Stilistika : Pengetian, Ruang Lingkup Dan Obyek Kajian, Manfaat, Dan Tujuan Stilistika

Silahkan Bagikan Tulisan-Artikel ini :
Pengertian Stilistika. Secara etimologi, istilah “stilistika” atau yang dalam bahasa Inggris disebut “stylistics” tidak dapat dipisahkan dari kata “style”, yang menurut Gorys Keraf, dalam “Diksi dan Gaya Bahasa”, kata “style” tersebut berasal dari bahasa Latin, yaitu “stylus” yang berarti alat untuk menulis pada lempengan lilin. Sedangkan dalam konteks komunikasi, Akhmad Muzakki, dalam “Stilistika al-Qur’an Gaya Bahasa al-Qur’an”, menyebutkan bahwa kata “stylus” oleh orang-orang Yunani diartikan dengan kualitas dari sebuah ungkapan.

Secara terminologi, stilistika dapat diartikan sebagai proses menganalisis karya sastra dengan mengkaji unsur-unsur bahasa sebagai medium karya sastra yang digunakan sastrawan sehingga terlihat bagaimana perlakuan sastrawan terhadap bahasa dalam rangka menuangkan gagasannya (subject matter). Stilistika dapat juga berarti ilmu yang mengkaji wujud pemakaian bahasa dalam karya sastra yang meliputi : seluruh pemberdayaan potensi bahasa, keunikan dan kekhasan bahasa serta gaya bunyi, pilihan kata, kalimat, wacana, citraan, hingga bahasa figuratif. Panuti Sudjiman, dalam “Bunga Rampai Stilistika”, menyebutkan bahwa stilistika adalah ilmu yang meneliti penggunaan bahasa dan gaya bahasa di dalam karya sastra. Sedangkan Nyoman Kutha Ratna, dalam “Stilistika: Kajian Puitika Bahasa, Sastra, dan Budaya”, menyebutkan bahwa stilistika adalah ilmu yang berkaitan dengan gaya dan gaya bahasa. Atau dengan kata lain, stilistika merupakan ilmu yang menyelidiki pemakaian bahasa dalam karya sastra, dengan mempertimbangkan aspek-aspek keindahannya.

Gaya bahasa dimaksud adalah :
  • pemanfaatan kekayaan bahasa oleh seseorang dalam bertutur atau menulis.
  • pemakaian ragam tertentu untuk memperoleh efek tertentu.
  • keseluruhan ciri bahasa sekelompok penulis sastra.

Sedangkan G.W. Turner, dalam “Stylistics”, berpendapat bahwa stilistika tidak hanya merupakan studi tentang gaya bahasa dalam kesusastraan saja, melainkan juga studi gaya dalam bahasa pada umumnya meskipun fokus perhatiannya pada bahasa kesusastraan yang paling sadar dan kompleks. Bagi G.W. Turner, stilistika merupakan bagian linguistik yang memusatkan diri pada variasi penggunaan bahasa.

Baca juga : Apresiasi Sastra

Selain itu, pengertian stilistika juga dapat dijumpai dalam beberapa pendapat yang dikemukakan oleh para ahli yang lain, diantaranya adalah :

1. Harimurti Kridalaksana.
Harimurti Kridalaksana, dalam “Kamus Linguistik”, mengartikan stilistika dengan :
  • ilmu yang menyelidiki bahasa yang dipergunakan dalam karya sastra.
  • ilmu interdisipliner antara linguistik dan kesusastraan.
  • penerapan linguistik pada penelitian gaya bahasa.

2. Soediro Satoto.
Soediro Satoto, dalam “Stilistika”, mengartikan stilistika dalam dua pengertian, yaitu :
  • secara extended, stilistika sebagai cara untuk mengungkapkan teori dan metodologi analisis formal sebuah teks sastra.
  • secara restricted, stilistika sebagai linguistik terapan biasanya dikaitkan khusus pada bidang pendidikan bahasa.

3. Nils Erik Enkvist.
Nils Erik Enkvist, dalam “On Defining Style”, menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan stilistika adalah :
  • sub bagian linguistik yang di dalamnya terdapat bagian khusus yang menggarap keistimewaan teks sastra.
  • sub bagian dari studi sastra yang dapat memiliki kesempatan untuk membawanya ke metode-metode linguistik.
  • suatu disiplin ilmu yang otonom yang dapat menyeret secara bebas ke studi sastra dan linguistik.

H.G. Widdowson, dalam “Stylistics and The Teaching of Literature”, menjelaskan bahwa stilistika mengkaji wacana sastra dengan berorientasi linguistik dan merupakan pertalian antara linguistik dan kritik sastra. Lebih lanjut, H.G. Widdowson menyebutkan bahwa secara morfologis, dapat dikatakan bahwa :
  • komponen “style” berhubungan dengan kritik sastra, sedangkan ;
  • komponen “istic” berkaitan dengan linguistik.

Berdasarkan hal tersebut, dapat dikatakan bahwa stilistika dapat menjadi jembatan yang menghubungkan antara kritik sastra di satu pihak dan linguistik di pihak lain. Hubungan tersebut tercipta karena stilistika mengkaji wacana sastra dalam orientasi linguistik.

Stilistika mengkaji cara sastrawan dalam menggunakan unsur dan kaidah bahasa serta efek yang ditimbulkan oleh penggunaannya itu. Stilistika meneliti ciri khas penggunaan wacana sasra dalam karya sastra, ciri yang membedakannya dengan non sastra dan meneliti deviasi terhadap tata bahasa sebagai sarana literer. Atau dengan kata lain, disebutkan stilistika meneliti fungsifuitik bahasa.”

Yang harus diperhatikan adalah bahwa analisis stilistika tidak berpretensi menggantikan kritik sastra, tetapi stilistika dapat membuka jalan untuk kritik sastra yang lebih efektif.

Baca juga : Antropologi Sastra

Ruang Lingkup dan Obyek Kajian Stilistika. Secara umum, ruang lingkup stilistika mencakup beberapa hal. Panuti Sudjiman menjelaskan bahwa ruang lingkup stilistika meliputi :
  • diksi atau pilihan kata (leksikal),
  • struktur kalimat,
  • majas,
  • citraan,
  • pola rima,
  • matra ;
yang digunakan oleh seorang sastrawan atau yang terdapat dalam karya sastra.

Rachmat D. Pradopo, dalam “Pengkajian Puisi”, menambahkan bahwa aspek-aspek bahasa yang ditelaah dalam studi stilistika meliputi : intonasi, bunyi, kata, dan kalimat, sehingga lahirlah gaya intonasi, gaya bunyi, gaya kata, dan gaya kalimat.


Berdasarkan ruang lingkup stilistika tersebut, M.H. Abrams, dalam “A Glossary of Literary Terms”, menjelaskan bahwa obyek kajian stilistika meliputi :

1. Fonologi.
Fonologi adalah salah satu bidang kajian linguistik yang berusaha mempelajari dan menganalisis runtutan bunyi-bunyi bahasa. Berdasarkan obyek kajiannya, fonologi dapat dibedakan menjadi dua bagian, sebagai berikut :
  • fonetik, yaitu cabang fonologi yang mempelajari bunyi bahasa tanpa mengindahkan adanya fungsi pada bunyi-bunyi tersebut, Menurut proses terjadinya bahasa, fonetik dapat dibagi menjadi tiga, yaitu : fonetik artikulatoris, fonetik akustik, dan fonetik auditoris.
  • fonemik, yaitu cabang fonologi yang mempelajari bunyi-bunyi bahasa sekaligus memperhatikan apakah terdapat fungsi dalam bunyi-bunyi tersebut yang dapat digunakan sebagai pembeda.

Bunyi sendiri merupakan aspek penting dalam eksistensi sebuah bahasa. Bunyi kemudian mulai dilambangkan dengan huruf, yang dikenal dengan bahasa tulis.

2. Sintaksis.
Sintaksis atau preferensi kalimat adalah bentuk atau ragam kalimat yang biasa dipergunakan sebagai alat untuk memengaruhi makna dalam menyampaikan pesan. Sintaksis merupakan hubungan antara tanda dalam sebuah teks berdasarkan kaidah kebahasaan. Dalam kajian sintaksis terdapat struktur sintaksis yang terdiri dari :
  • fungsi, meliputi : istilah subyek, obyek, predikat, dan keterangan.
  • kategori, meliputi : istilah nomina, verba, ajektifa, dan numeralia.
  • peran, meliputi : istilah perilaku penderita dan penerima.

3. Leksikal.
Leksikal adalah berbagai macam relasi semantik yang terdapat pada tiap kata. Leksikal merupakan aspek bunyi yang senantiasa terkait dengan kerja kata-kata, yang ada dalam kajian stilistika. Ia merupakan aspek terkecil dalam konteks struktur sintaksis dan wacana. Leksikal digunakan oleh pengarang sebagai kerja pertama setelah menentukan ide atau pokok bahasan. Pemilihan kata untuk tujuan-tujuan tertentu secara pasti akan dilakukan oleh pengarang baik dalam bidang sastra maupun non-sastra. Pemilihan kata tersebut akan berdampak pada kemampuan pembaca memahami jenis bahasa pengarang.

4. Bahasa Figuratif dan Retorika.
Bahasa figuratif adalah bahasa penyimpangan yang berbeda dengan bahasa keseharian. Bahasa figuratif sengaja diciptakan berbeda dengan bahasa standar untuk memperoleh efek khusus. Bahasa figuratif juga dimaknai sebagai deviasi adalah penyimpangan ragam dan struktur bahasa. Sedangkan retorika adalah satu bentuk penyiasatan struktur, yang mendayakan struktur sintaksis dan urutan kata. Retorika merupakan langkah penggunaan bahasa untuk meyakinkan pembaca atau pendengar agar mendapatkan efek tertentu.


Manfaat Stilistika. Stilistika memiliki beberapa manfaat, yaitu :
  • mendapatkan atau membuktikan ciri-ciri keindahan bahasa yang universal dari segi bahasa dalam karya sastra lebih.
  • menerangkan keindahan karya sastra dengan menunjukkan keselarasan penggunaan ciri-ciri keindahan bahasa dalam karya sastra.
  • membimbing pembaca menikmati karya sastra dengan baik.
  • membimbing sastrawan dalam memperbaiki atau meninggikan mutu karya sastranya.
  • kemampuan membedakan bahasa yang digunakan dalam satu karya sastra dengan karya sastra yang lain.


Tujuan Stilistika. Tidak hanya berkaitan dengan bahasa sastra, stilistika juga dapat ditujukan terhadap berbagai penggunaan bahasa. Secara umum, tujuan dari stilistika adalah :
  • menerangkan hubungan antara bahasa dengan fungsi artistik dan maknanya.
  • menentukan dan memperlihatkan penggunaan bahasa sastrawan, khusus penyimpangan dan penggunaan linguistik untuk memperoleh efek khusus.
  • menjawab pertanyaan mengapa sastrawan mengekspresikan dirinya justru memilih cara khusus.
  • menjawab pertanyaan bagaimanakah efek estetis yang dapat dicapai melalui bahasa.
  • menjawab pertanyaan apakah pemilihan bentuk-bentuk bahasa tertentu dapat menimbulkan efek estetis.
  • menjawab pertanyaan apakah fungsi penggunaan bentuk tertentu mendukung tujuan estetis.
  • mengganti kritik sastra yang bersifat subjektif dan impresif dengan analisis.
  • mengkaji berbagai bentuk gaya bahasa yang digunakan oleh sastrawan dalam karyanya.

Raymond Chapman, dalam “Structure and Literature An Introduction to Literary Stilistics”, menjelaskan bahwa stilistika memiliki tujuan sebagai berikut :
  • untuk menentukan seberapa jauh dan dalam hal apa bahasa yang digunakan dalam sastra memperlihatkan penyimpangan.
  • bagaimana pengarang menggunakan tanda-tanda linguistik untuk mencapai efek khusus.


Demikian penjelasan berkaitan dengan pengertian stilistika, ruang lingup dan obyek kajian, manfaat, serta tujuan stilistika.

Semoga bermanfaat.