Proses Komunikasi Ilmiah Serta Faktor Yang Mempengaruhi Komunikasi Ilmiah

Silahkan Bagikan Tulisan-Artikel ini :
Komunikasi ilmiah atau “scholarly communication” atau “scientific communication” merupakan komunikasi yang dilakukan antara ilmuwan, yaitu pengalihan, penerusan maupun penyampaian bidang informasi dalam bidang ilmu satu kepada ilmuwan yang lain. Komunikasi ilmiah juga berarti suatu sistem yang di dalamnya terdapat proses menciptakan hasil penelitian dan karya ilmiah lainnya, proses evaluasi, proses penyebarannya ke masyarakat ilmiah, dan proses preservasi untuk penggunaan di masa depan.

Proses Komunikasi Ilmiah
. Proses komunikasi ilmiah terjadi melalui beberapa tahap. Ida Fajar Priyanto menjelaskan bahwa sebagaimana dikutip dalam “Educational technologies to facilitate scientific analysis, and the publication, preservation, and sharing of research findings”, Microsoft (2014), proses komunikasi ilmiah (terutama berkaitan dengan publikasi) terjadi dengan melalui empat tahapan, sebagai berikut :

1. Conduct research: Collect, research, and analyze data.
Merupakan tahapan pertama dalam siklus publikasi komunikasi ilmiah, yaitu mengadakan penelitian yang meliputi pengumpulan, pencarian dan analisis data.

2. Author scientific papers.
Dari tahapan pertama tersebut dihasilkan artikel ilmiah sebagai intisari dan implementasi hasil penelitian.

3. Publish and disseminate research.
Pada tahapan ini, dilakukan publikasi dan diseminasi terhadap artikel ilmiah dan paper untuk masyarakat, khususnya stakeholder yang terkait agar dapat diterapkan dalam program aksinya.

4. Archieve, store and preservation.
Tahap terakhir dari siklus komunikasi ilmiah adalah mengkolaborasi hasil riset dan diseminasi dengan perpustakaan dalam pengarsipan, penyimpanan dan pengawetannya. Laporan penelitian, artikel, prosisiding, dan karya ilmiah lainnya dapat digunakan kembali untuk referensi dalam penelitian lanjutan maupun topik terkait lainnya yang terkait.


Faktor yang Mempengaruhi Komunikasi Ilmiah. Faktor yang dapat mempengaruhi komunikasi ilmiah dapat dibedakan menjadi dua hal, yaitu faktor pendung dan faktor penghambat terjadinya komunikasi ilmiah.

1. Faktor pendukung komunikasi ilmiah.
Faktor pendukung komunikasi ilmiah merupakan segala hal yang ada yang dapat memperlancar jalannya proses komunikasi ilmiah. Hafied Cangara, dalam “Pengantar Ilmu Komunikasi”, menjelaskan bahwa terdapat tiga prinsip dasar dalam komunikasi yang mendukung terjadinya komunikasi ilmiah, yaitu :
  • komunikasi dapat terjadi apabila terdapat pertukaran pengalaman yang sama antar pihak yang terlibat dalam proses komunikasi (sharing similar experiences).
  • apabila daerah tumpang tindih (the field of experiences) menyebar menutupi lingkaran A dan B, menuju terbentuknya satu lingkaran yang sama, maka makin besar kemungkinan terciptanya proses komunikasi yang mengena (efektif).
  • apabila daerah tumpang tindih makin mengecil dan menjauhi sentuhan kedua lingkaran, maka komunikasi yang terjadi sangat terbatas. Besar kemungkinan gagal dalam menciptakan suatu proses komunikasi yang efektif.

Peneliti adalah sebuah profesi yang bergerak dalam berbagai bidang ilmu. Ketika komunikasi ilmiah dilakukan bidang ilmu yang sama akan membuat kemungkinan mereka berkomunikasi semakin besar. Apalagi dalam satu sub bidang yang sama. Sub bidang akan mempersempit topik penelitian yang akan mereka lakukan. Maka daerah tumpang tindih akan semakin besar dan diantara peneliti komunikasi ilmiah akan semakin sering dilakukan. Tiga prinsip dasar tersebut menjadi pendukung dalam kegiatan komunikasi.

2. Faktor penghambat komunikasi ilmiah.
Faktor penghambat komunikasi ilmiah merupakan segala hal yang ada yang dapat mengakibatkan tidak lancar dan terganggunya jalannya proses komunikasi ilmiah. Beberapa faktor yang dapat menghambat proses komunikasi ilmiah adalah :

2.1. Gangguan teknis.
Gangguan teknis terjadi ketika salah satu alat yang dilakukan untuk berkomunikasi mengalami gangguan sehingga pesan menjadi tidak sampai, misalnya : gangguan telepon, gangguan koneksi internet, dan lain sebagainya.

2.2. Gangguan semantik dan psikologis.
Gangguan semantik meliputi : penggunaan kosa kata yang sulit, bahasa yang berbeda, struktur bahasa tidak sesuai dengan struktur bahasa yang digunakan sehingga membingungkan, latar belakang budaya orang yang berkomunikasi berbeda, dan lain sebagainya. Sedangkan gangguan psikologis meliputi : rasa curiga kepada sumber, situasi berduka, dan lain sebagainya.

2.3. Rintangan fisik.
Rintangan fisik merupakan hambatan yang disebabkan karena kondisi geografis, seperti : jarak yang jauh, tidak ada sarana telepon, jalur transportasi yang buruk, termasuk juga rintangan organik yaitu tidak berfungsinya salah satu organ manusia.

2.4. Rintangan status.
Rintangan status merupakan hambatan yang disebabkan oleh jarak sosial, seperti : perbedaan status antara senior dan yunior, atau atasan dan bawahan. Biasanya kondisi ini selalu memperhitungkan etika, seperti bawahan menghormati atasan sehingga timbulnya rasa sungkan.

2.5. Rintangan kerangka berpikir.
Rintangan kerangka berpikir merupakan hambatan yang disebabkan oleh perbedaan persepsi komunikan dan komunikator terhadap pesan yang sedang digunakan dalam berkomunikasi.

2.6. Rintangan budaya.
Rintangan budaya merupakan hambatan yang disebabkan oleh adanya perbedaan norma, kebiasaan, dan nilai-nilai yang dianut oleh pihak yang terlibat dalam proses komunikasi.


Demikian penjelasan berkaitan dengan proses komunikasi ilmiah serta faktor yang mempengaruhi komunikasi ilmiah.

Semoga bermanfaat.