Komitmen Kerja : Pengertian, Aspek, Indikator, Dan Faktor Yang Mempengaruhi Komitmen Kerja, Serta Hubungan Antara Komitmen Kerja Dengan Motivasi Kerja

Silahkan Bagikan Tulisan-Artikel ini :
Pengertian Komitmen Kerja. Komitmen merupakan suatu sikap setia dan tanggung jawab seseorang terhadap sesuatu, baik itu diri sendiri maupun orang lain, organisasi, ataupun suatu hal tertentu lainnya. Komitmen juga berarti suatu bentuk dedikasi atau kewajiban yang mengikat seseorang kepada orang lain, hal tertentu, atau tindakan tertentu.

Dalam kaitannya dengan pekerjaan, komitmen merupakan dimensi perilaku yang dapat digunakan untuk menilai atau mengukur kecenderungan seorang karyawan. Berdasarkan hal tersebut, secara umum, komitmen kerja dapat diartikan sebagai sikap atau perilaku karyawan yang berkaitan dengan keinginannya yang kuat untuk mempertahankan keanggotaannya dalam suatu organisasi, serta mendukung dan menjalankan tugas dan kewajibannya dengan penuh tanggung jawab untuk mewujudkan tujuan dari organisasi. Komitmen kerja juga dapat berarti suatu hal yang berkaitan dengan pemaknaan karyawan (anggota organisasi) terhadap pekerjaannya dan bagaimana melaksanakan tugas atau pekerjaannya tersebut di dalam suatu organisasi. Para ahli menyebutkan bahwa “komitmen kerja” merupakan istilah lain dari “komitmen organisasional” yang merupakan dimensi perilaku yang dapat digunakan untuk menilai atau mengukur kecenderungan seorang karyawan.

Komitmen karyawan dalam bekerja akan berguna dalam pencapaian hasil kerja dan kualitas kerja karyawan dalam organisasi. Tanpa adanya komitmen kerja, maka setiap karyawan yang ada dalam suatu organisasi akan berjalan atau bekerja dengan sekehendak hatinya sendiri, tanpa mempedulikan organisasi yang menaunginya.


Selain itu, pengertian komitmen kerja juga dapat dijumpai dalam beberapa pendapat yang dikemukakan oleh para ahli, diantaranya adalah :
  • Veithzal Rivai, dalam “Manajemen Sumber Daya Manusia untuk Perusahaan dari Teori ke Praktik”, menyebutkan bahwa komitmen kerja pegawai adalah suatu keadaan dimana seorang pegawai memihak pada suatu organisasi tertentu dan tujuan-tujuannya serta berniat memelihara keanggotaannya dalam organisasi itu. Jadi adanya keterlibatan seorang karyawan pada pekerjaannya secara aktif bukan secara pasif.
  • Muhammad Busro, dalam “Teori-Teori Manajemen Sumber Daya Manusia”, menyebutkan bahwa komitmen kerja adalah penerimaan yang kuat individu terhadap tujuan dan nilai-nilai organisasi, dimana tercakup unsur loyalitas, keterlibatan pekerjaan dan identifikasi terhadap nilai, tujuan organisasi serta akan berusaha dan berkarya serta memiliki hasrat yang untuk tetap bertahan di organisasi tersebut.
  • Erika Setyanti Kusumaputri, dalam “Komitmen pada Perubahan Organisasi: Perubahan Organisasi dalam Perspektif Islam dan Psikologi”, menyebutkan bahwa komitmen kerja adalah keterikatan (attachment) dengan organisasi dikarakteristkan melalui kehendak untuk tetap bertahan, identifikasi dengan nilai-nilai dan tujuan organisasi serta kesediaan untuk berusaha lebih dalam perilakunya.
  • Stephen P. Robbins dan Timothy A. Judge, dalam “Perilaku Organisasi”, menyebutkan bahwa komitmen kerja adalah suatu keadaan seorang karyawan yang memihak organisasi tertentu, serta tujuan-tujuan dan keinginannya untuk mempertahankan keanggotaannya dalam organisasi.
  • R.T. Mowday, R.M. Steers, dan L.W. Porter, dalam “The Measurument of Organizational Commitment”, yang dimuat dalam Journal of Vocational Behavior, Volume : 14, April 1979, menyebutkan bahwa komitmen kerja adalah identifikasi dan keterlibatan seseorang yang relatif kuat terhadap organisasi, yang dapat dilihat dari sikap dan kehendak seseorang untuk bertingkah laku terhadap suatu perkara.


Aspek Komitmen Kerja. Terdapat beberapa aspek yang ada dalam komitmen kerja seorang karyawan. Stephen P. Robbins dan Timothy A. Judge menyebutkan bahwa terdapat tiga aspek yang mencirikan komitmen kerja, yaitu :

1. Komitmen afektif.
Komitmen afektif atau “affective commitment”, merupakan perasaan emosional dan keyakinan-keyakinan dari karyawan terhadap nilai-nilai dan tujuan dari organisasi, rasa ikut sebagai bagian dari organisasi, dan rasa keterlibatan dalam organisasi. Aspek komitmen afektif dapat menimbulkan rasa keintiman sebagai keluarga terhadap sebuah organisasi dan keterlibatan karyawan pada pekerjaan lebih mendalam dan konsisten. Komitmen afektif tercermin dalam perilaku anggota terhadap organisasinya, seperti :
  • kesamaan nilai dan tujuan pribadi dengan nilai dan tujuan organisasi.
  • penerimaan terhadap kebijakan organisasi.
  • karyawan memiliki kebanggaan menjadi bagian dari suatu organisasi.

2. Komitmen berkelanjutan.
Komitmen berkelanjutan atau “continuance commitment” merupakan aspek yang berkaitan dengan nilai ekonomis yang didapat seorang karyawan. Hal tersebut dapat berarti seseorang memilih bertahan pada suatu organisasi karena mendapat keuntungan-keuntungan tertentu, dibandingkan apabila ia pindah kerja ke organisasi lain. Dengan kata lain, komitmen berkelanjutan terbentuk karena imbalan yang diberikan oleh organisasi kepada seorang karyawan dirasa cukup.

3. Komitmen normatif.
Komitmen normatif atau “normative commitment”, merupakan kewajiban untuk bertahan dalam organisasi untuk alasan-alasan moral atau etis. Komitmen normatif terbentuk dari perasaan karyawan yang merasa berkewajiban atau keharusan karyawan untuk tetap bertahan lebih dari orang lain.

Sedangkan R.T. Mowday, R.M. Steers, dan L.W. Porter menyebutkan bahwa terdapat beberapa aspek dalam komitmen kerja seoarang karyawan, yaitu :
  • identifikasi dengan organisasi. Identifikasi nampak melalui sikap menyetujui kebijakan organisasi, kesamaan nilai pribadi dan nilai-nilai organisasi, serta rasa kebanggaan menjadi bagian organisasi.
  • keterlibatan sesuai peran dan tanggung jawab. Hal ini berkaitan dengan komitmen yang dimiliki karyawan dalam menerima tugas dan tanggung jawab pekerjaan yang diberikan kepadanya.
  • kehangatan. Afeksi dan loyalitas terhadap organisasi merupakan evaluasi terhadap komitmen, serta adanya ikatan emosional dan keterkaitan antara organisasi dengan karyawan. Karyawan dengan komitmen yang tinggi merasakan adanya loyalitas dan rasa memiliki terhadap organisasi.

Baca juga : Etos Kerja

Indikator Komitmen Kerja. Terdapat beberapa hal yang dapat digunakan sebagai indikator komitmen kerja karyawan. Secara umum, komitmen kerja karyawan yang tinggi dapat dilihat dari indikator sebagai berikut :
  • keterlibatan kerja.
  • loyalitas karyawan.
  • kebanggaan karyawan pada organisasi tempat mereka bekerja.

Erika Setyanti Kusumaputri menyebutkan terdapat tiga indikator yang dapat digunakan untuk mengukur tinggi rendahnya komitmen kerja seorang karyawan, yaitu :
  • kedisiplian yang baik. Dengan terciptanya perilaku yang disiplin, maka, akan terbentuk pula karyawan yang berkualitas secara mental dan moral dalam melaksanakan tugas serta tanggung jawab.
  • produktivitas yang baik. Karyawan yang bekerja dengan disiplin dan sesuai dengan aturan serta prosedur yang berlaku akan menciptakan aktivitas kerja yang efektif dan efisien dengan produktivitas pekerjaan yang baik.
  • rendahnya ketidak-hadiran. Karyawan yang selalu mengutamakan kehadiran dalam menjalankan tugas dan fungsi dalam sebuah organisasi tentu dapat menciptakan kinerja menjadi lebih optimal.

Sedangkan Muhammad Busro menyebutkan bahwa komitmen kerja seorang karyawan dapat diukur dengan mengunakan beberapa indikator sebagai berikut :
  • afektive commitment, yaitu indikator komitmen kerja yang berkaitan dengan hubungan emosional anggota terhadap organisasinya, dengan sub indikator meliputi : identifikasi organisasi dan keterlibatan anggota dengan kegiatan organisasi.
  • continuance commitment, yaitu indikator komitmen kerja yang berkaitan dengan kesedaran anggota organisasi akan mengalami kerugian jika meninggalkan organaisasi, dengan sub indikator meliputi : loyalitas dalam organisasi dan memiliki kebutuhan untuk menjadi anggota organisasi tersebut.
  • normative commitment, yaitu indikator komitmen kerja yang berkaitan dengan perasaaan keterikatan untuk terus berada dalam organisasi, dengan sub indikator meliputi : bertingkah laku tertentu sehingga memenuhi tujuan dan minat organisasi dengan kayakinan untuk melakukan tindakan yang tepat.


Faktor yang Mempengaruhi Komitmen Kerja. Terdapat banyak faktor yang dapat mempengaruhi komitmen kerja, seperti : motivasi, kompensasi, pelatihan, fungsi pemimpin, iklim kerjasama, semangat kerja, dan konflik yang terjadi di dalam suatu kantor. Erika Setyanti Kusumaputri menyebutkan bahwa terdapat tujuh faktor yang dapat mempengaruhi komitmen kerja seorang karyawan, yaitu :

1. Faktor-faktor yang terkait dengan pekerjaan.
Faktor-faktor yang terkait dengan pekerjaan atau “job related factors”, merupakan hasil keluaran yang terkait faktor-faktor pekerjaan yang cukup penting ditingkat individu karyawan, peran dalam pekerjaan, hal lain yang kurang jelas pun akan mempengaruhi komitmen organisasi, seperti kesempatan promosi dan lain-lain.

2. Kesempatan para karyawan.
Kesempatan para karyawan atau “employee opportunities”, merupakan kesempatan yang diperoleh para karyawan yang mempengaruhi komitmen kerjanya dalam organisasi yang bersangkutan. Misalnya : karyawan yang masih memiliki peluang tinggi bekerja di tempat lain, akan mengurangi komitmen kerja karyawan yang bersangkutan, begitu pun sebaliknya. Akan tetapi hal tersebut bergantung juga pada loyalitas karyawan terhadap organisasi tempatnya bekerja.

3. Karakteristik individu karyawan.
Karakteristik individu yang dapat mempengaruhi komitmen kerja adalah usia, masa kerja, tingkat pendidikan, kepribadian, dan hal-hal lain yang menyangkut individu tersebut (karakter).

4. Lingkungan kerja.
Lingkungan kerja dapat mempengaruhi komitmen kerja. Kondisi lingkungan kerja yang kondusif dan dapat menimbulkan rasa kepemilikan karyawan terhadap organisasi tempat mereka bekerja akan berdampak positif bagi komitmen kerja karyawan.

5. Hubungan positif.
Maksud dari hubungan positif adalah hubungan yang terjalin baik dan saling menghormati antar sesama karyawan, karyawan dengan atasan dan sebaliknya, akan menciptakan komitmen kerja yang tinggi.

6. Struktur organisasi.
Struktur organisasi yang fleksibel lebih mungkin berkontribusi pada peningkatan komitmen kerja karyawan. Manajemen organisasi dapat meningkatkan komitmen kerja karyawan dengan memberikan arahan dan pengaruh yang lebih baik.

7. Gaya manajemen.
Gaya manajemen yang tidak sesuai dengan konteks aspirasi para karyawan akan menurunkan tingkat komitmen kerja karyawan. Sedangkan gaya manajemen yang membangkitkan keterlibatan hasrat para karyawan untuk pemberdayaan dan tuntutan komitmen untuk tujuan-tujuan organisasi akan meningkatkan komitmen kerja karyawan.

R.T. Mowday, R.M. Steers, dan L.W. Porter, menyebutkan bahwa beberapa faktor yang dapat mempengaruhi komitmen kerja seorang karyawan, adalah sebagai berikut :

1. Faktor pribadi.
Faktor pribadi merupakan segala hal yang berasal dari diri seorang karyawan yang dapat mempengaruhi komitmen kerjanya. Hal tersebut berkaitan dengan kecenderungan seorang karyawan untuk mengembangkan keterikatan yang stabil untuk organisasi di mana ia bekerja.

2. Faktor organisasi.
Faktor organisasi merupakan segala hal yang berasal dari organisasi tempat karyawan bekerja yang dapat mempengaruhi komitmen kerja karyawan yang bersangkutan. Hal tersebut berkaitan dengan karakteristik organisasi seperti : kepedulian terhadap kepentingan karyawan, kepemilikan karyawan, dan lain sebagainya.

3.Faktor non organizational.
Faktor non organizational merupakan segala hal di luar faktor pribadi dan faktor organisasi yang dapat mempengaruhi komitmen kerja seorang karyawan di dalam organisasi tempat ia bekerja. Hal tersebut berkaitan dengan ketersediaan alternatif setelah pilihan awal untuk bergabung dengan organisasi, dan lain sebagainya.


Hubungan Antara Komitmen Kerja dengan Motivasi Kerja. Komitmen merupakan suatu hal yang berkaitan dengan pemaknaan seorang karyawan terhadap pekerjaannya dan bagaimana melaksanakan tugas atau pekerjaannya tersebut di dalam suatu organisasi. Sedangkan, motivasi kerja merupakan kemauan kerja yang timbul karena adanya dorongan dari dalam diri karyawan sebagai hasil integrasi keseluruhan dari kebutuhan pribadi, pengaruh lingkungan fisik dan sosial, di mana kekuatannya tergantung daripada proses pengintegrasian tersebut. Pada dasarnya motivasi dapat memacu karyawan untuk bekerja keras sehingga dapat mencapai tujuan mereka, serta meningkatkan produktivitas kerja karyawan sehingga berpengaruh pada pencapaian tujuan organisasi.

Berdasarkan hal tersebut, dapat dilihat bahwa terdapat hubungan yang erat antara komitmen kerja dengan motivasi kerja, yaitu :
  • Motivasi kerja secara positif dapat berpengaruh pada komitmen kerja seorang karyawan. Atau dengan kata lain, motivasi kerja seorang karyawan berbanding lurus dengan komitmen kerjanya. Apabila motivasi karyawan tinggi, maka komitmen kerjanya pun tinggi, dan begitu juga sebaliknya. Sehingga dapat dikatakan bahwa motivasi kerja merupakan salah satu faktor yang menentukan komitmen kerja seorang karyawan.
  • Motivasi kerja merupakan daya gerak yang mencakup dorongan, alasan, dan kemauan yang timbul dalam diri seorang karyawan yang menyebabkan ia berbuat sesuatu. Misalnya : seorang karyawan yang menerima gaji atau imbalan sesuai dengan kualifikasi pendidikan yang dimilikinya, maka komitmen kerjanya akan meningkat.

Untuk mendapatkan hasil kerja yang efektif dan efisien, sehingga tujuan dari organisasi dapat dicapai, maka kedua variabel tersebut (komitmen kerja dan motivasi kerja) harus sama-sama ditingkatkan.


Demikian penjelasan berkaitan dengan pengertian komitmen kerja, aspek, indikator, dan faktor yang mempengaruhi komitmen kerja, serta hubungan antara komitmen kerja dengan motivasi kerja.

Semoga bermanfaat.