Gunung Merbabu, terletak di Kabupaten Boyolali dan Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, salah satu gunung yang sangat dikeramatkan di tanah Jawa. Konon di salah satu bagian dari gunung Merbabu terdapat Pasar Setan, Fenomena ini sudah lama beredar di lingkungan masyarakat yang tinggal di lereng gunung Merbabu.
Keberadaan Pasar Setan di gunung Merbabu, seperti yang diceritakan penulis buku Hikayat Bumi Jawa bersama-sama team Mapala dari salah satu perguruan tinggi swasta di Jakarta Barat, yang melakukan pendakian di gunung Merbabu tersebut. Team berjumlah 9 orang, pada tanggal 30 Maret 2001, saat matahari terbit mereka telah sampai di kaki gunung Merbabu. Sebagai langkah pertama, mereka mulai beradaptasi dengan penduduk sekitar di kaki gunung Merbabu yang sebagian besar masih berbahasa Jawa totok. Tidak banyak informasi yang mereka dengar tentang keberadaan Pasar Setan di puncak Merbabu.
Pagi hari berikutnya, mereka mulai pendakian. Ketika mereka sampai di sebuah area yang menurut warga setempat disebut Ketong Sanga, mereka menemui kejadian aneh. Kenyataan ini membuat mereka sangat penasaran. Ketika berada di area tersebut, mereka bertemu dengan jasad lelaki yang telah meninggal. Posisi mayat tersebut dalam keadaan semedi. Anehnya, tubuh lelaki itu sama sekali tidak menebarkan bau busuk. Hanya pakaiannya yang nampak lusuh dengan tubuh nampak kering kerontang. Barangkali keadaan tubuh lelaki paruh baya itu telah sedingin es. Salah satu dari anggota Mapala mencoba mengambil gambar jasad tersebut dengan jepretan kamera. Hampir saja jantung mereka akan copot. Betapa tidak, karena ketika akan dipotret, sontak jasad tersebut lenyap begitu saja.
Sesudah peristiwa itu, pendakian dilanjutkan. Mereka berpegang pada prinsip awal, bahwa kedatangan mereka ke Merbabu bukan dengan tujuan tidak baik atau ingin berbuat onar. Mereka selalu mengingat pesan yang diwanti-wantikan oleh salah seorang tetua warga yang ditemui di lereng Merbabu, bahwa mereka tidak boleh berkata yang berbau melecehkan keadaan setempat. Selain itu, mereka harus tetap diam bila bertemu apapun.
Beberapa jam kemudian, mereka sampai di tanjakan Setan. Di tempat itu, suasana semakin mencekam. Pada malam hari, sebuah kejadian aneh kembali berlangsung. Persis pada tengah malam, salah seorang dari mereka terjaga dari tidur dan mengaku melihat ada 5 jasad perempuan seperti menempel di atas perbukitan dekat dengan perkemahan yang mereka dirikan.
Pagi harinya, mereka melanjutkan perjalanan menuju pasar Setan. Pada siang hari, pasar Setan itu tidak menampakkan keseramannya, karena wujud pasar Setan hanya berupa bentangan perbukitan dengan pohon-pohon besar dan kecil, serta semak belukar yang merimbun. Namun ketika malam hari, semuanya berubah. Perubahan tersebut terjadi pada suhu udara yang mendadak sangat dingin. Malam itu, mereka mendengar keramaian dan melihat sebuah pasar.
Menurut keterangan warga setempat, keberadaan pasar Setan itu memang ada, dan sudah tidak asing lagi bagi warga sekitar lereng Merbabu. Menyangkut 5 jasad wanita yang menempel di perbukitan dan seseorang yang mati dalam posisi bersemedi itu adalah para korban. Namun kejadian tersebut sengaja dirahasiakan oleh warga setempat. Mereka percaya, apabila mereka membocorkan rahasia itu, mereka akan menerima musibah. Makanya, mereka lebih menyayangi nyawa mereka daripada membocorkan rahasia tersebut.
Konon kebanyakan korban adalah orang yang bermaksud mencari pesugihan atau orang yang tidak ijin ketika akan memasuki pasar Setan. Makanya, warga setempat selalu mengingatkan para pendatang, pendaki, atau pencari pesugihan agar sebelum memasuki lokasi Merbabu harus memberi salam terlebih dahulu. (dari buku Hikayat Bumi Jawa, Agustina Soebachman)
Semoga bermanfaat.
Semoga bermanfaat.