, yaitu :
  • Jaman liar tua, yaitu jaman sejak adanya manusia sampai manusia menemukan api, dalam jaman ini manusia hidup dari meramu, mencari akar-akar dan tumbuh-tumbuhan liar.
  • Jaman liar madya, yaitu jaman sejak manusia menemukan api sampai manusia menumukan senjata busur panah, dalam jaman ini manusia mulai berubah mata pencaharian hidupnya dari meramu menjadi mencari ikan dan berburu.
  • Jaman liar muda, yaitu dari jaman manusia menemukan busur panah sampai manusia memiliki kepandaian untuk membuat alat-alat dari tembikar, tapi kehidupannya masih berburu.
  • Jaman barbar tua, yaitu dari jaman manusia memiliki kepandaian membuat tembikar sampai manusia beternak dan bercocok tanam.
  • Jaman barbar madya, yaitu dari jaman sejak manusia beternak dan bercocok tanam sampai manusia menemukan menemukan kepandaian membuat alat-alat atau benda-benda dari logam.
  • Jaman barbar muda, yaitu dari manusia memiliki kepandaian membuat alat-alat atau benda-benda dari logam sampai manusia mengenal tulisan.
  • Jaman peradaban purba, menghasilkakn beberapa peradaban klasik jaman batu dan logam.
  • Jaman masa kini, sejak jaman klasik sampai sekarang.
4. Teori Evolusi Religi.
Teori ini dikemukakan oleh E.B. Tylor, yang berpendapat bahwa asal mula religi adalah adanya kesadaran manusia akan adanya jiwa. Kesadaran ini disebabkan oleh dua hal, yaitu :
  • Adanya perbedaan yang tampak pada manusia antara hal-hal yang hidup dan hal-hal yang mati. Manusia sadar bahwa ketika manusia hidup ada sesuatu yang menggerakkan dan kekuatan yang menggerakkan manusia itu disebut jiwa.
  • Peristiwa mimpi, di mana manusia melihat dirinya di tempat lain (bukan di tempat ia sedang tidur). Hal ini menyebabkan manusia membedakan antara tubuh jasmaninya yang berada di tempat tidur dengan rohaninya di tempat-tempat lain yang disebut jiwa.

E.B. Tyor menyatakan bahwa jiwa yang lepas ke alam disebutnya dengan roh atau makhluk halus. Inilah yang menyebabkan manusia berkeyakinan kepada roh-roh yang menempati alam. Sehingga manusia memberikan penghormatan berupa upacara doa, sesaji, dan lain-lain, yang disebut animisme.

Pada tingkat selanjutnya manusia yakin dengan gejala gerak alam disebabkan oleh makhluk-makhluk halus yang menempati alam tersebut. Kemudian tingkat selanjutnya manusia yakin bahwa dewa-dewa tersebut memiliki dewa tertinggi atau raja dewa. Hingga akhirnya manusia berkeyakinan pada satu Tuhan.
5. Teori Mengenai Ilmu Gaib dan Religi.
Teori ini dikemukakan oleh J.G. Frazer. Manusia memecahkan persoalan hidupnya dengan akal dan sistem pengetahuannya, tetapi akal dan sistem pengetahuan itu ada batasnya. Makin terbelakang kebudayaan manusia, maka makin sempit lingkaran batas akalnya. Persoalan hidup yang tidak dapat dipecahkan dengan akal pikiran akan  dipecahkan dengan magic, ilmu gaib. Menurut J.G. Frazer, magic adalah semua tindakan manusia untuk mencapai sesuatu dengan menggunakan kekuatan-kekuatan alam dan kekuatan luar lainnya.

Dalam perkembangan selanjutnya kekuatan magic tersebut tidak selamanya berhasil, maka manusia mulai sadar bahwa di alam ini ada yang menempatinya yaitu makhluk-makhluk halus. Mulailah manusia mencari hubungan dengan makhluk-makhluk halus tersebut. Dengan itu maka timbullah religi. Religi adalah segala sistem tingkah laku manusia untuk memperoleh sesuatu dengan cara memasrahkan diri kepada penciptanya.

Baca juga : Pengertian Antropologi Fisik Dan Bidang Kajian Antropologi Fisik (Biologis)

Wujud Kebudayaan. Menurut pendapat dari Prof. Dr. Koentjoroningrat, wujud kebudayaan dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu :
  1. Wujud kebudayaan sebagai kompleks dari ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan dan sebagainya. Hal ini merupakan wujud ideal dari kebudayaan. Sifatnya abstrak, dan terletak dalam alam pikiran manusia.
  2. Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitas serta tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat. Wujud ini merupakan sistem sosial, yaitu mengenai tindakan berpola manusia itu sendiri.
  3. Wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia. Wujud ini merupakan kebudayaan fisik, yaitu seluruh hasil fisik karya manusia dalam masyarakat. Sifatnya sangat konkret, berupa benda-benda yang dapat dilihat dan diraba.

Demikian penjelasan berkaitan dengan Teori Evolusi Kebudayaan.

Semoga bermanfaat.