Antropologi Sastra : Pengertian, Penelitian, Dan Fungsi Antropologi Sastra, Serta Perbedaan Antara Antropologi Sastra Dan Sosiologi Sastra

Silahkan Bagikan Tulisan-Artikel ini :
Pengertian Antropologi Sastra. Antropologi sastra berasal dari dua istilah, yaitu : antropologi dan sastra, yang keduanya merupakan dua disiplin ilmu yang berbeda. Antropologi merupakan salah satu cabang ilmu sosial yang mempelajari segala hal tentang manusia, baik dari segi kebudayaan, perilaku, keaneka-ragaman, dan lain sebagainya. Antropologi mempelajari manusia sebagai makhluk biologis, maupun sebagai makhluk sosial. Sedangkan, sastra merupakan tulisan imajinatif dalam artian fiksi. Fiksi merupakan karya imajinatif yang merupakan hasil kreasi manusia terhadap realitas sosial budaya di lingkungannya, yang secara harfiah tidak harus benar.

Suwardi Endraswara
, dalam “Metodologi Penelitian Antropologi Sastra”, menjelaskan bahwa dunia antropologi dan sastra, keduanya saling melengkapi pemahaman terhadap kehidupan manusia. Setidaknya terdapat lima kedekatan antara antropologi dan sastra, yaitu :
  1. keduanya sama-sama memperhatikan aspek manusia dengan seluruh perilakunya.
  2. manusia adalah makhluk yang berbudaya, memiliki daya cipta rasa kritis untuk mengubah hidupnya.
  3. antropologi dan sastra tidak alergi pada fenomena imajinatif kehidupan manusia yang sering lebih indah dari warna aslinya.
  4. banyak wacana lisan dan sastra lisan yang menarik minat para antropolog dan ahli sastra.
  5. banyak interdisiplin yang mengitari bidang sastra dan budaya hingga menantang munculnya antropologi sastra.

Lima alasan tersebut menandai bahwa adanya hubungan antara penciptaan sastra budaya. Lebih lnjut Suwardi Endraswara menyebutkan bahwa terdapat beberapa faktor yang memengaruhi kedekatan sastra dan antropologi, yaitu :
  • sastra dan antropologi memiliki kedekatan objek penelitian yang mengarah ke fenomena realitas hidup manusia.
  • sastra dan antropologi memiliki kedekatan metodologis, artinya keduanya banyak memanfaatkan tafsir-tafsir fenomena simbolis.
  • sastra dan antropologi cenderung memelihara konsep kekerabatan (trah) sebagai simbol konteks kehidupan.

Berdasarkan hal tersebut, secara umum antropologi sastra dapat diartikan sebagai studi mengenai karya sastra dengan relevansi manusia (anthropos). Antropologi sastra berupaya meneliti sikap dan perilaku yang muncul sebagai budaya dalam karya sastra. Antropologi sastra merupakan pendekatan interdisiplin yang paling baru dalam ilmu sastra. Lahirnya model pendekatan antropologi sastra dipicu oleh tiga sebab utama, yaitu :
  • baik sastra maupun antropologi menganggap bahasa sebagai obyek penting.
  • kedua disiplin mempermasalahkan relevansi manusia budaya.
  • kedua disiplin juga mempermasalahkan tradisi lisan, khususnya cerita rakyat dan mitos.

Antropologi sastra juga dapat berarti cabang ilmu sastra yang mencoba mengkaji karya sastra dengan memandangnya sebagai karya yang sarat dengan dimensi kebudayaan, yaitu hubungan unsur-unsur kebudayaan beserta ciri-cirinya seperti : tradisi, citra primordial, aspek-aspek kearifan lokal dengan fungsi dan kedudukannya masing-masing.


Selain itu, pengertian antropologi sastra juga dapat dijumpai dalam beberapa pendapat yang dikemukakan oleh para ahli, diantaranya adalah :

1. Nyoman Kutha Ratna.
Nyoman Kutha Ratna, dalam “Antropologi Sastra: Peranan Unsur-Unsur Kebudayaan dalam Proses Kreatif”, menyebutkan bahwa antropologi sastra adalah analisis terhadap karya sastra yang di dalamnya terkandung unsur-unsur antropologi. Dalam hubungan tersebut, karya sastra menduduki posisi dominan, sebaliknya unsur-unsur antropologi sebagai pelengkap. Mengingat disiplin antropologi sangat luas maka antropologi sastra dibatasi pada unsur budaya yang ada dalam karya sastra. Dari penjelasan tersebut, dapat dikemukakan bahwa antropologi sastra adalah analisis dan pemahaman terhadap karya sastra dalam kaitannya dengan kebudayaan. Analisis unsur kebudayaan dalam karya sastra dipandang sangat penting.

Lebih lanjut, Nyoman Kutha Ratna menjelaskan bahwa terdapat tiga alasan yang dapat menopang keberlangsungan antropologi sastra sebagai interdisiplin, yaitu :
  • kedua disiplin, khusunya antropologi (antropologi sastra dan budaya) mempersalahkan sistem simbol secara intens khususnya simbol bahasa.
  • kedua disiplin ilmu tersebut mempermasalahkan relevansi manusia sebagai manusia budaya.
  • kedua disiplin ilmu tersebut mempermasalahkan sekaligus mengklaim tradisi lisan sebagai wilayah penelitiannya masing-masing. Artinya, paling sedikit antropologi dan sastra memiliki tiga wilayah dengan cirinya masing-masing, yakni sistem simbol, manusia berbudaya, dan tradisi lisan.

2. Fernando Payatos.
Fernando Poyatos, dalam “Introduction: The Genesis of Literary Anthropology”, menyebutkan bahwa antropologi sastra adalah ilmu yang mempelajari sastra berdasarkan penelitian antar budaya. Penelitian budaya dalam sastra diyakini sebagai sebuah refleksi kehidupan, yang berkembang pesat menjadi tiga arah, yaitu :
  • penelitian terhadap budaya sastrawan yang disebut antropologi pengarang, ditelaah sisi antropologisnya dengan mewawancarai dan mengamati kehidupan budaya pengarang
  • penelitian teks sastra yang meneliti refleksi sastra sebagai pantulan budaya.
  • penelitian terhadap antropologi pembaca yang secara reseptif memiliki andil penting dalam pemaknaan sastra.

Ketiga arah penelitian tersebut dapat digunakan untuk mengkaji hubungan sastra dengan budaya. Adapun arah penelitian sastra yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian teks sastra yang meneliti refleksi sastra pada suatu budaya.


Penelitian Antropologi Sastra. Penelitian antropologi sastra dilakukan dengan dukungan dua hal, yaitu :

1. Pengalaman budaya.
Pengalaman budaya disebut juga partisipasi budaya. Dengan partisipasi budaya, peneliti akan semakin mendalami ruh sastra. Pengalaman budaya adalah pengalaman langsung menjadi pelaku dalam peristiwa budaya, dari persiapan sampai akhir. Konteks sosial dan budaya yang terdapat dalam sastra amat luas cakupannya. Dalam konteks inilah maka seorang peneliti antropologi sastra harus mampu menangkap sebuah pengalaman sosio-kultural di dalamnya.

2. Wawasan kultural.
Penelitian antropologi sastra memerlukan wawasan kultural yang luas, termasuk wawasan interdisipliner bahkan multidisipliner. Penelitian antropologi sastra merupakan telaah atas berbagai genre sastra puisi, prosa fiksi (novel dan cerpen), drama, dan cerita rakyat lalu mengaitkannya dengan konteks sosial budayanya. Selain memiliki wawasan luas tentang kultural (budaya), penelitian antropologi sastra harus menelaah teks sastra secara intens, sehingga memperoleh pemahaman aspek budaya yang terkandung di dalam teks sastra, yang sangat berguna dalam pemahaman dan pengayaan makna sastra.

Penelitian antropologi sastra memiliki dua jalur penting, yaitu :
  • jalur struktur dinamik sastra, dilakukan dengan cara mengambil sebagian unsur, kemudian ditinjau secara antropologi sastra. Penelitian ini masih berlandaskan struktur karya sastra.
  • jalur refleksi sastra, maksudnya peneliti dapat melepaskan diri dari struktur sastra, tetapi tetap mencermati refleksi budaya secara parsial.

Nyoman Kutha Ratna menjelaskan bahwa untuk memahami objek kajian antropologi sastra, maka perlu kiranya memahami dua jenis fokus dalam penelitian antropologi sastra, yaitu :
  • aspek antropologis yang terkandung dalam karya.
  • aspek yang terjadi dalam masyarakat tetapi berpengaruh terhadap karya sastra.
Penelitian ini akan mengarah pada aspek pertama, yaitu aspek antropologis yang terkandung dalam karya sastra.


Fungsi Antropologi Sastra. Antropologi sastra memiliki beberapa fungsi. Nyoman Kutha Ratna menjelaskan bahwa fungsi dari antropologi sastra adalah :
  • melengkapi analisis ekstrinsik di samping sosiologi sastra dan psikologi sastra.
  • mengantisipasi dan mewadahi kecenderungan- kecenderungan baru hasil karya sastra yang di dalamnya banyak dikemukakan masalah-masalah kearifan lokal.
  • diperlukan dalam kaitannya dengan keberadaan bangsa Indonesia, di dalamnya terkandung beraneka ragam adat kebiasaan, seperti : mantra, pepatah, motto, pantun, yang sebagian besar juga dikemukakan secara estetis dalam bentuk sastra.
  • wadah yang sangat tepat bagi tradisi dan sastra lisan yang selama ini menjadi wilayah perbatasan disiplin antropologi sastra.
  • mengantisipasi kecenderungan kontemporer yaitu perkembangan multidisiplin baru.

Antropologi dan sastra memiliki dasar disiplin ilmu yang berbeda. Harus dipahami bahwa hakikat antropologi adalah fakta empiris sedangkan sastra adalah hasil kreasi imajinatif. Karya sastra merupakan refleksi atas peristiwa dan realitas dunia nyata dalam lingkungan sosial pengarangnya. Oleh karena itu, karya sastra harus tetap menjadi perhatian utama dalam kajian antropologi sastra sedangkan antropologi merupakan pelengkap untuk mengkaji aspek- aspek budaya yang terkandung di dalamnya.

Sedangkan Setya Yuwana Sudikan, dalam “Antropologi Sastra”, menjelaskan bahwa fungsi dari antropologi sastra adalah :
  • sebagai perbandingan terhadap psikologi sastra dan sosiologi sastra.
  • diperlukan untuk pertimbangan kekayaan kebudayaan seperti diwariskan oleh nenek moyang kepada generasi berikutnya.

Baca juga : Teks Dan Sastra

Persamaan dan Perbedaan Antara Antropologi Sastra dan Sosiologi Sastra. Terdapat persamaan dan perbedaan antara antropologi sastra dan sosiologi sastra. Persamaan dan perbedaan dimaksud adalah :

1. Persamaan antara antropologi sastra dan sosiologi sastra :
  • sebagai ilmu sosial humaniora, keduanya ilmu tersebut mempermasalahkan manusia dalam masyarakat, sekaligus memberikan intensitas pada sastra dan teori sastra.

2. Perbedaan antara antropologi sastra dan sosiologi sastra.
Beberapa hal yang menjadi perbedaan antara antropologi sastra dan sosiologi sastra adalah sebagai berikut :

* Antropologi sastra :
  • memberikan perhatian pada manusia sebagai agen kultural, sistem kekerabatan, sistem mitos, dan kebiasaan-kebiasaan lainnya.
  • memusatkan perhatiannya pada masyarakat kuno.
  • menganalisis karya sastra dengan masalah mitos dan bahasa dengan kata-kata arkhais.

* Sosiologi sastra :
  • memusatkan perhatiannya pada masyarakat modern, masyarakat kompleks.
  • menganalisis karya sastra dengan masyarakat kompleks.


Demikian penjelasan berkaitan dengan pengertian antropologi sastra, penelitian dan fungsi antropologi sastra, serta perbedaan antara antropologi sastra dan sosiologi sastra.

Semoga bermanfaat.