Wacana : Pengertian, Syarat, Unsur Pendukung, Jenis, Dan Ciri-Ciri Wacana

Silahkan Bagikan Tulisan-Artikel ini :
Pengertian Wacana. Wacana sangat erat kaitannya dengan bisang bahasa dan sastra, selain juga berkaitan dan sering digunakan dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan, seperti : politik, antropologi, sosiologi, dan filsafat. Dalam satuan kebahasaan, wacana menjadi unsur tertinggi. Wacana juga menjadi bagian dari salah satu kajian linguistik, yang dikenal dengan istilah analisis wacana. Wacana bisa ditemui dalam novel, buku, ensiklopedia, karangan utuh, dan lainnya.

Wacana
bersinonim dengan teks. Kesamaan di antara keduanya adalah menggunakan acuan berupa bahasa yang lebih luas dibandingkan klausa atau kalimat. Sedangkan perbedaan di antara wacana dan teks adalah terletak pada segi penggunaannya, di mana wacana lebih berbentuk lisan sehingga interaktif, sementara teks berbentuk tulisan dan tidak interaktif.

Secara etimologi, istilah “wacana” berasal dari bahasa Sansekerta, yaitu “wac, wak, vak”, yang berarti berkata atau berucap. Dalam bahasa Inggris, wacana disebut dengan “discourse” yang merupakan rekaman peristiwa yang utuh tentang komunikasi. Pada umumnya, wacana merupakan unit kebahasaan yang labih besar dari pada kalimat dan klausa dan mempunyai hubungan antara unit kebahasaan yang satu dengan yang lain.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), wacana diartikan dengan beberapa pengertian, yaitu :
  1. n komunikasi verbal; percakapan.
  2. Ling keseluruhan tutur yang merupakan suatu kesatuan.
  3. Ling satuan bahasa terlengkap yang direalisasikan dalam bentuk karangan atau laporan utuh, seperti novel, buku, artikel, pidato, atau khutbah.
  4. Ling kemampuan atau prosedur berpikir secara sistematis; kemampuan atau proses memberikan pertimbangan berdasarkan akal sehat.
  5. pertukaran ide secara verbal.

Secara terminologis, wacana dapat diartikan sebagai suatu peristiwa yang terstruktur yang dimanifestasikan dalam perilaku linguistik (atau lainnya). Wacana juga berarti seperangkat proposisi yang saling berhubungan untuk menghasilkan keadaan suatu kepaduan atau rasa kohesi bagi pendengar atau pembaca. Kohesi atau kepaduan tersebut harus muncul dari isi wacana, tetapi banyak sekali rasa kepaduan yang dirasakan oleh pendengar atau pembaca harus muncul dari cara pengutaraan wacana tersebut.


Selain itu, pengertian wacana juga dapat dijumpai dalam beberapa pendapat yang dikemukakan oleh para ahli, diantaranya adalah :
  • Abdul Chaer, dalam “Linguistik Umum”, menyebutkan bahwa wacana adalah unsur kebahasaan yang lengkap, lengkap dari segi kebahasaan maupun segi maknanya. Wacana adalah satuan bahasa yang lengkap, sehingga dalam hierarki gramatikal merupakan satuan gramatikal tertinggi atau terbesar.
  • Syamsuddin A.R, dalam “Studi Wacana: Teori, Analisis, Pengajaran”, menyebutkan bahwa wacana adalah rangkaian ujar atau rangkaian tindak tutur yang mengungkapkan suatu hal (subjek) yang disajikan secara teratur, sistematis, dalam suatu kesatuan yang koheren, dibentuk oleh unsure segmental maupun nonsegmental.
  • Eti Setiawati dan Roosi Rusmawati, dalam “Analisis Wacana: Konsep, Teori, dan Aplikasi”, menyebutkan bahwa wacana adalah satuan bahasa yang paling lengkap dalam hierarki gramatikal tertinggi atau terbesar.
  • H.M. Junaiyah dan E. Zaenal Arifin, dalam “Keutuhan Wacana” menyebutkan bahwa wacana adalah unsur bahasa terlengkap dan menjadi satuan tertinggi dalam sebuah hierarki gramatikal, direalisasikan dalam karangan utuh dengan kelengkapan amanat, karena ada hubungan isi (koherensi) dan hubungan bahasa (kohesi) yang erat dan serasi.


Syarat Wacana. Wacana terbentuk apabila memenuhi syarat sebagai berikut :

1. Kepaduan wacana.
Kepaduan wacana dapat tercapai jika merangkai kalimat dan paragraf secara terpadu serta logis. Hal ini juga dapat tercapai dengan menggunakan kata hubung yang sesuai.

2. Kesatuan wacana.
Kesatuan wacana dapat tercapai jika paragraf yang tersusun saling memiliki keterkaitan atau keterhubungan satu sama lain.

3. Kelengkapan wacana.
Kelengkapan wacana dapat tercapai jika seluruh paragrafnya menjadi inti dari suatu pembahasan yang ditulis dan merujuk pada pokok pikiran wacana tersebut.


Unsur Pendukung Wacana. Beberapa unsur pendukung dari wacana adalah sebagai berikut :

1. Kata.
Dalam tataran morfologi, kata merupakan satuan terbesar (satuan terkecilnya morfem). Sedangkan dalam tataran sintaksis, kata adalah satuan terkecil, yang secara hierarki menjadi komponen pembentuk satuan sintaksis yang lebih besar yaitu frase. Kata sebagai satuan terkecil dalam sintaksis yaitu dalam hubunganya dengan unsur-unsur pembentuk satuan sintaksis yang lebih besar (frase, klausa, dan kalimat).

2. Frase.
Frase adalah gabungan dua kata atau lebih yang sifatnya tidak prekatif, di mana gabungan kata tersebut dapat rapat, dapat juga renggang. Secara umum, frase merupakan satuan gramatikal yang berupa gabungan kata yang bersifat non produkatif, atau disebut juga dengan gabungan kata yang mengisi salah satu fungsi sintaksis di dalam kalimat.

3. Klausa.
Klausa adalah satuan gramatikal yang berupa sekelompok kata yang sekurang-kurangnya terdiri dari subjek dan predikat, dan mempunyai potensi untuk menjadi kalimat.

4. Kalimat.
Kalimat adalah satuan bahasa terkecil dalam wujud lisan, atau tulisan yang mengungkup pikiran yang utuh. Dalam wujud lisan, kalimat diucapkan dengan suara naik turun, keras lebur, disela jeda, dan diakhiri yang dikuti oleh kesenyapan yang mencengah terjadi perpaduan atupun asimilisasi bunyi ataupun proses mofologi lainya.


Jenis Wacana. Wacana dapat diklasifikasikan menjadi beberapa jenis, sebagai berikut :
  • ekspresif, yaitu wacana yang bersumber pada gagasan penutur atau penulis sebagai sarana ekspresi, misalnya, wacana pidato.
  • fatis, yaitu wacana yang bersumber pada saluran untuk memperlancar komunikasi, misalnya : wacana perkenalan dalam suatu acara.
  • informasional, yaitu wacana yang bersumber pada pesan atau informasi, misalnya : wacana berita dalam media massa.
  • estetik, yaitu wacana yang bersumber pada pesan dengan tekanan keindahan pesan, misalnya : wacana puisi dan lagu.
  • direktif, yaitu wacana yang diarahkan pada tindakan atau reaksi dari mitra tutur atau pembaca, misalnya : wacana khotbah.

Selain jenis tersebut, wacana juga dapat diklasifikan dalam beberapa hal yang didasarkan pada :

1 Pemaparan atau bentuk.
Berdasarkan pemaparan atau bentuknya, wacana dapat dibedakan menjadi lima jenis, yaitu :
  • naratif, merupakan jenis wacana yang isinya mengandung rangkaian peristiwa, yang bertujuan untuk memperluas pengetahuan pembaca atau pendengar.
  • procedural, merupakan jenis wacana yang berisi paparan mengenai suatu proses yang berurutan atau kronologis, yang bertujuanuntuk menjawab pertanyaan bagaimana cara atau menghasilkan sesuatu.
  • deskriptif, merupakan jenis wacana yang berisi pemaparan tentang kejadian sebenarnya, yang bertujuan untuk menyampaikan kesan utama tentang suatu hal.
  • eksposisi, merupakan jenis wacana yang isinya memuat keterangan atau penjelasan tentang suatu pokok pikiran, yang bertujuan untuk menyampaikan fakta secara berurutan dan logis.
  • persuasi, merupakan jenis wacana yang berisi paparan tentang penjelasan suatu hal, yang bertujuan untuk meyakinkan pembaca atau pendengar agar menuruti apa yang disampaikan penulis.

2. Bentuk bahasan.
Berdasarkan bentuk bahasannya, wacana dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu :

2.1. Wacana lisan.
Wacana lisan merupakan jenis wacana yang penyampaiannya dilakukan melalui media lisan atau langsung.
  • wacana lisan memerlukan daya simak yang tinggi agar interaksi dalam penyampaiannya tidak terputus.
  • wacana lisan sulit untuk diulang, maksudnya susah untuk diulang sesuai dengan ujaran pertama.
  • dalam penyampaiannya, wacana lisan jauh lebih pendek dibanding wacana tulis.
  • penyampai wacana lisan harus memakai gerakan tubuh yang sesuai untuk memperjelas konteks apa yang sedang disampaikan.

2.2. Wacana tulis.
Wacana tulis merupakan jenis wacana yang penyampaiannya dilakukan melalui media tulis atau teks.
  • wacana tulis dianggap lebih efektif dan lebih mudah dibanding wacana lisan, terlebih lagi dalam menyampaikan ilmu pengetahuan serta gagasan.
  • dalam penyampaiannya, wacana tulis jauh lebih panjang dan menggunakan bahasa baku.
  • wacana tulis memiliki unsur kebahasaan yang lengkap, maksudnya tidak menghilangkan satu atau dua bagiannya.
  • wacana tulis memungkinkan orang lain untuk melihat kembali isi wacana, tanpa adanya perbedaan unit kebahasaan.

3. Jumlah penutur atau pelaku.
Berdasarkan jumlah penutur atau pelaku, wacana dapat dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu :
  • monolog, merupakan jenis wacana yang disampaikan oleh satu orang, tanpa melibatkan orang lain. Wacana monolog bisa ditemui dalam khotbah, orasi, dan lainnya. Wacana monolog terjadi ketika pendengar tidak menanggapi secara langsung apa yang disampaikan oleh penyampai wacana.
  • dialog, merupakan jenis wacana yang dipakai dalam bentuk interaksi. Wacana ini terjadi ketika ada dua orang atau lebih saling berinteraksi dan terjadi pergantian peran antar keduanya. Misal pembicara jadi pendengar. Jenis wacana ini mudah ditemui dalam percakapan sehari-hari.
  • polilog, merupakan jenis wacana yang melibatkan lebih dari dua orang dan semuanya berperan aktif dalam sebuah interaksi. Biasanya jenis wacana ini menggunakan topik yang luas sebagai bahan pembicaraannya. Wacana polilog bisa ditemui dalam debat atau diskusi.


Ciri-Ciri Wacana. Berdasarkan hal tersebut di atas, dapat dikatakan bahwa wacana memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
  • satuan gramatikal. Wacana merupakan tata bahasa yang telah ditentukan.
  • satuan terbesar, tertinggi atau terlengkap. Wacana merupakan satuan terbesar, tertinggi atau terlengkap dalam sebuah kajian linguistik atau kebahasaan.
  • punya hubungan proposisi. Proposisi merupakan ungkapan yang dapat dipercaya atau dibuktikan kebenarannya, sehingga wacana harus dapat dibuktikan kebenarannya atau dapat dipercaya.
  • bisa dalam bentuk lisan ataupun tulisan. Wacana dapat disampaikan dalam bentuk tulisan (teks) ataupun lisan (ujaran).
  • membahas topik atau hal tertentu. Wacana berisikan pembahasan tentang topik atau hal tertentu yang ingin disampaikan.
  • memiliki hubungan kontinuitas. Wacana disusun secara berkelanjutan atau berkesinambungan.
  • memiliki hubungan kohensi dan koherensi. Wacana memiliki keterikatan antar unsur dalam suatu teks, serta memiliki hubungan logis antar kalimat dalam suatu paragraf.


Demikian penjelasan berkaitan dengan pengertian wacana, syarat, unsur pendukung, dan jenis wacana, serta ciri-ciri wacana.

Semoga bermanfaat.