Komitmen Organisasi : Pengertian, Bentuk Dan Langkah Dalam Membangun Komitmen Organisasi, Serta Faktor Yang Mempengaruhi Komitmen Organisasi

Silahkan Bagikan Tulisan-Artikel ini :
Pengertian Komitmen Organisasi. Komitmen organisasi menjadi keterikatan psikologi perkembangan yang dilakukan individu dan kelompok dengan organisasi. Komitmen organisasi memainkan peran penting dalam menentukan apakah seorang karyawan akan tinggal dengan organisasi untuk jangka waktu yang lebih lama dan bekerja dengan penuh semangat untuk mencapai tujuan organisasi.

Secara umum, komitmen organisasi dapat diartikan sebagai suatu sikap atau tingkah laku dari seseorang terhadap organisasi berupa loyalitas guna tercapainya visi, misi dan juga tujuan organisasi. Komitmen organisasi juga dapat berarti sebuah keadaan dimana seseorang karyawan memihak organisasi tertentu serta tujuan tujuan dan kehendaknya bagi mempertahankan keanggotaan dalam organisasi tersebut. Fred Luthans, dalam "Perilaku organisasi", berpendapat bahwa komitmen dalam organisasi meliputi :
  • kemauan yang kuat untuk menjadi anggota organisasi.
  • kemauan usaha yang tinggi untuk organisasi.
  • meyakini dan menerima nilai-nilai dan tujuan organisasi.

Lebih lanjut Fred Luthans menyatakan bahwa komitmen bisa diartikan sebagai loyalitas seseorang terhadap organisasi, di mana setiap anggota memberikan perhatian terhadap kemajuan organisasi secara berkelanjutan.


Selain itu, pengertian komitmen organisasi juga dapat dijumpai dalam beberapa pendapat yang dikemukakan oleh para ahli, beberapa diantaranya adalah :
  • Jerald Greenberg dan Robert A. Baron, dalam "Behaviour in Organizations, Understanding and Managing The Human Side of Work", berpendapat bahwa komitmen organisasi adalah derajat dimana karyawan terlibat dalam organisasinya dan berkeinginan untuk tetap menjadi anggotanya, dimana didalamnya mengandung sikap kesetiaan dan kesediaan karyawan untuk bekerja secara maksimal bagi organisasi tempat karyawan tersebut bekerja.
  • John P. Meyer dan Natalie J. Allen, dalam "The Measurement and Antecedents of Affective, Continuance, and Normative Commitment to Organization", yang dimuat dalam Journal of occupational psychology, Volume : 63, berpendapat bahwa komitmen organisasi adalah merepresentasikan jenis ikatan unik yang menekankan sikap dedikasi dan tanggung jawab karyawan kepada organisasi. Komitmen organisasi dianggap sebagai attitude karena mengacu pada pola pikir karyawan yang relatif stabil terhadap organisasi.

Seorang karyawan dapat disebut memiliki komitmen yang tinggi kepada organisasi, apabila memenuhi ciri-ciri sebagai berikut :
  • kepercayaan dan juga penerimaan yang kuat terhadap tujuan dan nilai-nilai organisasi.
  • memiliki keinginan yang kuat untuk bekerja demi organisasi.
  • kemauan yang kuat untuk tetap menjadi anggota organisasi.


Bentuk Komitmen Organisasi. Terdapat beberapa bentuk komitmen organisasi. John P. Meyer dan Natalie J. Allen, dalam "A Three Component Conceptualization of Organizational Commitment", yang dimuat dalam Human Resource Management Review, Volume : 1, Number : 1, menyebutkan bahwa bentuk komitmen organisasi adalah :

1. Komitmen Afektif (Affective Commitment).
Komitmen afektif mengarah pada the employee’s emotional attachment to, identification with, and involvement in the organization, artinya adalah komitmen afektif berkaitan dengan keterikatan emosional karyawan, identifikasi karyawan pada, dan keterlibatan karyawan pada organisasi. Dengan demikian, karyawan yang memliki komitmen afektif yang kuat akan terus bekerja dalam organisasi karena mereka memang ingin melakukan hal tersebut.

2. Komitmen Kontinuans (Continuance Commitment).
Komitmen kontinuans berkaitan dengan an awareness of the costs associated with leaving the organization, artinya adalah komitmen kontinuans berkaitan dengan persepsi seseorang atas biaya dan resiko dengan meninggalkan organisasi saat ini. Melibatkan pengorbana pribadi apabila meninggalkan organisasi dan ketiadaan alternatif yang tersedia bagi orang tersebut. Hal ini menunjukan adanya pertimbangan untung rugi dalam diri karyawan berkaitan dengan untuk tetap bekerja atau justru meninggalkan organisasi.

3. Komitmen Normatif (Normative Commitment).
Komitmen normatif merefleksikan a feeling of obligation to continue employment. Komitmen normatif merupakan sebuah dimensi moral yang didasarkan pada perasaan wajib dan tanggungjawab pada organisasi yang mempekerjakannya. Dengan kata lain, komitmen normatif berkaitan dengan perasaan wajib untuk tetap bekerja dalam organisasi. Karyawan yang memiliki komitmen normatif tinggi merasa bahwa mereka wajib bertahan dalam organisasi.


Langkah dalam Membangun Komitmen Organisasi. Terdapat beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk membangun komitmen organisasi. Gary Dessler, dalam "Human Resource Management", menyebutkan bahwa beberapa langkah dalam membangun komitmen organisasi adalah sebagai berikut :
  • make it charismatic, yaitu menjadi visi dan misi organisasi sebagai sesuatu yang kharismatik, sesuatu yang dijadikan pijakan, dasar bagi setiap karyawan dalam berperilaku, bersikap dan bertindak.
  • build the tradition, yaitu segala sesuatu yang baik di organisasi jadikanlah sebagai suatu tradisi yang terus-menerus dipelihara, dijaga oleh generasi berikutnya.
  • have comprehensive grievance procedures, yaitu jika ada keluhan atau komplain dari pihak luar ataupun internal organisasi maka organisasi harus memiliki prosedur untuk mengatasi keluhan tersebut secara menyeluruh.
  • provide extensive two way communications, yaitu menjalin komunikasi dua arah di organisasi tanpa memandang rendah bawahan.
  • create a sense of community, yaitu menjadikan semua unsur dalam organisasi sebagai suatu community di mana di dalamnya ada nilai-nilai kebersamaan, rasa memiliki, kerja sama, berbagi, dan lain sebagainya.
  • build value homogenety, yaitu membangun nilai-nilai yang didasarkan adanya kesamaan.
  • share and share alike, yaitu organisasi membuat kebijakan di mana antara karyawan level bawah sampai yang paling atas tidak terlalu berbeda atau mencolok dalam kompensasi yang diterima, gaya hidup, penampilan fisik, dan lain sebagainya.
  • emphasize barnraising, cross utilization, and teamwork, yaitu organisasi sebagai suatu community harus bekerja sama, saling berbagi, saling memberi manfaat dan memberikan kesempatan yang sama pada organisasi.
  • get together, yaitu mengadakan acara-acara yang melibatkan semua anggota organisasi sehingga kebersamaan bisa terjalin.
  • support employee development, yaitu menunjukkan bahwa karyawan akan lebih memiliki komitmen terhadap organisasi bila organisasi memperhatikan perkembangan karir karyawan dalam jangka panjang.
  • commit to actualizing, yaitu memberikan kesempatan yang sama pada setiap karyawan untuk mengaktualisasikan diri secara maksimal di organisasi sesuatu dengan kapasitas masing-masing.
  • provide first year job challenge, yaitu impian, harapan, dan kebutuhan karyawan pada organisasi.
  • enrich and empower, yaitu menciptakan kondisi agar karyawan bekerja tidak secara monoton karena rutinitas akan menimbulkan perasaan bosan bagi karyawan.
  • promote from within, yaitu memberikan kesempatan pertama kepada pihak intern organisasi jika ada lowongan jabatan, sebelum merekrut karyawan dari luar.
  • provide developmental activities, yaitu memperioritaskan perekrutan karyawan dari dalam organisasi, sehingga akan memotivasi karyawan untuk terus tumbuh dan berkembang personalnya, juga jabatannya.
  • the question of employee security, yaitu menciptakan suasana aman bagi karyawan, baik fisik maupun psikis, dengan demikian komitmen akan muncul dengan sendirinya.
  • commit to people first values, yaitu membangun komitmen karyawan pada organisasi merupakan proses yang panjang dan tidak bisa dibentuk secara instan.
  • put in writing, yaitu menuliskan data-data tentang kebijakan, visi, misi, semboyan, folosofi, sejarah, strategi, dan lain sebagainya.
  • hire right-kind managers, yaitu pimpinanmemberikan teladan dalam bentuk sikap dan perilaku sehari-hari, sebelum menawarkan nilai-nilai, kebiasaan, aturan-aturan, disiplin, dan lain sebagainya pada bawahannya.
  • walk the talk, yaitu tindakan jauh lebih efektif dari sekadar kata-kata. Jika pimpinan ingin karyawannya berbuat sesuatu maka sebaiknya pimpinan tersebut mulai berbuat sesuatu, tidak sekedar kata-kata atau berbicara.


Faktor yang mempengaruhi Komitmen Organisasi. Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi komitmen organisasi. John P. Meyer dan Natalie J. Allen menyebutkan bahwa faktor yang dapat mempengaruhi komitmen organisasi adalah :

1. Karakteristik pribadi individu.
Karakteristik pribadi terbagi kedalam dua variabel, yaitu :
  • variabel demografis, mencakup gender, usia, status pernikahan, tingkat pendidikan, dan lamanya seseorang bekerja pada suatu organisasi.
  • variabel disposisional, mencakup kepribadian dan nilai yang dimiliki anggota organisasi. Variabel disposisional ini memiliki hubungan yang lebih kuat dengan komitmen berorganisasi, karena adanya perbedaan pengalaman masin-masing anggota dalam organisasi tersebut.

2. Karakteristik organisasi.
Karakteristik organisasi meliputi :
  • struktur organisasi.
  • desain kebijaksanaan dalam organisasi.
  • bagaimana kebijaksanaan organisasi tersebut disosialisasikan.

3. Pengalaman organisasi.
Pengalaman berorganisasi meliputi :
  • kepuasan dan motivasi anggota organisasi selama berada dalam organisasi.
  • Peran anggota dalam organisasi.
  • hubungan antara anggota organisasi dengan supervisor atau pimpinannya.

Sedangkan Richard M. Steers, dalam "Introduction to Organizational Behavior", menjelaskan bahwa faktor yang memengaruhi komitmen organisasi adalah :

1. Identifikasi dengan organisasi.
Merupakan penerimaan tujuan organisasi, di mana penerimaan tersebut merupakan dasar komitmen organisasi. Identifikasi karyawan dapat dilihat melalui :
  • sikap menyetujui kebijaksanaan organisasi.
  • kesamaan nilai pribadi dan nilai-nilai organisasi.
  • rasa kebanggaan menjadi bagian dari organisasi.

2. Keterlibatan.
Adanya kesediaan untuk berusaha sungguh-sungguh pada organisasi, sesuai dengan peran dan tanggungjawab pekerjaannya. Karyawan yang memiliki komitmen tinggi akan menerima hampir semua tugas dan tanggung jawab pekerjaan yang diberikan kepadanya.

3. Loyalitas.
Adanya keinginan yang kuat untuk menjaga keanggotaan di dalam organisasi. Loyalitas terhadap organisasi merupakan evaluasi terhadap komitmen, serta adanya ikatan emosional dan keterikatan antara organisasi dengan karyawan. Karyawan dengan komitmen tinggi merasakan adanya loyalitas dan rasa memiliki terhadap organisasi.


Komitmen organisasi ditentukan untuk membantu memprediksi kepuasan karyawan, keterlibatan karyawan, distribusi kepemimpinan, kinerja kerja, ketidak-amanan kerja, dan atribut serupa. Tingkat komitmen seorang karyawan terhadap pekerjaannya penting untuk diketahui dari sudut pandang manajemen untuk dapat mengetahui dedikasinya terhadap tugas yang diberikan kepadanya setiap hari.

Demikian penjelasan berkaitan dengan pengertian komitmen organisasi, bentuk dan langkah dalam membangun komitmen organisasi, serta faktor yang mempengaruhi komitmen organisasi.

Semoga bermanfaat.