Model Pembelajaran Simulasi : Pengertian, Prinsip, Jenis, Tujuan, Dan Tahapan Model Pembelajaran Simulasi, Serta Kelebihan Dan Kekurangan Model Pembelajaran Simulasi

Silahkan Bagikan Tulisan-Artikel ini :
Pengertian Model Pembelajaran Simulasi. Istilah simulasi berasal dari kata “simulate” yang artinya berpura-pura atau berbuat seakan-akan. Simulasi merupakan proses peniruan dari sesuatu yang nyata beserta keadaan sekelilingnya, yang menggambarkan sifat‐sifat karakteristik kunci dari kelakuan sistem fisik atau sistem yang abstrak tertentu. Sebagai metode pembelajaran, simulasi dapat diartikan sebagai cara penyajian pengalaman belajar dengan menggunakan situasi tiruan untuk memahami tentang konsep, prinsip, atau keterampilan tertentu.

Berdasarkan hal tersebut, istilah model pembelajaran simulasi berarti suatu model pembelajaran yang membuat suatu peniruan terhadap sesuatu yang nyata, terhadap keadaan sekelilingnya (state of affaris) atau proses. Model pembelajaran simulasi juga berarti suatu metode pembelajaran yang dilakukan dengan cara meniru atau merekayasa situasi sebenarnya untuk menggambarkan atau menunjukkan suatu proses, kondisi atau benda tertentu yang sedang dipelajari disertai dengan penjelasan lisan. Secara prinsip, model pembelajaran simulasi dirancang untuk membantu peserta didik mengalami berbagai macam proses dan kenyataan sosial, mengetahui atau menguji reaksi mereka, serta untuk memperoleh konsep keterampilan dalam pembuatan keputusan.

Model pembelajaran simulasi pertama kali dikenalkan oleh Sarene Boocock dan Harold Guetzkow, dan telah lama diterapkan sebagai salah satu metode pendidikan. Model pembelajaran ini bukan berasal dari disiplin ilmu pendidikan, tetapi merupakan penerapan dari prinsip cybernetic, yaitu salah satu cabang dari psikologi cybernetic, suatu studi perbandingan antara mekanisme kontrol manusia (biologis) dengan sistem elektromekanik, seperti komputer.

Dalam metode pembelajaran simulasi, seorang pengajar mempunyai peran :
  • menjelaskan (explaining). Pengajar akan memberikan penjelasan kepada peserta didik selaku pemeran dalam simulasi berkaitan dengan aturan, peralatan yang dibutuhkan, implikasi dari setiap tindakan yang dilakukan, dan lain sebagainya.
  • mewasiti (refereeing). Pengajar akan membagi peserta didik dalam beberapa kelompok dan peran sesuai dengan kemampuan dan keinginan peserta didik. Selain itu, pengajar akan mengawasi partisipasi peserta didik dalam permainan simulasi.
  • melatih (coaching). Pengajar bertindak sebagai seorang pelatih yang memberikan petunjuk-petunjuk kepada peserta didik agar mereka dapat berperan dengan baik.
  • memimpin diskusi (discussing). Selama permainan berlangsung, pengajar akan memimpin kelas dalam suasana diskusi.


Selain itu, pengertian model pembelajaran simulasi juga dapat dijumpai dalam beberapa pendapat yang dikemukakan oleh para ahli, diantaranya adalah :
  • S.B. Djamarah, dalam “Strategi Belajar Mengajar”, menyebutkan bahwa metode pembelajaran simulasi adalah cara penyajian pelajaran dengan memperagakan atau mempertunjukan kepada peserta didik suatu proses, situasi atau benda tertentu yang sedang dipelajari, baik sebenarnya ataupun tiruan yang sering disertai dengan penjelasan lisan.
  • Mulyani Sumantri dan Johar Permana, dalam “Strategi Belajar Mengajar”, menyebutkan bahwa metode pembelajaran simulasi adalah cara penyajian pengajaran dengan menggunakan situasi tiruan untuk menggambarkan situasi sebenarnya agar diperoleh pemahaman tentang hakikat suatu konsep, prinsip, atau keterampilan tertentu.


Prinsip Metode Pembelajaran Simulasi. Terdapat beberapa prinsip yang harus diikuti dalam metode pembelajaran simulasi. Hamzah B. Uno, dalam “Model Pembelajaran (Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang Kreatif dan Efektif)”, menyebutkan bahwa prinsip dalam metode pembelajaran simulasi adalah :
  • penjelasan. Prinsip ini berfungsi agar peserta didik atau pemain benar-benar memahami aturan main dalam simulasi. Oleh karenanya, seorang pengajar harus memberikan penjelasan dengan sejelas-jelasnya tentang aktivitas yang harus dilakukan berikut konsekuensi-konsekuensinya.
  • mengawasi atau refereeing. Prinsip ini dimaksudkan agar pengajar dapat mengawasi proses simulasi sehingga berjalan sebagaimana seharusnya.
  • melatih (coaching). Prinsip ini berkaitan dengan peran pengajar dalam metode pembelajaran simulasi, yaitu memberikan saran, petunjuk, atau arahan sehingga memungkinkan para peserta didik selaku pemeran dalam simulasi tidak melakukan kesalahan yang sama.
  • diskusi. Prinsip ini sangat penting dalam melakukan refleksi setelah praktek simulasi. Setelah simulasi selesai, pengajar akan mendiskusikan beberapa hal, seperti : seberapa jauh simulasi sudah sesuai dengan situasi nyata, kesulitan-kesulitan, hikmah apa yang dapat diambil dari simulasi, bagaimana memperbaiki dan meningkatkan kemampuan simulasi, dan lain sebagainya.


Jenis Metode Pembelajaran Simulasi. Metode pembelajaran simulasi dapat dibedakan menjadi beberapa jenis. Wina Sanjaya, dalam “Strategi Pembelajaran”, menyebutkan bahwa model pembelajaran simulasi terdiri dari beberapa jenis, yaitu :
  • sosiodrama, merupakan metode pembelajaran dengan bermain peran untuk memecahkan masalah-masalah yang berkaitan dengan fenomena sosial, permasalahan yang menyangkut hubungan antara manusia. Sosiodrama digunakan untuk memberikan pemahaman dan penghayatan akan masalah-masalah sosial serta mengembangkan kemampuan peserta didik untuk memecahkannya.
  • psikodrama, merupakan metode pembelajaran dengan bermain peran yang bertitik tolak dari permasalahan-permasalahan psikologis. Psikodrama biasanya digunakan untuk terapi yaitu agar peserta didik memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang dirinya, menemukan konsep diri, menyatakan reaksi terhadap tekanan-tekanan yang dialaminya.
  • permainan peran atau role playing, merupakan metode pembelajaran dengan mengutamakan pola permainan dalam bentuk dramatisasi. Permainan peran sebagai bagian dari metode simulasi yang diarahkan untuk mengkreasi peristiwa sejarah serta mengkreasi peristiwa-peristiwa aktual.
  • peer teaching, merupakan jenis metode pembelajaran simulasi yang digunakan pengajar dalam memberikan pengalaman mengajar bagi para calon pengajar. Peer teaching merupakan kegiatan pembelajaran yang dilakukan seorang peserta didik kepada peserta didik lainnya dan salah satu peserta didik itu lebih memahami materi pembelajaran. Tujuannya adalah agar dengan pengalaman mengajar tiruan ini, diharapkan ia dapat memiliki pengalaman tentang cara mengajar yang sesungguhnya.


Tujuan Metode Pembelajaran Simulasi. Metode pembelajaran simulasi merupakan bagian dari metode pembelajaran aktif, sehingga secara umum tujuan dari metode pembelajaran simulasi diarahkan untuk meningkatkan keterlibatan peserta didik dalam proses pembelajaran. Secara umum, tujuan dari model pembelajaran simulasi adalah :
  • melatih keterampilan tertentu baik bersifat profesional maupun bagi kehidupan sehari-hari,
  • memperoleh pemahaman tentang suatu konsep atau prinsip.
  • melatih memecahkan masalah.
  • meningkatkan keaktifan belajar.
  • memberikan motivasi belajar kepada peserta didik.
  • melatih peserta didik untuk mengadakan kerja sama dalam situasi kelompok.
  • menumbuhkan daya kreatif peserta didik.
  • melatih peserta didik untuk mengembangkan sikap toleransi.

Mulyani Sumantri dan Johar Permana menyebutkan bahwa tujuan dari metode pembelajaran simulasi adalah :
  • melatih keterampilan tertentu yang bersifat praktis bagi kehidupan sehari-hari.
  • membantu mengembangkan sikap percaya diri peserta didik.
  • mengembangkan persuasi dan komunikasi.
  • melatih peserta didik memecahkan masalah dengan memanfaatkan sumber-sumber yang dapat digunakan memecahkan masalah.
  • meningkatkan pemahaman tentang konsep dan prinsip yang dipelajari.
  • meningkatkan keaktifan belajar dengan melibatkan peserta didik dalam mempelajari situasi yang hampir serupa dengan kejadian yang sebenarnya.

Sedangkan Oemar Hamalik, dalam “Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem”, menyebutkan bahwa tujuan metode pembelajaran simulasi adalah :
  • belajar dengan berbuat. Para peserta didik melakukan peranan tertentu sesuai dengan kenyataan yang sesungguhnya.
  • belajar melalui peniruan (imitasi). Para peserta didik sebagai pelaku drama menyamakan diri dengan pelaku (aktor) dan tingkah laku mereka.
  • belajar melalui umpan balik. Para peserta didik belajar berdasarkan umpan balik yang diberikan oleh pengajar atau para pengamat. Umpan balik dimaksud bertujuan untuk mengembangkan prosedur-prosedur kognitif dan prinsip-prinsip yang mendasari perilaku keterampilan yang telah didramatisasikan.
  • belajar melalui pengkajian, penilaian, dan pengulangan. Para peserta didik (peserta simulasi) dapat memperbaiki keterampilan-keterampilan mereka dengan mengulanginya dalam penampilan berikutnya.


Tahapan dalam Metode Pembelajaran Simulasi. Metode pembelajaran simulasi dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa tahapan. Wina Sanjaya menyebutkan bahwa tahapan dalam metode pembelajaran simulasi adalah sebagai berikut :
  • persiapan simulasi. Dalam tahap ini, pengajar menetapkan topik serta tujuan yang hendak dicapai dengan simulasi. Selanjutnya pengajar memberikan gambaran masalah dan menetapkan siapa saja yang akan berperan dan terlibat dalam simulasi. Dalam tahap ini, pengajar akan memberikan kesempatan pada peserta didik untuk bertanya ,khususnya pada peserta didik yang terlibat dalam pemeran simulasi.
  • pelaksanaan simulasi. Pada tahap ini, peserta didik mulai memainkan simulasi sebagaimana aturan dan peran yang telah ditentukan. Apabila peserta didik mengalami kesulitan dalam menjalankan perannya, maka pengajar akan memberikan bantuan. Pengajar akan menghentikan simulasi pada saat puncak, hal ini dimaksudkan untuk mendorong peserta didik untuk berpikir dalam menyelesaikan masalah yang sedang disimulasikan.
  • penutup simulasi. Pada tahap ini, pengajar dan peserta didik melakukan diskusi berkaitan dengan jalannya simulasi maupun materi cerita yang disimulasikan. Pengajar akan mendorong peserta didik untuk dapat memberikan kritik dan tanggapan terhadap proses pelaksanaan simulasi.

Sedangkan Udin Winataputra, dalam “Model-Model Pembelajaran Inovatif”, menyebutkan bahwa tahapan yang harus dijalankan dalam pelaksanaan metode pembelajaran simulasi adalah sebagai berikut :

1. Tahap orientasi.
Dalam tahap ini, kegiatan yang dilakukan adalah :
  • pengajar menyajikan berbagai topik simulasi.
  • memberikan gambaran teknis tentang proses dan konsep-konsep yang akan diintegrasikan dalam proses simulasi.

2. Tahap latihan.
Pada tahap ini, kegiatan yang dilakukan adalah :
  • membuat skenario yang berisi aturan, peranan, langkah, pencatatan, bentuk keputusan yang harus dibuat, dan tujuan yang akan dicapai.
  • pengajar akan menugaskan para pemeran dalam simulasi serta mencoba secara singkat suatu episode.

3. Tahap proses simulasi.
Pada tahap ini, kegiatan yang dilakukan adalah :
  • peserta didik melaksanakan aktivitas permainan dan pengaturan kegiatan.
  • peserta didik akan diberikan umpan balik dan evaluasi dari hasil pengamatan terhadap performa si pemeran.
  • menjernihkan hal-hal yang miskonsepsional.
  • melanjutkan kembali permainan atau simulasi hingga selesai.

4. Tahap pemantapan (debriefing).
Pada tahap ini, yang dilakukan oleh pengajar bersama-sama dengan peserta didik adalah :
  • memberikan ringkasan mengenai kejadian dan persepsi yang timbul selama simulasi.
  • memberikan ringkasan mengenai kesulitan-kesulitan dan wawasan para peserta didik.
  • menganalisis proses.
  • membandingkan aktivitas simulasi dengan dunia nyata.
  • menghubungkan proses simulasi dengan isi pelajaran.
  • menilai dan merancang kembali simulasi.


Kelebihan dan Kekurangan Metode Pembelajaran Simulasi. Sebagaimana model pembelajaran yang lain, model pembelajaran simulasi juga mempunyai kelebihan dan kekurangan. Wina Sanjaya menyebutkan bahwa kelebihan dan kekurangan metode pembelajaran simulasi adalah sebagai berikut :

1. Kelebihan metode pembelajaran simulasi :
  • peserta didik dapat melakukan interaksi sosial dan komunikasi dalam kelompoknya.
  • aktivitas peserta didik cukup tinggi dalam pembelajaran sehingga terlibat langsung dalam pembelajaran.
  • dapat membiasakan peserta didik untuk memahami permasalahan sosial (merupakan implementasi pembelajaran yang berbasis kontekstual).
  • dapat membina hubungan personal yang positif.
  • dapat membangkitkan imajinasi, membina hubungan komunikatif, dan bekerja sama dalam kelompok.
  • simulasi dapat dijadikan sebagai bekal bagi peserta didik dalam menghadapi situasi yang sebenarnya kelak, baik dalam kehidupan keluarga masyarakat, maupun menghadapi dunia kerja.
  • simulasi dapat mengembangkan kreativitas peserta didik, karena melalui simulasi peserta didik diberi kesempatan untuk memainkan peranan sesuai dengan topik yang disimulasikan.
  • simulasi dapat memupuk keberanian dan percaya diri peserta didik.
  • memperkaya pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang diperlukan dalam menghadapi berbagai situasi sosial yang problematik.
  • simulasi dapat meningkatkan gairah peserta didik dalam proses pembelajaran.
  • dapat ditemukan bakat-bakat baru dalam bermain atau berakting.
  • memupuk daya cipta peserta didik.
  • mengurangi hal-hal yang bersifat abstrak dengan menampilkan kegiatan yang nyata.

2. Kekurangan metode pembelajaran simulasi :
  • pengalaman yang diperoleh melalui simulasi tidak selalu tepat dengan kenyataan di lapangan.
  • pengelolaan yang kurang baik, sering simulasi dijadikan sebagai alat hiburan, sehingga tujuan pembelajaran menjadi terabaikan.
  • faktor psikologis seperti rasa malu dan takut sering mempengaruhi peserta didik dalam melakukan simulasi.
  • biaya pengembangannya tinggi dan perlu waktu lama.
  • fasilitas dan alat-alat khusus yang dibutuhkan mungkin sulit diperoleh serta mahal harga dan pemeliharaannya.

Baca juga : Pendidikan Inklusif

Demikian penjelasan berkaitan dengan pengertian model pembelajaran simulasi, prinsip, jenis, tujuan, dan tahapan dalam metode pembelajaran simulasi, serta kelebihan dan kekurangan model pembelajaran simulasi.

Semoga bermanfaat.