Dialek : Pengertian, Ciri-Ciri, Macam, Serta Perbedaan Unsur Kebahasaan Dalam Dialek

Silahkan Bagikan Tulisan-Artikel ini :
Pengertian Dialek. Ketika mendengarkan dua orang atau lebih sedang berbicara, kita akan mengetahui apakah mereka berasal dari daerah yang sama atau tidak, walaupun kita tidak mengetahui dengan pasti dari mana asal daerah mereka (penutur). Hal tersebut dapat kita ketahui dari dialek masing-masing saat mereka berbicara.

Secara etimologis, istilah “dialek” atau logat berasal dari bahasa Yunani, yaitu “dialektos” yang berarti varietas bahasa yang melingkupi suatu kelompok penutur. Varietas bahasa atau varian bahasa atau juga disebut “lek” merupakan sistem kebahasaan yang dibedakan berdasarkan faktor tertentu. Sistem tersebut dapat berbentuk bahasa, dialek, laras, atau norma baku.

Secara terminologi, istilah “dialek” dapat diartikan sebagai sistem kebahasaan yang digunakan oleh suatu masyarakat untuk membedakannya dari masyarakat lain dengan mempergunakan sistem yang berlainan walaupun erat hubungannya. Dialek juga berarti suatu variasi bahasa yang digunakan oleh sekelompok penutur yang mempunyai ciri-ciri relatif sama.

Chaedar Alwasilah, dalam “Sosiologi Bahasa”, menyebutkan bahwa kriteria dialek adalah sebagai berikut :
  • dialek merupakan bahasa yang dimiliki oleh sekelompok penutur tertentu, walaupun apabila satu kelompok satu dengan kelompok yang lainnya berbicara dengan dialeknya masing-masing, satu sama lainnya dapat saling mengerti (mitual intelligiblity).
  • dialek dapat dibedakan berdasarkan pada faktor daerah (regional), waktu (temporal) dan sosial, yang dapat dilihat dalam pengucapan tata berbahasa dan kosa kata.
  • dialek merupakan sub-unit dari bahasa (yang sebenarnya satu variasi bahasa juga).


Selain itu, pengertian dialek dapat juga dijumpai dalam beberapa pendapat yang dikemukakan oleh para ahli, diantaranya adalah :
  • Harimurti Kridalaksana, dalam “Pembentukan Kata dalam Bahasa Indonesia”, menyebutkan bahwa dialek adalah ragam bahasa yang berbeda-beda menurut pemakai, ragam bahasa yang dipakai oleh kelompok bahasawan di tempat tertentu, atau oleh golongan tertentu dari suatu kelompok bahasawan atau oleh kelompok bahasawan yang hidup dalam waktu tertentu.
  • Sumarsono, dalam “Sosiolinguistik”, menyebutkan bahwa dialek adalah bahasa sekelompok masyarakat yang tinggal di suatu daerah tertentu. Perbedaan dialek di dalam sebuah bahasa ditentukan oleh letak geografis atau region kelompok pemakainya, karena itu dialek disebut dialek geografis atau dialek regional.
  • Abdul Chaer dan Leonie Agustina, dalam “Sosiolinguistik” menyebutkan bahwa dialek adalah variasi bahasa dari sekelompok penutur yang jumlahnya relatif, yang berada pada satu tempat, wilayah, atau area tertentu.


Ciri-Ciri Dialek. Terdapat beberapa ciri-ciri dari dialek. A. Meillet, dalam “The Comparative Methods of Historical Linguistics”, menjelaskan bahwa terdapat tiga ciri dari dialek, yaitu :
  • dialek adalah perbedaan dalam kesatuan dan kesatuan dalam perbedaan,
  • dialek adalah seperangkat bentuk ujaran setempat yang berbeda-beda, tetapi memiliki ciri-ciri umum yang mirip dengan bentuk ujaran lain dari bahasa yang sama, dan
  • dialek tidak harus mengambil semua bentuk ujaran dari sebuah bahasa.


Macam Dialek. Dialek dapat dibedakan menjadi beberapa macam. Agus Sariono, dalam “Pengantar Dialektologi Panduan Penelitian dengan Metode Dialektometri”, menjelaskan bahwa berdasarkan pemakaian bahasa, dialek dibedakan menjadi dua macam, yaitu :

1. Diakronis.
Secara diakronis dapat diartikan dan kemudian dibuktikan bahwa dialek-dialek tersebut berasal dari suatu prabahasa yang sama. Pada kurun waktu tertentu bahasa yang digunakan di satu daerah berkembang secara mandiri berbeda dengan bahasa yang digunakan di daerah lain. Secara diakronis, dialek dapat dibagi menjadi dua :
  • dialek relik, merupakan dialek yang memiliki banyak menyimpan unsur-unsur kuno, artinya dialek relik ini berkembang secara perlahan.
  • dialek inovatif, merupakan dialek yang memiliki banyak unsur-unsur baruan atau inovasi, baik inovasi internal maupun inovasi eksternal yang melalui proses peminjaman.

2. Sinkronis.
Secara sinkronis dialek-dialek dihubungkan satu sama lain oleh jumlah persamaan dan perbedaan unsur kebahasaan. Perbedaan itu terjadi melalui perkembangan masing-masing secara terpisah dan persamaan itu merupakan unsur kebahasaan yang dipertahankan bersama oleh dialek-dialek tersebut.

Sedangkan Ida Zulaeha, dalam “Dialektologi Dialek Geografi dan Dialek Sosial”, menjelaskan bahwa dialek dapat dibedakan menjadi dua, yaitu :
  • dialek geografi, merupakan cabang lingustik yang bertujuan mengkaji semua gejala kebahasaan secara cermat yang disajikan berdasarkan peta bahasa yang ada.
  • dialek sosial, merupakan ragam bahasa yang dipergunakan oleh kelompok tertentu yang membedakannya dari kelompok masyarakat lainnya. Kelompok tersebut terdiri atas usia, pekerjaan, kegiataan, jenis kelamin, pendidikan, dan lain sebagainya.


Perbedaan Unsur Kebahasaan dalam Dialek. Secara umum, unsur kebahasaan yang membedakan dalam dialek adalah :

1. Perbedaan Fonologi.
Fonologi mencakup bunyi dan jumlah bunyi, distribusi bunyi, fonotatik, jenis dan jumlah fonem dan alofon, serta distribusi fonem. Perbedaan fonologi kebahasaan dalam dialek dapat dikelompokkan menjadi 4 macam, yaitu perbedaan yang berupa kesesuaian vokal, variasi vokal, kesesuaian konsonan, dan variasi konsonan.

2. Perbedaan Morfologi.
Dalamlingkup bahasa aglutinasi proses morfologi mencakupi proses afiksasi, reduplikasi, komposisi, dan morfonemik. Proses tersebut mencakup kajian tentang bentuk dan makna morfem yang terlibat dalam proses morfologi dan hasilnya.

3. Perbedaan Sintaksis.
Sintaksis merupakan abang dari ilmu bahasa yang membicarakan seluk beluk wacana, kalimat, klausa, dan frasa, berbeda dengan morfologi yang membicarakan kata dan morfem. Perbedaan sintaksis menyakut perbedaan struktur klausa atau frasa yang dipakai untuk menyatakan makna yang sejenis atau sama, misalnya perbedaan konstruksi frasa yang menyatakan kepemilikan

4. Perbedaan Semantik.
Perbedaan semantik berarti perbedaan pada aspek makna kata yang tidak disertai dengan perbedaan bentuk kata. Perbedaan tersebut masih memiliki keterkaitan antara makna yang digunakan di daerah satu dan daerah lainnya.

5. Perbedaan Leksikon.
Perbedaan leksikon terjadi karena sudut pandang yang berbeda antara penutur satu dengan lainnya. Perbedaan bentuk kata untuk makna yang sama dan perbedaan bentuk itu tidak termasuk pada perbedaan fonologis.

Sedangkan Ayatrohaedi, dalam “Dialektologi Sebuah Pengantar”, menjelaskan bahwa perbedaan tingkat dialek dapat dibedakan menjadi lima macam, yaitu :

1. Perbedaan Fonetik.
Perbedaaan fonetik ada pada bidang fonologi dan biasanya si pemakai dialek atau bahasa yang bersangkutan tidak mengalami adanya perbedaan tesebut.

2. Perbedaan Semantik.
Perbedaan semantik merupakan perbedaan dalam terciptanya kata-kata baru berdasarkan perubahan fonologi dan geseran bentuk. Dalam peristiwa tersebut biasanya juga terjadi geseran makna itu. Geseran tersebut bertalian dengan corak pemberian nama yang berbeda untuk lambang “pengertian” yang sama, di beberapa tempat yang berbeda, yang dikenal dengan sinonim.

3. Perbedaan Onomasiologis.
Perbedaan onomasiologis merupakan perbedaan dalam pemberian nama yang berbeda berdasarkan satu konsep yang sama di beberapa tempat yang berbeda. Misalnya : kata walet, bagi kebanyakan orang identik dengan penyebutan burung walet, sedangkan di daerah pengguna dialek Banyumas burung wallet disebt dengan lawet .

4. Perbedaan Semasiologis.
Perbedaan semasiologis merupakan perbedaan dalam pemberian nama yang sama untuk beberapa konsep yang berbeda. Misalnya : kata magelangan. Bagi kebanyakan orang kata magelangan digunakan untuk menyebutkan salah jenis varian nasi goreng, nama bis (yang disebutkan nama jurusannya), serta nama asal daerah seseorang.

5. Perbedaan Morfologis.
Perbedaan morfologis merupakan perbedaan yang dibatasi oleh adanya sistem tata bentuk kata yang berbeda. Perbedaan tersebut termasuk tingkat yang lebih luas. Oleh karena itu, dialek merupakan suatu variasi bahasa nyata yang dapat diamati dan sistem bunyi (fonologi), kosa kata, tata bahasa, morfologi, semantik, leksikal, dan sintaksis.


Demikian penjelasan berkaitan dengan pengertian dialek, ciri-ciri, macam, serta perbedaan unsur kebahasaan dalam dialek.

Semoga bermanfaat.