Place Attachment : Pengertian, Aspek, Fungsi, Tingkatan, Dan Faktor Yang Mempengaruhi Place Attachment, Serta Metode Pengukuran Place Attachment

Silahkan Bagikan Tulisan-Artikel ini :
Pengertian Place Attechment. Istilah “place attechment” atau “keterikatan tempat” terdiri dari dua kata, yaitu “place” yang mengacu pada pengaturan lingkungan di mana seseorang secara emosional dan budaya melekat, dan “attachment” yang mengacu pada pengaruh. Place attachment berpotensi menawarkan prediktabilitas dalam rutinitas sehari-hari, tempat untuk bersantai dari kehidupan formal, dan kesempatan untuk mengontrol berbagai bidang kehidupan.

Secara umum, place attachment atau “keterikatan tempat” dapat diartikan sebagai ikatan antara seorang atau kelompok orang dan suatu tempat yang dapat bervariasi dalam hal tingkat keruangan, derajat kekhususan, dan sosial atau fitur fisik tempat, dan dimanifestasikan melalui afektif, kognitif, dan perilaku proses psikologis. Place attachment dapat juga berarti kualitas hubungan antara manusia dengan suatu tempat yang menunjukkan keterikatan emosi antara manusia dengan ruang serta pemenuhan kebutuhan akan tempat dan identitas. Secara garis besar, place attachment mengacu pada terbentuknya ikatan batin seseorang dengan suatu tempat,

Selain itu, pengertian place attachment juga dapat dijumpai dalam beberapa pendapat yang dikemukakan oleh para ahli, diantaranya adalah :
  • Irwin Altman dan S.M. Low, dalam “Place Attachment”, menyebutkan bahwa place attachment adalah ikatan emosional yang mendalam atau hubungan yang dikembangkan pada suatu tempat tertentu dari waktu ke waktu melalui interaksi positif yang diulang. Lebih lanjut, Irwin Altman dan S.M. Low menjelaskan bahwa place attachment merupakan fenomena kompleks yang menggabungkan beberapa aspek seperti ikatan antar tempat dan orang, interaksi antar emosi dan pengaruh, pengetahuan dan keyakinan, serta perilaku dan tindakan terhadap suatu tempat. Ikatan ini terbentuk secara positif, dan tumbuh seiring dengan panjangnya waktu manusia beraktivitas di tempat tersebut.
  • C. Rollero, dan N. De Piccolo, dalam “Place Attachment, Identification, and Environment Perception: An Empirical Study”, yang dimuat dalam Journal of Environmental Psychology, Volume : 30, Tahun 2010, menyebutkan bahwa place attachment adalah konsep multidimensi melibatkan interaksi emosi, pengetahuan, dan perilaku sehubungan dengan tempat tertentu.
  • M.C. Hidalgo dan B. Hernandez, dalam “Place attachment: Conceptual and Empirical Questions”, yang dimuat dalam Journal of Environmental Psychology, Volume : 21(3), Tahun 2001, menyebutkan bahwa place attachment adalah hubungan afektif yang dibangun oleh seorang atau sekelompok orang dengan lingkungan spesifik, mereka akan memiliki kecenderungan untuk menetap di tempat mereka merasa nyaman dan aman.

Baca juga : Perilaku Organisasi

Aspek Place Attachment. Terdapat beberapa aspek yang membangun place attachment. N. Bailey, A. Kearns, dan M. Livingston, dalam “Place Attachment in Deprived Neighbourhoods: The Impacts of Population Turnover and Social Mix”, yang dimuat dalam Housing Studies, Volume : 27(2), Tahun 2012, menjelaskan bahwa place attachment terbentuk oleh dua aspek, yaitu :
  • aspek individual, terkait usia profil penghuni, lama tinggal, rute kegiatan dan pengalaman.
  • aspek lingkungan, terkait jaringan sosial, keamanan, dan stabilitas dari keragaman etnik.

Sedangkan Elisabeth Deane Brocato, dalam “Place Attachment: An Investigation of Environments and Outcomes in A Service Context”, yang dimuat dalam Business Administration, Tahun 2007, menjelaskan bahwa terdapat empat aspek atau dimensi dalam place attachment, yaitu :
  • affective attachment (affective component), merupakan eksplorasi respon emosional terhadap kondisi fisik tempat.
  • place identity (cognitive component), merupakan penggabungan tempat ke dalam konsep yang lebih besar dari diri, yang terbentuk berdasar teori identitas diri yakni cognitive-descriptive, affective-evaluative, object dan requirements. Place identity berisi memori, ide, gagasan, perasaan, sikap, nilai, preferensi, makna dan konsep perilaku serta pengalaman yang berkaitan dengan keragaman serta kompleksitas setting fisik, yang menentukan eksistensi manusia dalam kehidupan sehari-hari. Konsep place identity ini menekankan pada peran tempat dalam organisasi memori dan stimulus bagi ekspresi manusia.
  • place dependence (behavioral component), merupakan penentuan fungsi ruang terpilih yang bersifat relatif, yang meningkat sejalan dengan waktu dan pengalaman dengan tempat. Ketergantungan muncul ketika pengguna tempat merasa bahwa ruang yang tersedia mampu memenuhi kebutuhannya dibandingkan dengan ruang-ruang alternatif lainnya.
  • social bonding, merupakan hal yang berkaitan dengan hubungan antar masyarakat dalam tempat tersebut.


Fungsi Place Attachment. Place attachment memiliki beberapa fungsi, diantaranya adalah :
  • meningkatkan rasa memiliki seseorang terhadap suatu tempat.
  • dapat meningkatkan identitas dan harga diri seseorang melalui kualitas sosial atau fisik yang berbeda.


Tingkatan Place Attachment. Place Attachment mencakup beberapa hal, seperti :
attachment, yang meliputi pengaruh emosi, perasaan, pemikiran, pengetahuan, kepercayaan,  pengamatan, praktek, tindakan, dan tingkah laku.
  • place atau tempat, yang berbeda dalam skala, jenis, dan ukurannya.
  • aktor yang berbeda, seperti individu, kelompok atau budaya.
  • hubungan sosial yang berbeda.
  • aspek-aspek sementara (berulang atau lurus).

R.L. Rubinstein dan P.A. Parmelee, dalam “Place Attachment: Attachment to Place and The Representation of The Life Course by The Eldery”, menjelaskan bahwa place attachment memiliki beberapa tingkatan sebagai berikut :
  • Level 1: manusia hanya tahu tentang suatu tempat dan memikirkannya tanpa mengalami perasaan atau memori pribadi yang kuat.
  • Level 2: “personalized attachment”, bila manusia mempunyai memori tentang suatu tempat yang tidak dipisahkan dari pengalaman pribadinya.
  • Level 3: “extention”, bila suatu tempat memberikan memori emosional secara psikologi melibatkan individu dengan berbagai cara.
  • Level 4: “embodiment”, bila batas antara diri (the self) dengan lingkungan menjadi kabur bahkan bagi beberapa individu identitas pribadi dan identitas tempat menjadi satu.

Baca juga : Etos Kerja

Faktor yang Mempengaruhi Place Attachment. Secara umum, faktor yang dapat mempengaruhi place attachment, diantaranya adalah :
  • faktor ekonomi. Faktor ekonomi banyak mempengaruhi keputusan seseorang untuk tetap memilih tinggal di suatu tempat atau untuk memutuskan pindah dari suatu tempat menuju ke tempat tertentu.
  • faktor sosial. Faktor sosial mempengaruhi rasa keterikatan antara manusia dengan suatu tempat menjadi lebih kuat, serta berpengaruhi pada kecenderungan manusia untuk tinggal pada suatu kondisi tersebut.

Sedangkan K.M. Taylor, dalam “A General Measure of Ecological Behaviour”, yang dimuat dalam Journal of Applied Social Pshycology, Volume : 28, Tahun 1983, menjelaskan bahwa place attachment dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu :
  • kesesuaian antara needs dengan goals.
  • individu dengan setting fisiknya.
  • pilihan untuk tetap tinggal atau pergi.
  • mobilitas rendah.
  • jaringan sosial.
  • jangka waktu bertempat tinggal di suatu tempat.


Metode Mengukur Place Attachment. Terdapat beberapa metode yang dapat digunakan untuk mengukur place attachment. Danial R. Williams dan Jerry J. Vaske, dalam “The Measurments of Place Attachment: Validity and Generalizabilitiy of a Psychometric Approach”, yang dimuat dalam Forest Science, Volume : 49(6), Tahun 2003, menjelaskan bahwa terdapat dua faktor utama dalam mengidentifikasikan adanya place attachment, yaitu : place dependency dan place identity. Lebih lanjut, Danial R. Williams dan Jerry J. Vaske menyebutkan bahwa untuk mengukur place attachment dapat dilakukan dengan menetapkan metode “Place Attachment Index (PAI)”, yang berisikan hal sebagai berikut :
  1. I feel (place name) is a part of me (saya merasa tempat ini adalah bagian dari diri saya).
  2. (Place name) is the very best place for what I like to do (tempat ini adalah tempat terbaik untuk melakukan kegiatan yang saya sukai)
  3. (Place name) is very special to me (tempat ini sangat spesial bagi saya).
  4. No other place can compare to (place name) (tidak ada tempat lain yang dapat menandingi tempat ini).
  5. I identify strongly with (place name) (saya sangat mengenali/familiar dengan tempat ini).
  6. I get more satisfaction out of visiting (place name) than any other (saya meras sangat nyaman berada di tempat ini dibandingkan dengan berada di tempat lain).
  7. I am very attached to (place name) (saya sangat betah dan terikat dengan tempat ini).
  8. Doing what I do at (place name) is more important to me than doing it in any other place (saya lebih memilih melakukan hal yang saya sukai di tempat ini dibandingkan dengan di tempat lain).
  9. Visiting (place name) says a lot about who I am (tempat ini mampu merepresentasikan diri saya).
  10. I wouldn’t substitute any other area for doing the types of things I do at (place name) (saya tidak memilih tempat lain untuk menghabiskan waktu dan melakukan hal yang saya suka selain di tempat ini).
  11. (Place name) means a lot to me (tempat ini sangat berarti bagi saya).
  12. The things I do at (place name) I would enjoy doing just as much at a similar site (saya akan merasa nyaman menghabiskan waktu dan melakukan hal yang saya sukai pada tempat yang serupa dengan tempat ini).

Nomor ganjil menggambarkan place identity, sedangkan nomor genap menunjukan place dependency.


Demikian penjelasan berkaitan dengan pengertian place attachment, aspek, fungsi, tingkatan, dan faktor yang mempengaruhi place attachment, serta metode pengukuran place attachment.

Semoga bermanfaat.