Dalam ilmu komunikasi banyak teori yang dilatar-belakangi oleh konsepsi-konsepsi psikologi tentang manusia. Dari sekian banyak teori tersebut, di antaranya adalah :
1. Teori Persuasi.
Teori ini sudah lama menggunakan konsepsi psikoanalis yang melukiskan manusia sebagai mahkluk yang digerakkan oleh keinginan-keinginan terpendam atau Homo Volens.
2. Teori Jarum Hipodermik.
Teori ini menyatakan bahwa media massa sangat berpengaruh. Teori jarum hipodermik dilandasi oleh konsepsi behaviorisme yang memandang manusia sebagai mahkluk yang digerakkan semaunya oleh lingkungan atau Homo Mechanicus.
3. Teori Pengolahan Informasi.
Teori ini dibentuk oleh konsepsi psikologi kognitif yang melihat manusia sebagai mahkluk yang aktif mengorganisasikan dan mengolah stimuli yang diterimanya atau Homo Sapiens.
4. Teori Komunikasi Interpersonal.
Teori ini banyak dipengaruhi oleh konsepsi psikologi humanistis yang menggambarkan manusia sebagai pelaku aktif dalam merumuskan strategi transaksional dengan lingkungannya atau Homo Ludens.
1. Teori Persuasi.
Teori ini sudah lama menggunakan konsepsi psikoanalis yang melukiskan manusia sebagai mahkluk yang digerakkan oleh keinginan-keinginan terpendam atau Homo Volens.
2. Teori Jarum Hipodermik.
Teori ini menyatakan bahwa media massa sangat berpengaruh. Teori jarum hipodermik dilandasi oleh konsepsi behaviorisme yang memandang manusia sebagai mahkluk yang digerakkan semaunya oleh lingkungan atau Homo Mechanicus.
3. Teori Pengolahan Informasi.
Teori ini dibentuk oleh konsepsi psikologi kognitif yang melihat manusia sebagai mahkluk yang aktif mengorganisasikan dan mengolah stimuli yang diterimanya atau Homo Sapiens.
4. Teori Komunikasi Interpersonal.
Teori ini banyak dipengaruhi oleh konsepsi psikologi humanistis yang menggambarkan manusia sebagai pelaku aktif dalam merumuskan strategi transaksional dengan lingkungannya atau Homo Ludens.
Walaupun psikologi telah banyak melahirkan teori tentang manusia, tetapi terdapat empat pendekatan yang paling dominan yang berpengaruh dalam teori-teori psikologi tentang manusia, yaitu psikoanalisis, behaviorisme, psikologi kognitif, dan psikologi humanistis.
Baca juga : Hubungan Antara Psikologi Dengan Ilmu Yang Lain
Setiap pendekatan tersebut memandang manusia dengan cara yang berlainan, karakteristik manusia tampaknya merupakan sintyesis dari keempat pendekatan tersebut. Sekali waktu ia menjadi mahkluk yang secara membuta mengikuti kemauannya, tapi pada waktu yang lain ia menjadi mahkluk yang berpikir logis. Pada satu saat ia menyerahkan bulat-bulat pada proses pelaziman atau conditioning yang diterimanya dari lingkungan, pada saat lain ia berusaha mewarnai lingkungannya dengan nilai-nilai kemanusiaan yang dimilikinya.
Hubungan manusia di antara keempat teori tersebut (Psikoanalisis, Kognitif, Beheviorisme, dan Humanisme) adalah :
1. Manusia dalam Konsepsi Psikoanalisis.
Psikoanalisis secara tegas memperhatikan struktur jiwa manusia. Pendiri dari psikoanalisis adalah Sigmund Freud, orang pertama yang berusaha merumuskan psikologi manusia. Ia memfokuskan perhatiannya kepada totalitas kepribadian manusia, buka pada bagian-bagiannya yang terpisah.
Menurut Sigmund Freud, perilaku manusia merupakan hasil interaksi tiga sub sistem dalam kepribadian manusia, yaitu :
a. Id.
Id adalah bagian kepribadian yang menyimpan dorongan-dorongan biologis manusia (pusat instink). Ada dua instink dominan dalam manusia, yaitu yang pertama Libido atau instink kehidupan (eros) yang merupakan instink reproduktif yang menyediakan energi dasar untuk kegiatan-kegiatan manusia yang konstruktif. Yang kedua Thanatos atau instink kematian yang merupakan instink destruktif dan agresif. Semua motif manusia adalah gabungan antara eros dan thanatos. Id bergerak berdasarkan prinsip kesenangan dan ingin segera memenuhi kebutuhannya. Id bersifat egoistis, tidak bermoral dan tidak mau tahu dengan kenyataan. Id adalah tabiat hewani manusia.
b. Ego.
Ego adalah mediator antara hasrat-hasrat hewani dengan tuntutan rasional dan realistik. Ego berfungsi menjebatani tuntutan Id dengan realitas di dunia luar. Egolah yang menyebabkan manusia mempu menundukkan hasrat hewaninya dan hidup sebagai wujud yang rasional pada pribadi yang normal. Ego bergerak berdasarkan prinsip realitas (reality principle).
c. Superego.
Superego adalah polisi kepribadian, mewakili yag ideal. Superego adalah hati nurani (conscience) yang merupakan internalisasi dari norma-norma sosial dan kultural masyarakatnya. Superego memaksa ego untuk menekan hasrat-hasrat yang tak berlainan ke alam bawah sadar. Baik Id maupun superego berada dalam bawah sadar manusia. Ego berada di tengah, antara memenuhi desakan Id dan peraturan superego.
a. Id.
Id adalah bagian kepribadian yang menyimpan dorongan-dorongan biologis manusia (pusat instink). Ada dua instink dominan dalam manusia, yaitu yang pertama Libido atau instink kehidupan (eros) yang merupakan instink reproduktif yang menyediakan energi dasar untuk kegiatan-kegiatan manusia yang konstruktif. Yang kedua Thanatos atau instink kematian yang merupakan instink destruktif dan agresif. Semua motif manusia adalah gabungan antara eros dan thanatos. Id bergerak berdasarkan prinsip kesenangan dan ingin segera memenuhi kebutuhannya. Id bersifat egoistis, tidak bermoral dan tidak mau tahu dengan kenyataan. Id adalah tabiat hewani manusia.
b. Ego.
Ego adalah mediator antara hasrat-hasrat hewani dengan tuntutan rasional dan realistik. Ego berfungsi menjebatani tuntutan Id dengan realitas di dunia luar. Egolah yang menyebabkan manusia mempu menundukkan hasrat hewaninya dan hidup sebagai wujud yang rasional pada pribadi yang normal. Ego bergerak berdasarkan prinsip realitas (reality principle).
c. Superego.
Superego adalah polisi kepribadian, mewakili yag ideal. Superego adalah hati nurani (conscience) yang merupakan internalisasi dari norma-norma sosial dan kultural masyarakatnya. Superego memaksa ego untuk menekan hasrat-hasrat yang tak berlainan ke alam bawah sadar. Baik Id maupun superego berada dalam bawah sadar manusia. Ego berada di tengah, antara memenuhi desakan Id dan peraturan superego.
Jadi psikoanalisis perilaku manusia merupakan interaksi antara komponen biologis (Id), komponen psikologis (ego), dan komponen sosial (superego), atau dengan kata lain psikoanalisis perilaku manusia merupakan interaksi dari unsur animal (hewani), rasional (akali), dan moral (nilai).
Baca juga : Ruang Lingkup Dan Obyek Psikologi
2. Manusia dalam Konsepsi Behaviorisme.
Behaviorisme lahir sebagai reaksi terhadap introspeksionisme yang menganalisa jiwa manusia berdasarkan laporan-laporan subyektif, dan juga psikoanalisis yang berbicara tentang alam bawah sadar yang tidak nampak. Behaviorisme menganalisa hanya perilaku yang nampak saja, yang dapat diukur, dilukiskan, dan diramalkan. Teori kaum behavioris lebih dikenal dengan nama teori belajar, karena menurut mereka seluruh perilaku manusia kecuali instink, adalah hasil belajar. Belajar artinya perubahan perilaku organisme sebagai pengaruh lingkungan. Behaviorisme tidak mempersoalkan apakah manusia baik atau jelek, rasional atau emosional. Behaviorisme hanya ingin mengetahui bagaimana perilakunya dikendalikan oleh faktor-faktor lingkunga. Dari sinilah timbul konsep manusia mesin atau Homo Mechanicus. Behaviorisme sangat banyak menentukan perkembangan psikologi. Tokoh dari aliran ini salah satunya adalah Watson.
Menurut Aristoteles, pada waktu lahir jiwa manusia tidak memiliki apa-apa, bagai sebuah meja lilin (tabula rasa) yang siap dilukis oleh pengalaman. Sedangkan Jonh Locke, seorang tokoh empirisisme Inggris meminjam konsep ini. Menurut kaum empiris, pada waktu lahir manusia tidak mempunyai warna mental. Warna ini didapat dari pengalaman. Pengalaman adalah satu-satunya jalan ke pemilikan pengetahuan. Bukanlah idea yang menghasilkan pengetahuan, tetapi keduanya adalah produk pengalaman. Secara psikologis hal ini berarti bahwa seluruh perilaku manusia, kepribadian, dan temperamen ditentukan oleh pengalaman inderawi. Pikiran dan perasaan bukan penyebab perilaku tetapi disebabkan oleh perilaku masa lalu.
Hedonisme, salah satu paham filsafat etika, memandang manusia sebagai mahkluk yang bergerak untuk memenuhi kepentingan dirinya, mencari kesenangan dan menghindari penderitaan. Dalam utilitarianisme, seluruh perilaku manusia tunduk pada prinsip ganjaran dan hukuman. Jika empirisme digabung dengan utilitarianisme dan hedonisme, maka kita akan menemukan apa yang disebut sebagai behaviorisme.
Baca juga : Pengertian Psikologi Kognitif Dan Sejarah Perkembangan Psikologi Kognitif
Baca juga : Pengertian Psikologi Kognitif Dan Sejarah Perkembangan Psikologi Kognitif
3. Manusia dalam Konsepsi Psikologi Kognitif.
Dalam paradigma psikologi sosial, manusia tidak lagi dipandang sebagai mahkluk yang bereaksi secara pasif pada lingkungan, tetapi sebagai mahkluk yang selalu berusaha memahami lingkungannya, mahkluk yang selalu berpikir (Homo Sapiens). Salah satu tokoh aliran ini Frege, menuliskan bahwa pengaruh seseorang pada yang lain kebanyakan ditimbulkan oleh pikiran. Ia mengisyaratkan kelebihan rasionalisme pada empirisisme.
Rasionalisme tampak jelas pada aliran psikologi Gestalt. Menurut para psikolog Gestalt, manusia tidak memberikan respons kepada stimuli secara otomatis. Manusia adalah organisme aktif yang menafsirkan dan bahkan mendistorsi lingkungan. Sebelum memberikan respons, manusia menangkap dulu pola stimuli secara keseluruhan dan kesatuan-kesatuan yang bermakna.
Walaupun psikologi kognitif sering dikritik karena konsep-konsepnya sukar diuji, psikologi kognitif telah measukkan kembali jiwa manusia yang sudah dicabut oleh behaviorisme. Manusia hidup dan mulai berpikir. Tetapi manusia bukan sekedar mahkluk yang berpikir, ia juga berusaha menemukan identitas dirinya dan mencapai apa yang didambakan.
Baca juga : Teori Psikologi Abnormal Serta Pendekatan Dan Metode Penelitian Psikologi Abnormal
Baca juga : Teori Psikologi Abnormal Serta Pendekatan Dan Metode Penelitian Psikologi Abnormal
4. Manusia dalam Konsepsi Psikologi Humanistik.
Psikologi humanistik dianggap sebagai revolusi ketiga dalam psikologi, setelah psikoanalisis dan behaviorisme. Psikologi humanistik mengambil banyak hal dari psikoanalisis Neo Freudian, yang sebenarnya anti Freudian, seperti Adler, Jung, Rank, Slikel, dan Ferenczi. Tetapi psikologi humanistik banyak mengambil dari fenomenologi dan eksistensialisme. Fenomenologi memandang manusia hidup dalam dunia kehidupan yang dipersepsukan dan diinterprestasi secara subyektif. Setiap orang mengalami dunia dengan caranya sendiri. Fenomenologi banyak mempengaruhi tulisan-tulisan Carl Rogers, yang oleh banyak ahli disebut sebagai Bapak Psikologi Humanistik.
Menurut Alfred Schutz, tokoh sosiologi fenomenologis, pengalaman subyektif ini dikomunikasikan oleh faktor sosial dalam proses intersubjektivitas. Perhatian pada makna kehidupan adalah juga hal yang membedakan psikologi humanistik dari mazhab yang lain.
Victor E. Frankl menyimpulkan asumsi-asumsi psikologi humanistik , yaitu :
- Keunikan manusia.
- Pentingnya nilai pada makna.
- Kemampuan manusia untuk mengembangkan dirinya.
Sedangkan Carl Rogers menggaris-besarkan pandangan humanisme sebagai berikut :
- Setiap manusia hidup dalam dunia pengalaman yang bersifat pribadi, di mana dia menjadi pusat. Prilaku manusia berpusat pada konsep diri, yaitu persepsi manusia tentang identitas dirinya yang bersifat fleksibel dan berubah-ubah, yang muncul dari suatu medan fenomena.
- Manusia berperilaku untuk mempertahankan, meningkatkan, dan mengaktualisasikan diri.
- Individu bereaksi pada situasi sesuai dengan persepsi tentang dirinya dan dunianya. Ia bereaksi pada realitas seperti yang dipersepsikan olehnya dan degan cara yang sesuai dengan konsep dirinya.
- Anggapan adanya ancaman terhadap diri akan diikuti oleh pertahanan diri, betrupa penyempitan dan pengkakuan persepsi dan perilaku penyesuaian serta penggunaan mekanisme pertahanan ego seperti rasionalisasi.
- Kecenderungan batiniah manusia adalah menuju kesehatan dan keutuhan diri. Dalam kondisi yang normal ia berperilaku rasional dan konstruktif, serta memilih jalan menuju pengembangan dan aktualisasi diri.
Demikian penjelasan berkaitan dengan karakteristik manusia komunikan : konsep psikologi tentang manusia. Tulisan tersebut bersumber dari buku buku Psikologi Komunikasi, karangan Drs. Jalaludin Rakhmat, M.Sc.
Semoga bermanfaat.