Istilah demagogi berasal dari bahasa Yunani, yaitu "demos" yang berarti 'rakyat' dan "agogos" yang berarti 'pemimpin/penghasut'. Seorang demagogi disebut demagog, yang berarti pemimpin atau penghasut politik yang pandai membakar naluri massa untuk mendapatkan atau merebut tujuan tertentu yang diinginkannya. Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), yang dimaksud dengan :
- demagogi adalah penghasutan terhadap orang banyak dengan kata-kata dusta untuk membangkitkan emosi rakyat.
- demagog adalah penggerak (pemimpin) rakyat yang pandai menghasut dan membangkitkan semangat rakyat untuk memperoleh kekuasaan.
Baca juga : Pengertian Kampanye
Pada umumnya istilah demagog digunakan untuk menyebut sekumpulan orang-orang yang berpikir dan bertindak culas dan licik, mementingkan diri sendiri, menebar pesona dengan pencitraan atau kamuflase, menyampaikan sesuatu atas nama kebenaran tapi seringkali memanipulasi kebenaran itu dengan opini dan wacana.
Pada umumnya istilah demagog digunakan untuk menyebut sekumpulan orang-orang yang berpikir dan bertindak culas dan licik, mementingkan diri sendiri, menebar pesona dengan pencitraan atau kamuflase, menyampaikan sesuatu atas nama kebenaran tapi seringkali memanipulasi kebenaran itu dengan opini dan wacana.
Demagogi merupakan perbuatan menghasut dan memanipulasi. Dalam kondisi kalah, terhina, dan menanggung rasa malu, seorang demagog akan sangat piawai dalam membakar dan menghasut massa untuk mengubah iklim politik yang tidak menentu untuk berpihak kepadanya. Salah seorang demagog yang terkenal dalam sejarah perpolitikan dunia adalah Adolf Hitler. Rakyat Jerman yang kalah dalam perang dunia pertama, merasa terhina dan dirugikan oleh penandatanganan Perjanjian Versailles pada tanggal 28 Juni 1919. Saat itu tampillah Adolf Hitler sebagai demagog ulung. Ia membakar emosi dan naluri rakyat Jerman dengan tujuan agar mempercayainya untuk menjadi pemimpin Jerman. Sejarah mencatat Adolf Hitler diangkat sebagai "Fuhrer" atau pemimpin Jerman, dan berhasil dalam memimpin Jerman dalam beberapa tahun, sampai akhirnya kalah dalam perang dunia kedua.
Baca juga : Pengertian Partisipasi Politik, Sifat, Bentuk, Dan Penyebab Timbulnya Partisipasi Politik
Demagogi Menurut Pandangan Beberapa Ahli.
1. Plato.
Plato merupakan filsuf pertama yang membicarakan tentang demagog dalam konteks demokrasi. Dalam bukunya yang berjudul "Republik", Plato menuliskan tentang sang demagog, yaitu sebagai berikut :
- Ia yang menikmati isi perut seorang korban manusia yang dicincang halus bersama isi perut korban-korban lainnya dikutuk untuk menjadi seekor srigala. Dan para pemimpin rakyat tidak bedanya dengan dia, dengan memiliki segerombolan massa yang secara total melayaninya, ia tidak terhalangkan untuk menumpahkan darah para kerabat, dengan cara memberikan tuduhan palsu ia membawa mereka ke pengadilan, membunuh mereka, membuat hidup seorang manusia lenyap. Dan dengan lidah dan bibir jorok, ia menjilat darah warga negaranya sendiri. Beberapa ia bunuh dan yang lain ia buang, pada saat yang sama mengharapkan penghapusan hutang dan pembagian tanah. Dan setelah semuanya ini, apa yang akan menjadi nasibnya ? Haruskah ia musnah di tangan musuh-musuhnya atau apakah ia harus menjadi manusia srigala yaitu menjadi seorang tiran ?
Menurut Plato, seorang demogogi (demogog) memmpunyai sifat ambigu. Di satu sisi ia memiliki karisma, di sisi yang lain ia memiliki ambisi yang tidak terbendungkan. Karisma seorang demogogi bersumber dari kedekatannya dengan masyarakat. Namun karisma seorang demagogi tidak pernah tulus, selalu diliputi oleh ambisi-ambisi yang bisa menghancurkan masyarakat pengabdinya.
2. Aristoteles.
Aristoteles menggambarkan seorang demagogi (demagog) sebagai pengganggu. Ia mengibaratkan sebagai seekor serangga yang tidak dapat dilepaskan padahal serangga tersebut memiliki sengatan yang menyakitkan. Metafora dari Aristoteles tersebut menegaskan bahwa demokrasi itu binatang yang diganggu hama yang menjengkelkan, yang merayap, dan menyengat sampai binatang tersebut menginjak-injak segala hal.
3. James Fenimore Cooper.
Dalam esai yang ditulisnya yang berjudul "On Demagogues", James Fenimore Cooper menyebutkan bahwa seorang demagogi (demagog), dalam arti yang sangat ketat, adalah seorang pemimpin rakyat jelata. Ia sesungguhnya memajukan kepentingannya sendiri, di atas klaim kepentingan rakyat. Menurut James Fenimore Cooper, seorang demagog mempunyai empat hal, yaitu :
- mereka menjadikan dirinya orang biasa, bukan elite.
- politik mereka bergantung hubungan kuat dengan orang-orang yang secara dramatis populer.
- mereka memanipulasi hubungan tersebut untuk mendapatkan popularitas bagi keuntungan dan ambisinya sendiri.
- mereka mengancam dan melanggar peraturan perilaku, institusi, bahkan hukum yang berlaku. Demagog mematahkan aturan dan undang-undang. Sebagai tirani di negara sendiri. Secara eksternal demagog menyerang negara atau kelompok lain, dan menabrak hukum internasional.
4. Michael Signer.
Michael Signer menyebutkan bahwa demagog terkait erat dengan demokrasi. Demagog membelokkan demokrasi ke tirani. Michael Signer mengibaratkan demagog sebagai retrovirus, di mana mekanisme pertahanan tubuh secara harfiah mulai menulis ulang DNA tubuh sampai tubuh mengubah dirinya sendiri.
5. Prof. Ahmad Syafii Maarif.
Demagogi adalah penghasut politik yang pandai membakar naluri massa dengan kata-kata bohong untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu.
Baca juga : Pengertian Partisipasi Politik, Sifat, Bentuk, Dan Penyebab Timbulnya Partisipasi Politik
6. Haryatmoko.
Haryatmoko, seorang pengajar Program Pasca Sarjana Filsafat Universitas Indonesia, dalam tulisannya yang berjudul "Demagogi dan Komunikasi Politik" menyebutkan sebagai berikut :
- Politikus cenderung demagog. Ia bisa menyesuaikan diri dengan situasi yang paling membingungkan dengan menampilkan wajah sebanyak kategori sosial rakyatnya. Ia bisa menunjukkan berbagai peran sehingga membuat tindakannya efektif di dalam situasi yang beragam.
Menurut Haryatmoko, seorang demagogi (demagog) akan meyakinkan kepada masyarakat pendengarnya bahwa ia berpikir dan merasakan seperti apa yang mereka rasakan. Seorang demagog tidak akan menegaskan pendapat pribadinya, tetapi pernyataannya mengalir bersama dengan pendapat pendengarnya. Demagogi mengandalkan kelenturan wacana yang dibangun melalui khazanah politik yang ambigu supaya kata yang sama bisa ditafsirkan sesuai dengan harapan pendengarnya.
Sedangkan dalam tulisannya yang berjudul "Etika Politik dan Kekuasaan", Haryatmoko menyebutkan bahwa demagogi sangat efektif untuk menggalang dukungan politik dari masyarakat, karena demagogi mempunyai mekanisme yang khas, diantaranya adalah :
- Seorang demagogi (demagog) selalu mencari kambing hitam atas segala masalah, sehingga kebencian terhadap suatu kelompok tertentu dapat ditumbuhkan, dipelihara, dan bahkan diperdasyat identitasnya.
- Argumen yang menjadi senjata dalam demagogi biasanya menyerang pribadi orang (ad hominem) dan argumen kepemilikan kelas yang penuh kebencian.
- Seorang demagogi (demagog) pandai membuat skematisasi dengan menyederhanakan gagasan atau pemikiran agar bisa memiliki efektivitas sosial sehingga menjadi sebuah opini dan keyakinan.
Pada akhirnya, demagogi akan memunculkan wacana kebencian terhadap pihak-pihak tertentu.
7. Mahfud MD.
Dalam tulisannya yang berjudul "Dominasi Kaum Demagog", Mahfud MD menyebutkan bahwa demagog adalah agitator-penipu yang seakan-akan memperjuangkan rakyat padahal semua itu dilakukan demi kekuasaan untuk dirinya. Demagog biasa menipu rakyat dengan janji-janji manis agar dipilih tapi kalau sudah terpilih tak peduli lagi pada rakyat, bahkan dengan kedudukan politiknya sering mengatas-namakan rakyat untuk mengeruk keuntungan.
Karakteristik Pemimpin Demagog. Terdapat beberapa karakteristik yang dapat dilihat dari seorang pemimpin demagog, diantaranya adalah sebagai berikut :
- Ia mengeksploitasi prasangka publik.
- Kerap melakukan distorsi atas kebenaran.
- Mengumbar janji-janji manis untuk memperoleh kekuasaan politik.
- Tidak canggung menggunakan metode yang dinilai kurang bermoral.
- Memiliki daya tarik yang besar terhadap masyarakat banyak.
- Berpura-pura peduli dalam rangka memperoleh jabatan, setelah jabatan tersebut diperolehnya maka ia akan mengkhianatinya.
Demikian penjelasan berkaitan dengan "Demagogi Dan Karakteristik Pemimpin Demagog".
Semoga bermanfaat.