Sastra dapat dipandang sebagai gejala sosial. Sastra yang ditulis dalam kurun waktu tertentu langsung berkaitan dengannorma-norma dan adat istiadat jaman itu. Hubungan antara sastra dan masyarakat diteliti dengan berbagai cara, yaitu :
- Yang diteliti ialah faktor-faktor di luar teks sendiri, gejala konteks sastra. Teks sastra itu sendiri tidak ditinjau. Demikian misalnya kita dapat meniliti kedudukan pengarang di dalam masyarakat. Faktor-faktor konteks ini dipelajari oleh sosiologi sastra empiris yang tidak mempergunakan pendekatan ilmu sastra. Hal-hal yang bersangkutan dengan sastra memang diberi patokan dengan jelas, tetapi diteliti dengan metode-metode dari ilmu sosiologi. entunya ilmu sastra dapat mempergunakan hasil sosiologi sastra, khususnya bila ingin meneliti persepsi para pembaca.
- Yang diteliti adalah hubungan antara aspek-aspek teks satra dan susunan masyarakat. Sejauh mana sistem masyarakat serta perubahannya tercermin dalam sastra. Sastrapun digunakan sebagai sumber untuk menganalisa sistem masyarakat. Sementara ahli sosiologi sastra sering bertolak dari suatu pandangan sosial atau politik tertentu. Mereka mempunyai suatu pendapat yang jelas bagaimana seharusnya masyarakat itu dan bersikap kritis terhadap tata masyarakat yang sedang berlaku. Penelitian yang dilakukan tidak hanya berdasarkan norma-norma estetik, melainkan juga norma-norma politik dan etik. Peneliti tidak hanya menentukan bagaimana pengarang menampilkan jaringan sosial dalam karyanya, melainkan juga menilai pandangan pengarang.
1. Marx, Lenin, dan Realisme Sosialis.
Kritik sastra Marxis berdasarkan filsafat Marx, khususnya teorinya mengenai materialisme historis dan dialektik. Menurut Marx susunan masyarakat dalam bidang ekonomi, yang dinamakan bangunan bawah, menentukan kehidupan sosial, politik, intelektual, dan kultural bangunan atas. Sejarah dipandangnya sebagai suatu perkembangan terus menerus. Daya-daya kekuatan di dalam kenyataan secara progresif merekah dan ini semua menuju masyarakat yang ideal tanpa kelas. Hubungan-hubungan ekonomi menimbulkan berbagai kelas yang saling bermusuhan, hal ini menyebabkan pertentangan kelas yang akhirnya dimenangkan oleh suatu kelas tertentu. Dalam teori ekonominya, Marx terutama menerangkan, bagaimana pertentangan antara kaum borjuis dan proletar secara niscaya menuju revolusi yang menghancurkan sistem kapitalis, kaum proletar yang jaya akan melaksanakan masyarakat tanpa kelas. Perubahan dalam bangunan bawah mengakibatkan perubahan dalam bangunan atas. Bagi Marx, sastra sama dengan gejala-gejala kebudayaan lainnya mencerminkan hubungan ekonomi, sebuah karya sastra hanya dapat dimengerti kalau itu dikaitkan dengan hubungan-hubungan tersebut.
Lenin dapat dipandang sebagai peletak dasar bagi kritik sastra Marxis. Lenin banyak menulis tentang masalah-masalah teoritis yang berkaitan dengan sastra dan mengembangkan suatu visi yang jelas tentang sastra. Hal ini karena Lenin berpendapat bahwa sastra (dan seni pada umumnya) merupakan suatu sarana penting dalam perjuangan proletariat melawan kapitalisme. Sastra tidak hanya mencerminkan kenyataan, sastra dapat dan harus turut membangun masyarakat, hal ini telah diuraikan panjang lebar oleh para kritisi sastra Rusia pada abad ke-19. Lenin menempatkan sastra di bawah perubahan-perubahan yang harus terjadi di dalam masyarakat. Sastra harus berperan sebagai guru, harus menjalankan fungsi didaktik. Sastra hendaknya tidak hanya membuka mata orang bagi kekurangan-kekurangan di dalam tata masyarakat, tetapi juga menunjukkan jalan keluar. Menurut Lenin, sastra harus memenuhi tiga syarat, yaitu :
- Sastra harus mempunyai fungsi sosial.
- Sastra harus mengabdi kepada rakyat banyak.
- Sastra harus merupakan suatu bagian dalam kegiatan partai komunis.
Dengan demikian sastra dijadikan suatu bagian di dalam mekanisme sosial demokratik, yang digerakkan oleh gugus depan segenap kelas kaum pekerja yang sadar akan politik, sebuah unsur organik dan sebuah senjata ampuh di dalam perjuangan sosialistik.
Aliran realisme sosialis, sesuai dengan pandangan Lenin, mengandaikan adanya suatu hubungan dialektik antara sastra dan kenyataan. Dari satu pihak kenyataan tercermin dalam sastra sehingga sastra dianggap menyajikan suatu tafsiran yang tepat mengenai hubungan-hubungan di dalam masyarakat (realisme), di lain pihak sastra juga mempengaruhi kenyataan sehingga mempunyai tugas mendampingi partai komunis dalam perjuangannya membangun suatu masyarakat baru yang lebih baik (sosialistik). Realisme sosial menuntut dari pengarang agar melukiskan kenyataan dalam perkembangan revolusionernya, selaras dengan kebenaran dan fakta sejarah. Sastra dibebani dua tugas yang berbeda-beda, yaitu sastra hendaknya melukiskan kenyataan selaras dengan kebenaran, tetapi sekaligus kenyataan itu ingin diubahnya.
2. Lucacs dan Brecht.
Georg Lukacs merupakan tokoh aliran dogmatik, seorang kritikus sastra Marxis berkebangsaan Hongaria. Ia bercita-cita untuk meneruskan tradisi sastra dari abad ke-19. Ia mendukung pendapat Marx bahwa bangunan bawah, kehidupan ekonomi, menentukan bangunan atas yang bersifat ideologis, tetapi ia melawan kaum Marxis yang mengira bahwa perkembangan ekonomi secara mekanik dan niscaya mengakibatkan bangunan atas. Ia setuju dengan pendapat Lenin bahwa terdapat suatu hubungan timbal balik antara bangunan bawah dan atas, dengan catatan bahwa akhirnya bangunan bawah selalu menentukan.
Sebagai dasar bagi materialisme dialektik, Lukacs mengemukakan teorinya mengenai pencerminan, yaitu bila kita menyadari adanya dunia luar, itu tidak lain dari pencerminan kenyataan di dalam gagasan, gambaran, perasaan, dan seterusnya di dalam manusia. Berdasarkan teori tersebut, Lukacs mengembangkan ide-ide mengenai cara kenyataan itu harus dilukiskan dalam sastra. Pandangan Lukacs terhadap sastra yang menampilkan yang khas dan universal mirip dengan pandangan Aristoteles. Dengan melukiskan yang khusus diperlihatkan yang hakekat sehingga sastra menciptakan tokok-tokoh, situasi-situasi, dan peristiwa yang khas karena menampilkan kenyataan sosial dalam keseluruhannya. Berdasarkan hubungan antara yang khusus dan yang umum, maka Lukacs lebih menyukai pengarang realis dari abad ke-19 dan menolak pengarang maturalis, karena menurut Lukacs kaum naturalis hanya melukiskan kulit kenyataan secara dangkal.
Brecht berpendapat bahwa seorang pengarang tidak dapat bersikap netral, ia harus memperjuangkan kepentingan kaum buruh. Keadaan masyarakat telah berubah secara mendalam dan menuntut bentuk-bentuk kesenian lain, yang serasi dengan perkembangan masyarakat. Selaku seorang seniman yang aktif Brecht tidak begitu dogmatik seperti Lukacs yang berteori saja. Brecht bahkan mempertanyakan pendapat Lukacs bahwa seni harus mencerminkan kenyataan. Menurut Bracht seni harus bertujuan untuk mengubah masyarakat.
Demikian penjelasan berkaitan dengan sastra dan masyarakat. Tulisan tersebut bersumber dari buku Pengantar Ilmu Sastra, karangan Jan van Luxemburg, Mieke Bal, dan Willem G. Weststeijn.
Semoga bermanfaat.
Semoga bermanfaat.