Blended Learning : Pengertian, Unsur, Manfaat, Dan Model Blended Learning

Silahkan Bagikan Tulisan-Artikel ini :
Pengertian Blended Learning. Blended learning merupakan pengembangan lebih lanjut dari metode e-Learning, yaitu metode pembelajaran yang menggabungkan antara sistem e-Learning dengan metode konvensional atau tatap muka (face-to-face). Atau dengan kata lain,  blended learning adalah gabungan antara metode pembelajaran yang dilakukan secara tatap-muka dan secara virtual.

Secara etimologi, istilah "blended learning" terdiri dari dua kata yaitu "blended" yang berarti campuran, yang dalam Collins Dictionary diartikan dengan bersama untuk meningkatkan kualitas agar bertambah baik, atau yang dalam Oxford English Dictionary diartikan sebagai formula suatu penyelarasan kombinasi atau perpaduan. Dan "learning" yang berarti belajar. Sehingga berdasarkan arti kata tersebut, blended learning berarti pola pembelajaran yang mengandung unsur pencampuran atau penggabungan antara satu pola dengan pola yang lainnya. Apa yang dicampurkan atau digabungkan ? Yaitu pembelajaran di kelas (classroom lesson) dan online learning.

Sedangkan secara terminologis, blended learning berarti suatu model pembelajaran yang mengkombinasikan metode pembelajaran tradisional di kelas (classroom lesson) yaitu secara tatap muka dengan metode pembelajaran berbasis online (e-learning) yang memanfaatkan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) sehingga dapat menggabungkan inovasi dan keuntungan teknologi pada pembelajaran online dengan interaksi dan partisipasi dari keuntungan pembelajaran tatap muka.


Selain itu, pengertian blended learning juga dapat dijumpai dalam beberapa pendapat yang dikemukakan oleh para ahli diantaranya adalah :
  • Husamah, dalam "Pembelajaran Bauran (Blended Learning)", berpendapat bahwa blended learning adalah gabungan dari beragam media pembelajaran yang serasi untuk menciptakan aktivitas belajar yang lebih unggul. Blended learning memiliki dua komponen inti yaitu pembelajaran tatap muka (face-to-face) dan pembelajaran online (e-learning). 
  • W.D. Dwiyogo, dalam "Pembelajaran Berbasis Blended Learning", berpendapat bahwa blended learning adalah pembelajaran yang mengombinasikan berbagai strategi penyampaian pembelajaran yaitu pembelajaran tatap muka, pembelajaran berbasis komputer (offline) , dan pembelajaran e-learning (online)
  • Elenena Mosa, dalam "A Blended E-Learning Model", berpendapat bahwa blended learning adalah model pembelajaran yang menggabungkan dua unsur utama, yaitu pembelajaran di kelas (classroom lesson) dengan online learning.


Unsur Blended Learning. Menurut Jared M. Carman, dalam "Blended Learning Design : Five Key Ingredients", dijelaskan bahwa terdapat lima kunci utama yang merupakan unsur dari  blended learning, yaitu sebagai berikut :

1. Live event.
Pembelajaran langsung atau tatap muka (instructor-led instruction) secara sinkronous dalam waktu dan tempat yang sama (classroom) ataupun waktu sama tapi tempat berbeda (seperti virtual classroom). Bagi beberapa orang tertentu, pola pembelajaran langsung seperti ini masih menjadi pola utama. Pola ini, juga bisa saja mengkombinasikan teori behaviorisme, kognitivisme dan konstruktivisme sehingga terjadi pembelajaran yang bermakna.

2. Self-paced learning.
Self-Paced Learning yaitu mengkombinasikan dengan pembelajaran mandiri (self-paced learning) yang memungkinkan peserta belajar belajar kapan saja, dimana saja dengan menggunakan berbagai konten (bahan belajar) yang dirancang khusus untuk belajar mandiri baik yang bersifat text-based maupun multimedia-based (video, animasi, simulasi, gambar, audio, atau kombinasi dari kesemuanya).

3. Collaboration.
Mengkombinasikan kolaborasi, baik kolaborasi pengajar, maupun kolaborasi antar peserta belajar yang kedua-duanya bisa lintas sekolah/kampus. Perancang blended learning harus meramu bentuk-bentuk kolaborasi, baik kolaborasi antar teman sejawat atau kolaborasi antar peserta belajar dan pengajar melalui tool-tool komunikasi yang memungkinkan seperti chatroom, forum diskusi, email, website/webblog, list serv, mobile phone.

4. Assessment.
Dalam metode pembelajaran blended learning, perancang harus mampu meramu kombinasi jenis assessment baik yang bersifat tes maupun non-tes, atau tes yang lebih bersifat otentik (authentic assessment/portfolio) dalam bentuk project, produk, dan lain-lain. Di samping itu, juga perlu mempertimbangkan ramuan antara bentuk-bentuk assessment online dan assessment offline. Sehingga memberikan kemudahan dan fleksibilitas peserta belajar mengikuti atau melakukan assessment tersebut.

5. Performance support materials.
Jika kita ingin mengkombinasikan antara pembelajaran tatap muka dalam kelas dan tatap muka virtual, pastikan sumber daya untuk mendukung hal tersebut siap atau tidak, ada atau tidak. Bahan belajar disiapkan dalam bentuk digital, apakah bahan belajar tersebut dapat diakses oleh peserta belajar baik secara offline (dalam bentuk CD, MP3, DVD, dan lain-lain) maupun secara online. Atau, jika pembelajaran online dibantu dengan suatu Learning/Content Management System (LCMS), pastikan juga bahwa aplikasi sistem ini telah terinstal dengan baik, mudah diakses, dan lain sebagainya.


Manfaat Blended Learning. Menurut Husamah, dalam "Pembelajaran Bauran (Blended Learning)", blended learning memiliki beberapa manfaat, yaitu :
  • meningkatkan hasil pembelajaran melalui pendidikan jarak jauh.
  • meningkatkan kemudahan belajar sehingga siswa menjadi puas dalam belajar melalui pendidikan jarak jauh.
  • mengurangi biaya pembelajaran.


Model Blended Learning. Menurut Elizabeth Brooke, dalam "Four Keys To Success Using Blended Learning Implementation Models", menyebutkan bahwa blended learning dapat dibedakan menjadi beberapa model, sebagai berikut :

1. Face-to-face driver model.
Dalam model ini, pembelajaran online ditentukan berdasar per-kasus, artinya hanya peserta didik dalam kelas tertentu yang akan mendapat pembelajaran online. Model ini mengizinkan peserta didik yang menginginkan belajar di atas kelas yang sedang dijalani dengan cara memanfaatkan teknologi secara mandiri. Demikian halnya bagi peserta didik yang terlambat dalam mengikuti pelajaran, peserta didik tersebut dapat mengulang-ulang pembelajaran yang disampaikan secara online.

2. Rotation model.
Dalam model pembelajaran ini, peserta didik berotasi di antara kelas yang berbeda dengan jadwal tertentu, baik secara online maupun tatap muka dengan pendidik. Saat materi yang harus dikuasai oleh peserta didik berupa perangkat lunak atau pembelajaran perangkat lunak membantu penguasaan materi oleh peserta didik, maka pembelajaran dilakukan dalam laboratorium komputer, sedangkan untuk materi yang memerlukan penjelasan langsung dari pendidik, pembelajaran dilakukan di kelas.

3. Flex model.
Dalam model pembelajaran ini, materi pelajaran dibagikan secara online dan peserta didik dituntut untuk belajar mandiri melalui media online, tetapi pendidik ada di ruangnya untuk selalu dapat ditemui oleh peserta didik yang memerlukannya. Peserta didik belajar dalam ruang kelas dengan alat pembelajaran secara online sebagai tulang punggung pelajaran, dengan pendidik memberikan bantuan jika diperlukan.

4. Online lab model.
Dalam model pembelajaran ini, peserta didik belajar seluruhnya melalui media online, tetapi mendatangi laboratorium komputer untuk menyelesaikan pelajarannya.

5. Self-blend model.
Dalam model pembelajaran ini, peserta didik mempunyai kesempatan untuk belajar hal lain di luar yang ditawarkan sekolahnya. Peserta didik secara individual menghadiri sekolah tradisionalnya (tatap muka), tetapi mereka dapat belajar pengayaan secara online. Model ini memberikan kesempatan bagi peserta didik yang memiliki motivasi tinggi dan menginginkan belajar lebih dari yang dapat ditawarkan oleh sekolah tradisionalnya.

6. Online driver model.
Model ini kebalikan dari face-to-face driver model. Dalam model ini, materi disampaikan secara online dan pertemuan dengan pendidik dilakukan secara online saat mereka memerlukan diskusi. Model ini sesuai untuk peserta didik yang memerlukan flesibilitas tinggi dan ketidakterikatan jadwal dalam kehidupan sehari-harinya.

7. Enriched virtual model.
Peserta didik harus mengikuti pembelajaran tatap muka dengan pendidik, tetapi kemudian menyelesaikan mata pelajarannya di luar ruang kelas atau luar sekolahnya. Ada kemungkinan peserta didik tidak bertemu pendidiknya di pembelajaran terjadwal, formal, dan harian.


Blended learning memberikan kesempatan untuk menciptakan pengalaman belajar dengan memanfaatkan keluwesan waktu dan tempat pembelajaran sehingga memberikan kesempatan seluas-luasnya bagi peserta didik untuk belajar.

Demikian penjelasan berkaitan dengan pengertian blended learning, unsur,  manfaat, dan model  blended learning.

Semoga bermanfaat.