Keterampilan Berbicara : Pengertian, Bentuk, Dan Cara Mengembangkan Keterampilan Berbicara, Serta Faktor Yang Mempengaruhi Keberhasilan Dan Kegagalan Dalam Berbicara

Silahkan Bagikan Tulisan-Artikel ini :
Pengertian Keterampilan Berbicara. Berbicara merupakan tuntutan kebutuhan hidup manusia. Sebagai makhluk sosial, manusia akan berkomunikasi dengan orang lain. Dan bahasa merupakan alat utamanya. Untuk dapat melakukan komunikasi dengan baik, seorang individu dituntut untuk memiliki keterampilan. Keterampilan merupakan suatu kepandaian untuk melakukan atau menyelesaikan sesuatu hal cepat dan benar. Keterampilan mencakup segala aspek, termasuk berbicara (berbahasa).

Berbicara adalah kegiatan berbahasa yang penting dalam kehidupan sehari-hari. Dengan berbicara seseorang dapat mengungkapkan pikiran dan perasaannya kepada orang lain secara lisan. Elizabeth Hurlock, dalam "Perkembangan Anak", menyebutkan bahwa berbicara adalah bentuk bahasa yang menggunakan artikulasi atau kata-kata yang digunakan untuk menyampaikan ide yang akan diungkapkan. Sedangkan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, mengartikan berbicara dengan suatu penyampaian maksud (ide, pikiran, gagasan atau isu hati) seseorang kepada orang lain.


Secara umum, keterampilan berbicara dapat diartikan sebagai suatu kemampuan menggunakan bahasa untuk berkomunikasi yakni baik dalam menyampaikan informasi, pikiran maupun menyatakan gagasan dari pembicara kepada pendengar. Keterampilan berbicara juga dapat berarti seni berbicara yang bisa dimiliki seseorang yang bertujuan untuk menyampaikan pesan lisan secara efektif, sebagai bentuk komunikasi kepada orang lain.

Selain itu, pengertian keterampilan berbicara juga dapat dijumpai dalam beberapa pendapat yang dikemukakan oleh para ahli, beberapa diantaranya adalah :
  • M. Arsjad dan Mukti, dalam "Pembinaan Kemampuan Berbicara Bahasa Indonesia", menyebutkan bahwa keterampilan berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau mengucapkan kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan, menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan. Pendengar menerima informasi melalui rangkaian nada, tekanan, dan penempatan persendian (juncture). 
  • Muammar, dalam  "Pembelajaran Berbicara yang Terabaikan pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Sekolah Dasar", yang dimuat dalam Jurnal Bahasa dan Sastra dalam Berbagai PerspektifNomor : 27 Tahun 2008, menyebutkan bahwa keterampilan berbicara adalah keterampilan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau mengucapkan kata-kata untuk menceritakan, mengekspresikan, menyatakan, menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan kepada oang lain dengan kepercayaan diri untuk berbicara secara wajar, jujur, benar, dan bertanggung jawab, serta dengan menghilangkan masalah psikologis seperti rasa malu, rendah diri, ketegangan, berat lidah, dan lain-lain.


Bentuk Keterampilan Berbicara. Secara umum, keterampilan berbicara dapat dibedakan menjadi dua bagian, yaitu :

1. Monologika.
Monologika adalah suatu ilmu tentang seni berbicara dengan monolog, dimana hanya ada seorang yang berbicara. Bentuk dari monologika yang sangat penting adalah proses dalam menyampaikan ide atau gagasan kepada orang lain di depan umum, sebagai contoh berpidato.

2. Dialogika.
Dialogika adalah suatu ilmu tentang seni berbicara dengan cara dialog, dimana dua orang atau lebih, mengambil atau berbicara dalam suatu proses pembicaraan. Bentuk dialogika yang sangat penting ialah diskusi, berunding, tanya jawab, debat dan percakapan.


Aspek Keterampilan Berbahasa. Terdapat beberapa aspek dalam keterampilan berbahasa. Menurut Henry Guntur Tarigan, dalam "Psikololinguistik", menyebutkan bahwa terdapat empat aspek dalam keterampilan berbahasa dalam bahasa Indonesia, yaitu :
  • menyimak. 
  • berbicara. 
  • membaca. 
  • menulis.

Keempat aspek tersebut juga sebagai "catur tunggal" keterampilan berbahasa karena keempat aspek tersebut merupakan satu kesatuan, saling berhubungan, dan tidak bisa dilepaskan, namun berbeda antara satu dengan yang lainnya dan juga berbeda dari segi prosesnya.


Landasan Keterampilan Berbicara. Beberapa landasan dalam keterampilan berbicara, adalah sebagai berikut :
  • situasi. Kegiatan berbicara bisa terjadi dalam situasi (formal atau informal), suasana, kondisi serta lingkungan tertentu. 
  • tujuan. Tujuan dalam berbicara adalah untuk mendapatkan tanggapan atau respon dari lawan bicara, menghibur, melaporkan, dan meyakinkan seseorang. 
  • metode penyampaian. Metode yang dapat dilakukan seseorang saat berbicara, adalah penyampaian berdasarkan naskah atau skrip, berdasarkan catatan kecil, berdasarkan hafalan memoriter, serta penyampaian secara mendadak serta merta impromtu. 
  • penyimak. Dalam penyampaian ide atau gagasan, pembicara perlu memperhatikan siapa penyimak dari pembicara tersebut, agar materi yang sudah disampaikan bisa diterima dengan berimbang.


Jenis Keterampilan Berbicara. Menurut Zulkifli Musaba, dalam "Terampil Berbicara", disebutkan bahwa keterampilan berbicara terdiri dari beberapa jenis, sebagai berikut :
  • bercerita, yaitu menuturkan suatu cerita secara lisan (walaupun bahan cerita bisa berwujud karangan tertulis). 
  • debat, yaitu bertukar pikiran secara terbuka untuk membahas masalah yang masih merupakan pro dan kontra dengan memperhatikan aturan dan tata tertib tertentu. 
  • diskusi, yaitu pertemuan ilmiah untuk bertukar pikiran mengenai suatu masalah. 
  • wawancara, yaitu kegiatan tanya jawab dengan seseorang yang diperlukan untuk dimintai keterangan atau pendapatnya mengenai suatu hal untuk dimuat dalam surat kabar, disiarkan melalui radio atau ditayangkan pada layar televisi. 
  • pidato, yaitu sebuah kegiatan berbicara di depan umum atau berorasi untuk menyatakan pendapatnya, atau memberikan gambaran tentang suatu hal. 
  • ceramah, yaitu suatu kegiatan berbicara di depan umum dalam situasi tertentu untuk tujuan tertentu dan kepada pendengar tertentu. 
  • percakapan, yaitu dialog antara dua orang atau lebih.


Cara Mengembangkan Keterampilan Berbicara.Terdapat beberapa kegiatan yang dapat dilakukan untuk mengembangkan keterampilan dalam berbicara, diantaranya adalah :
  • Tingkatkan kemampuan berbahasa yang baik, perbanyak kosakata dengan banyak membaca dan menulis. Cari kosakata yang belum atau kurang dikenal. Semakin bisa mengekspresikan diri, semakin baik kemampuan dalam berkomunikasi. 
  • Latih kemampuan mendengar. Perhatikan apa yang dikatakan pembicara lain sebelum mengutarakan pendapat. Resapi apa yang didengar sebelum merespon. 
  • Belajar untuk mengerti dan menghargai cara pandang orang lain dengan pemikiran terbuka dan berusahalah melihat sesuatu dari perspektif yang lain.  
  • Hindari komunikasi di situasi yang emosional. Hal tersebut untuk menghidari hilangnya obyektifitas yang nantinya akan disesali. 
  • Ikut serta dalam organisasi yang mendorong meningkatkan berbagai keterampilan berbicara kita, dan yang memungkinkan kita bertemu dengan orang-orang baru yang menarik.

Menurut Ahmad Rofi'udin dan Darmiyati Zuhdin, dalam  "Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di Kelas Tinggi", menyebutkan bahwa terdapat tiga cara untuk mengembangkan secara vertikal keterampilan berbicara, yaitu : 
  • menirukan pembicaraan orang lain (khususnya guru). 
  • mengembangkan bentuk ujaran yang dikuasai. 
  • mendekatkan/mensejajarkan dua bentuk ujaran yaitu ujaran sendiri yang belum benar dengan ujaran orang dewasa (terutama guru) yang sudah benar.


Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan dan Kegagalan dalam Berbicara. Terdapat beberapa faktor, baik dari pembicara maupun pendengar, yang dapat mempengaruhi keberhasilan dan kegagalan dalam berbicara, yaitu sebagai berikut :

1. Faktor yang mempengaruhi keberhasilan dalam berbicara :
  • percaya diri. Percaya diri merupakan salah satu faktor utama yang wajib dimiliki oleh pembicara. Jika seorang pembicara tidak percaya diri maka akan sulit baginya untuk menyampaikan ide dan gagasan yang ada didalam pikirannya. 
  • kejelasan suara. Seorang pembicara harus menggunakan suara yang dapat didengar jelas oleh pendengar (audiens), serta tidak menggunakan istilah-istilah yang sulit dimengerti oleh pendengar karena tingkat pengetahuan dari masing-masing pendengar tidak sama. 
  • ekspresi/gerak mimik. Seorang pembicara merupakan aktor dihadapan pendengarnya. Gunakan ekspresi yang tepat sesuai tema pembicaraan, sehingga hal tersebut dapat membuat pendengar menjadi lebih semangat dan tidak boson untuk mengikuti setiap detil pembicaraan. 
  • kelancaran komunikasi. Penyampaian ide harus disampaikan dengan lancar dan terunut dengan baik. Berbicara dengan terputus-putus karena adanya gangguan faktor lain (misalnya : handphone berdering terus) dapat mengurangi antusias pendengar.

Menurut M. Arsjad dan Mukti, terdapat dua faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan dalam berbicara, yaitu :

a. Faktor Kebahasaan.
Faktor kebahasaan meliputi :
  • ketepatan ucapan. Seorang pembicara harus dapat mengucapkan bunyi-bunyi bahasa secara tepat serta meminimalisir kesalahan dalam pengucapan bunyi-bunyi bahasa. 
  • penempatan tekanan, nada, sendi dan durasi yang sesuai. Kesesuaian tekanan, nada, sendi, dan durasi merupakan daya tarik tersendiri dalam berbicara. 
  • pilihan kata (diksi). Pilihan kata hendaknya tepat, jelas, dan bervariasi.
  • ketepatan sasaran pembicaraan. Hal ini menyangkut pemakaian kalimat pembicara yang menggunakan kalimat efektif akan memudahkan pendengar menangkap pembicaraannya.

b. Faktor Non Kebahasaan.
Faktor non kebahasaan meliputi :
  • sikap yang wajar, tenang, dan tidak kaku. Sikap-sikap tersebut akan menunjukkan otoritas dan integritas diri pembicara. 
  • pandangan harus diarahkan pada lawan bicara. Hal ini dimaksudkan untuk menumbuhkan interaksi antara pembicara dan pendengar. 
  • kesediaan menghargai pendapat orang lain. Seorang pembicara hendaknya memiliki sikap terbuka dalam arti dapat menerima pendapat pihak lain, bersedia menerima kritik, bersedia mengubah pendapatnya kalau ternyata memang keliru. 
  • gerak-gerik dan mimik yang tepat. Gerak-gerik dan mimik yang tepat dapat menunjang keefektifan berbicara. 
  • kenyaringan suara yang pas. Dalam hal ini yang harus diperhatikan adalah tingkat kenyaringan disesuaikan dengan situasi, tempat, jumlah pendengar, dan akustik. 
  • kelancaran. Seorang pembicara yang lancar berbicara akan memudahkan pendengar menangkap isi pembicaraannya. 
  • relevansi/penalaran. Gagasan demi gagasan haruslah berhubungan dengan kenyataan. Proses berpikir untuk sampai pada suatu kesimpulan haruslah jelas. 
  • penguasaan topik. Penguasaan topik merupakan bagian terpenting dalam berbicara. Penguasaan topik yang baik akan menumbuhkan keberanian dan kelancaran dalam berbicara.

2. Faktor yang mempengaruhi kegagalan dalam berbicara :
  • Tidak menguasai topik pembicaraan atau topik terlalu sulit bagi pembicara untuk menyampaikan. Hal ini dapat menyebabkan pembicara menjadi bahan tertawaan pendengar karena terkesan bodoh. 
  • Rendah diri sewaktu berbicara. Hal ini biasanya disebabkan oleh timbulnya rasa takut, ragu-ragu, pesimis, serta malu pada diri pembicara sehingga mengganggu penyampaian topik dan terkadang bisa membuat pembicara lupa akan materi yang hendak disampaikan. 
  • Adanya gangguan dari pihak eksternal seperti lokasi terletak di dekat kegaduhan, rusaknya alat komunikasi dan tempat yang kurang nyaman (misalnya : ruangan tidak ber-AC sehingga membuat pembicara dan pendengar menjadi cepat gerah). 
  • Kondisi tidak sehat sehingga menyebabkan tidak adanya konsentrasi dalam penyampaian materi serta kadang dapat juga mengganggu alat artikulasi (misalnya : suara menjadi serak).


Demikian penjelasan berkaitan dengan pengertian keterampilan berbicara, bentuk, aspek, landasan, jenis, dan cara mengembangkan keterampilan berbicara, serta faktor yang mempengaruhi keberhasilan dan kegagalan dalam berbicara.

Semoga bermanfaat.