Konformitas : Pengertian, Karakteristik, Aspek, Jenis, Dan Faktor Yang Mempengaruhi Konformitas

Silahkan Bagikan Tulisan-Artikel ini :
Pengertian Konformitas. Sebagai makhluk sosial, setiap manusia akan berusaha menyesuaikan diri dengan lingkungan agar dapat bertahan hidup. Cara termudah adalah dengan melakukan tindakan yang sesuai dan diterima oleh orang-orang di sekitarnya. Melakukan tindakan yang sesuai dengan norma dalam psikologi sosial disebut konformitas

Secara umum, konformitas merupakan suatu jenis pengaruh sosial di mana seorang individu mengubah sikap dan tingkah laku mereka agar sesuai dengan norma sosial yang ada. Konformitas juga berarti perubahan perilaku atau kepercayaan menuju norma kelompok sebagai akibat tekanan kelompok yang real atau yang dibayangkan. J.P. Chaplin, dalam “Kamus Psikologi”, menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan konformitas adalah kecenderungan individu untuk memperoleh sikap dan tingkah laku yang sudah berlaku atau dianut oleh lingkungan sekitarnya. Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), konformitas diartikan dengan :
  1. n persesuaian; kecocokan.
  2. Huk kesesuaian sikap dan perilaku dengan nilai dan kaidah yang berlaku.

Selain itu, pengertian konformitas dapat juga dijumpai dalam beberapa pendapat yang dikemukakan oleh para ahli, diantaranya adalah :
  • David G. Myers, dalam “Psikologi Sosial”, menyebutkan bahwa konformitas adalah perubahan perilaku atau kepercayaan seseorang sebagai akibat dari tekanan kelompok.
  • David O. Sears, Jonathan L. Freedman, dan L. Anne Peplau, dalam “Psikologi Sosial”, menyebutkan bahwa konformitas adalah perilaku tertentu yang ditampilkan oleh seseorang karena setiap orang lain menampilkan perilaku tersebut.
  • Sarlito Wirawan Sarwono, dalam “Psikologi Sosial, Psikologi Kelompok, dan Psikologi Terapan”, menyebutkan bahwa konfomitas adalah perilaku dari seorang individu yang sama dengan orang lain yang didorong oleh keinginannya sendiri.


Karakteristik Konformitas. Konformitas memiliki karakteristik tertentu yang merupakan juga ciri-ciri dari konformitas. Sarlito Wirawan Sarwono menjelaskan bahwa karakteristik dari konformitas adalah :
  • kelompok yang kecil lebih memunginkan melakukan konformitas daripada kelompok yang besar.
  • suara bulat lebih mudah mempertahankan pendapat jika banyak kawannya.
  • semakin besar keterpaduan maka akan tinggi keinginan individu untuk melakukan konformitas terhadap kelompok.
  • tanggapan umum perilaku yang terbuka sangat dapat di dengar atau dilihat secara umum lebih mendorong konformitas dari pada perilaku yang dapat didengar atau dilihat oleh orang-orang tertentu.
  • lebih mudah terjadi pada orang yang tidak mempunyai komitmen apa-apa.
  • apabila status individu dalam kelompok tidak ada maka individu akan melakukan konformitas agar dirinya dapat memperoleh status sesuai harapannya.

Baca juga : Identitas Budaya

Aspek Konformitas. Konformitas terbangun dari beberapa aspek. Aspek konformitas diantaranya adalah :
  • selaras atau “congruence”, merupakan persetujuan atau kesamaan antara respon oleh individu dengan respon yang secara sosial dianggap benar.
  • gerak atau “movement”, merupakan perubahan respon dalam kaitannya dengan standar sosial konformitas ini tidak hanya mengandung unsur keselarasan, tetapi juga mengandung unsur gerak, yaitu perubahan respon. Apabila tidak ada perubahan respon, maka keselarasan tidak dapat dikatakan sebagai konformitas.

Sedangkan David O. Sears, Jonathan L. Freedman, dan L. Anne Peplau menjelaskan bahwa aspek dari konformitas adalah :

1. Kekompakan kelompok.
Yang dimaksud dengan kekompakan kelompok adalah jumlah total kekuatan yang menyebabkan orang tertarik pada suatu kelompok dan yang membuat mereka ingin tetap menjadi anggotanya. Kekompakan yang tinggi menimbulkan konformitas yang semakin tinggi. Kekompakan dipengaruhi oleh beberapa hal sebagai berikut :
  • penyesuaian diri.
  • perhatian terhadap kelompok.

2. Kesepakatan kelompok.
Kesepakatan yang terjadi dalam suatu kelompok akan membuat setiap individu dalam kelompok tersebut untuk dapat menyesuaikan diri dan pendapat terhadap kesepakat tersebut. Hal yang mempengaruhi kesepakatan kelompok diantaranya adalah :
  • adanya kepercayaan terhadap para anggota kelompok.
  • adanya persamaan pendapat.
  • tidak terjadi atau sedikit terjadi penyimpangan terhadap pendapat kelompok.

3. Ketaatan kelompok.
Ketaatan merupakan kekuatan total yang membuat seseorang mengalami kesulitan untuk melepaskan suatu pendapat. Orang yang secara terbuka dan sungguh-sungguh terikat suatu penilaian bebas akan lebih enggan menyesuaikan diri terhadap perilaku kelompok yang berlawanan. Hal yang mempengaruhi ketaatan diantaranya adalah :
  • tekanan karena adanya ganjaran, ancaman, atau hukuman.
  • adanya harapan orang lain.

Baca juga : Perilaku Konsumtif

Jenis Konformitas. Konformitas dapat dibedakan menjadi beberapa jenis. David G. Myers menjelaskan bahwa konformitas dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu :

1. Compliance.
Compliance atau pemenuhan (public conformity) merupakan perilaku konformitas di mana seorang individu berperilaku sesuai dengan tekanan kelompok, walaupun secara pribadi ia tidak setuju dengan perilaku tersebut. Konformitas ini dilakukan agar individu diterima dalam kelompok untuk menghindari penolakan. Compliance adalah jenis konformitas yang bersifat taat, di mana individu mengikuti perilaku kelompok meski ia tidak menyetujuinya. Faktor yang mempengaruhi compliance adalah :
  • rasa takut terhadap penyimpangan.
  • kekompakan kelompok.
  • kesepakatan kelompok.

2. Acceptance.
Acceptance atau penerimaan (private conformity) merupakan bentuk konformitas di mana perilaku dan keyakinan individu sesuai dengan tekanan kelompok. Pada jenis, konformitas terjadi karena kelompok menyediakan informasi penting yang tidak dimiliki oleh individu. Acceptance adalah jenis konformitas yang bersifat kompak, di mana individu mengikuti perilaku kelompok karena percaya dan setuju pada putusan kelompok. Faktor yang mempengaruhi acceptance adalah :
  • kepercayaan terhadap kelompok.
  • kepercayaan terhadap diri sendiri.

Sedangkan Erman Amti Prayitno, dalam “Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling”, menyebutkan bahwa konformitas dapat dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu :
  • konformitas membabi buta, merupakan jenis konformitas yang bersifat tradisional dan primitive yang diwarnai oleh sikap masa bodoh, dalam arti mengikuti apa yang menjadi kemauan orang lain tanpa pemahaman atau penghayatan, tanpa pertimbangan, pemikiran atau perasaan apalagi keyakinan atau kebenaran tentang kebenaran ataupun kesahihan dari sesuatu yang diikutinya itu.
  • konformitas identifikasi, merupakan jenis konformitas yang didasarkan karena adanya karisma yang terpancar dari seorang pemimpin atau tokoh idola, tokoh panutan, dan lain sebagainya yang harus dipercayai, ditiru, dan di iya-kan segala sesuatunya.
  • konformitas internalisasi, merupakan jenis konformitas yang didasarkan oleh pertimbangan rasional yaitu pikiran, perasaan, pengalaman, hati nurani, dan semangat untuk menentukan pilihan-pilihan dalam bersikap dan bertingkah laku, juga dalam berpikir dan berpendapat. Keputusan sepenuhnya terletak di tangan orang yang hendak mendudukkan diri pada posisi tertentu.


Faktor yang Mempengaruhi Konformitas. Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi konformitas. David G. Myers menjelaskan bahwa beberapa faktor yang dapat mempengaruhi konformitas, yaitu :
  • budaya. Seorang individu yang tinggal di sebuah negara dengan budaya kolektivitas, memiliki tingkat individualitas yang rendah dan cenderung hidup berkelompok dan berorientasi pada nilai kelompok, menyesuaikan sikap dan perilaku agar sesuai dengan norma dan nilai yang dianut kelompok tersebut.
  • pengaruh dari orang-orang yang disukai. Orang-orang yang disukai akan memberikan pengaruh lebih besar. Perkataan dan perilaku mereka cenderung akan diikuti oleh orang lain yang menyukai dan dekat dengan mereka.
  • kekompakan kelompok. Kekompakan kelompok sering disebut sebagai kohesivitas. Semakin kohesif suatu kelompok, maka akan semakin kuat pengaruhnya dalam membentuk pola pikir dan perilaku anggota kelompoknya.
  • ukuran kelompok atau tekanan sosial. Konformitas akan meningkat sejalan dengan bertambahnya jumlah anggota kelompok. Semakin besar kelompok tersebut, maka semakin besar pula kecenderungan kita untuk ikut serta, walaupun mungkin kita akan menerapkan sesuatu yang berbeda dari yang kita inginkan.
  • norma sosial deskriptif dan norma sosial injungtif. Norma deskriptif adalah norma yang hanya mendeskripsikan apa yang sebagian besar orang lakukan pada situasi tertentu. Norma ini akan mempengaruhi tingkah laku kita dengan cara memberitahu kita mengenai apa yang umumnya dianggap efektif atau bersifat adaptif dari situasi tertentu tersebut. Sedangkan, norma injungtif akan mempengaruhi kita dalam menetapkan apa yang harusnya dilakukan dan tingkah laku apa yang diterima dan tidak diterima pada situasi tertentu.

Sedangkan Sarlito Wirawan Sarwono menjelaskan bahwa beberapa faktor yang dapat mempengaruhi konformitas, yaitu :
  • keinginan untuk disukai. Pada dasarnya setiap orang senang akan pujian, oleh karenanya mereka akan berusaha untuk menyesuaikan diri dengan keadaan.
  • rasa takut akan penolakan. Konformitas sering dilakukan agar individu mendapatkan penerimaan dari kelompok atau lingkungan tertentu.
  • keinginan untuk merasa benar. Banyak keadaan yang menyebabkan individu berada dalam posisi yang dilematis karena tidak mampu mengambil keputusan. Jika ada orang lain dalam kelompok ternyata mampu mengambil keputusan yang dirasa benar, maka dirinya akan ikut serta agar dianggap benar.
  • konsekuensi kognitif. Kebanyakan individu yang berpikir melakukan konformitas adalah konsekuensi kognitif akan keanggotaan mereka terhadap kelompok dan lingkungan di mana mereka berada.


Demikian penjelasan berkaitan dengan pengertian konformitas, karakteristik, aspek, dan jenis konformitas, serta faktor yang mempengaruhi konformitas.

Semoga bermanfaat.