Kematangan Emosi (Emotional Maturity) : Pengertian, Karakteristik, Dan Faktor Yang Mempengaruhi Kematangan Emosi (Emotional Maturity)

Silahkan Bagikan Tulisan-Artikel ini :
Pengertian Kematangan Emosi. Pada dasarnya emosi dapat dikendalikan. Emosi merupakan keadaan perasaan atau reaksi perasaan yang datangnya secara tiba-tiba terhadap perubahan situasi yang begitu melampaui batas, sehingga untuk mengadakan hubungan dengan sekitarnya seorang individu mungkin dapat terganggu. Emosi merupakan reaksi utama psikis terhadap stimuli dari lingkungan dan reaksi terhadap stimuli yang berasal dari dalam dirinya sendiri. Manusia dapat merasakan emosi sebagai suatu respon terhadap pikiran, ingatan, dan perasaan tubuh yang muncul dalam dirinya.

Kematangan emosi
atau “emotional maturity” merupakan suatu kondisi emosional di mana tingkat kedewasaan seorang individu yang terkendali, tidak kekanak-kanakan, tidak ada amarah yang meluap-luap, dan mampu mengungkapkan emosi sesuai kondisi yang ada, di mana ia dapat menilai situasi secara kritis sebelum bereaksi secara emosional dan peduli terhadap perasaan orang lain. Kematangan emosi juga berarti kesiapan seorang individu dalam mengendalikan dan mengarahkan emosi dengan mempertimbangkan situasi dan kondisi, di mana kesiapan tersebut tercapai sesuai dengan perkembangan usia individu yang bersangkutan.

Dalam Kamus Lengkap Psikologi, yang disusun oleh J.P. Chaplin, disebutkan bahwa yang dimaksud dengan kematangan emosi atau “emotional maturity” adalah suatu keadaan atau kondisi mencapai tingkat kedewasan dari perkembangan emosional dan karena itu pribadi yang bersangkutan tidak lagi menampilkan pola emosional yang pantas bagi anak-anak.

Secara umum, seorang individu dikatakan telah mencapai kematangan emosi apabila :
  • mampu mengontrol dan mengendalikan emosinya sesuai dengan taraf perkembangan emosinya.
  • mempertimbangkan dengan kritis terlebih dahulu suatu situasi sebelum memberikan reaksi yang dikuasai oleh emosi-emosinya.
  • lebih stabil dalam pemberian reaksi terhadap salah satu bentuk emosi yang dialami.


Selain itu, pengertian kematangan emosi atau “emotional maturity” dapat juga dijumpai dalam beberapa pendapat yang dikemukakan oleh para ahli, diantaranya adalah :
  • Elizabeth B. Hurlock, dalam “Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan”, menyebutkan bahwa kematangan emosi adalah suatu kondisi perasaan atau reaksi perasaan yang stabil terhadap suatu objek permasalahan sehingga untuk mengambil suatu keputusan atau bertingkah laku didasari dengan suatu pertimbangan dan tidak mudah berubah-ubah dari satu suasana hati ke dalam suasana hati yang lain.
  • Paul Thomas Young, dalam “Emotion in Human and Animal”, menyebutkan bahwa kematangan emosi adalah kemampuan seseorang dalam mengontrol dan mengendalikan emosinya.
  • Sudarsono, dalam “Etika Tentang Kenakalan Remaja”, menyebutkan bahwa kematangan emosi adalah kedewasaan secara emosi, tidak terpengaruh kondisi kekanak-kanakan, atau sudah dewasa secara sosial.
  • Kartini Kartono, dalam “Patologi Sosial 2: Kenakalan Remaja”, menyebutkan bahwa kematangan emosi adalah kedewasaan dari segi emosional dalam arti individu tidak lagi terombangambing oleh motif kekanak-kanakan.
  • Bimo Walgito, dalam “Pengantar Psikologi Umum”, menyebutkan bahwa kematangan emosi adalah kemampuan individu untuk mengadakan tanggapan-tanggapan emosi secara matang dan mampu mengontrol serta mengendalikan emosinya sehingga menunjukkan suatu kesiapan dalam bertindak.


Karakteristik Kematangan Emosi. Terdapat beberapa hal yang merupakan karakteristik atau ciri-ciri orang yang memiliki kematangan emosi. Elizabeth B. Hurlock menjelaskan bahwa karaketiristik seseorang yang memiliki kematangan emosi adalah :

1. Adanya kontrol emosi dan terarah.
Seorang individu yang memiliki kematangan emosi tidak meledakkan emosinya begitu saja tetapi ia akan mampu mengontrol emosi dan ekspresi emosi yang disetujui secara sosial, dengan kata lain menunjukkan perilaku yang diterima secara sosial.

2. Stabilitas emosi.
Seorang individu yang memiliki kematangan emosi akan memberikan reaksi emosional yang stabil dan tidak berubah-ubah dari emosi atau suasana hati ke suasana hati yang lain, seperti pada periode sebelumnya.

3. Bersikap kritis terhadap situasi yang ada.
Seorang individu yang memiliki kematangan emosi tidak akan bertindak tanpa ada pertimbangan lebih dulu.

4. Kemampuan penggunaan katarsis mental.
Seorang individu yang memiliki kematangan emosi mempunyai kemampuan untuk menggunakan dan menyalurkan sumber-sumber emosi yang tidak timbul.

Bimo Walgito menjelaskan bahwa aspek-aspek dalam kematangan emosi diantaranya adalah :
  • dapat menerima baik keadaan dirinya maupun orang lain seperti apa adanya secara obyektif.
  • tidak bersifat impulsif, yaitu individu akan merespon stimulus dengan cara mengatur fikirannya secara baik untuk memberikan tanggapan terhadap stimulus yang mengenainya, orang yang bersifat impulsive yang segera bertindak suatu pertanda bahwa emosinya belum matang.
  • dapat mengontrol emosinya atau dapat mengontrol ekspresi emosinya secara baik, walaupun seseorang dalam keadaan marah tetapi marah itu tidak ditampakkan keluar, karena dia dapat mengatur kapan kemarahan itu perlu dimanifestasikan.
  • bersifat sabar, pengertian, dan umumnya cukup mempunyai toleransi yang baik.
  • memiliki tanggung jawab yang baik, dapat berdiri sendiri tidak mudah mengalami frustasi dan akan menghadapi masalah dengan penuh pertimbangan.

Sedangkan A. Schneiders, dalam “Personal Adjusment and Mental Health”, menjelaskan bahwa kematangan emosi seorang individu memiliki beberapa aspek sebagai suatu ciri sifat atau perilaku yang dapat terlihat atau dapat diobservasi. Aspek dimaksud adalah :

1. Adequancy of Emotional Respon.
Adequancy of emotional respon atau kecukupan respon emosional merupakan kemampuan seseorang untuk menampilkan respon emosional dengan kadar yang tepat, tidak berlebihan atau kurang, yang berarti bahwa respon-respon emosinya harus cocok dengan tingkat pertumbuhannya. Orang dewasa yang seperti anak kecil menggunakan tangisan atau ledakan kemarahan untuk mendapatkan apa yang diinginkannya merupakan ketidak matangan emosi.

2. Emotional Range and Depth.
Emotional range and depth atau jarak dan kedalaman emosi merupakan kemampuan seseorang untuk menampilkan respon emosional yang sesuai dengan rangsangan yang diterima. Kematangan emosi menuntut adanya suatu perkembangan yang memadai sehingga mampu menjadi dasar penyesuaian yang baik. Seseorang dikatakan belum mencapai kematangan emosi adalah seseorang yang mempunyai perasaan dangkal dan memperlihatkan sebagai seseorang yang terlalu simpatik atau seseorang yang memiliki kekurangan perasaan cinta, simpati, perhatian, dan keramahan.

3. Emotional Control.
Emotional control atau kontrol emosi merupakan kemampuan seseorang untuk mengendalikan dan mengontrol emosi. Kontrol emosi yang kurang atau berlebih akan menghambat penyesuaian sosial. Sikap dan perilaku individu yang menunjukkan kurangnya kontrol emosi antara lain, kemarahan yang meledak-ledak yang ditunjukkan dengan perilaku emosional, misalnya membanting barang atau berkelahi. Kegagalan seseorang untuk mengatur perasaan merupakan salah satu faktor penting yang ikut menentukan berhasil atau gagalnya seseorang dalam mengendalikan emosinya. Seseorang dikatakan belum matang emosinya ketika seseorang tersebut masih terus menerus menjadi korban oleh perasaan takut, cemas, marah, cemburu, dan rasa benci.


Faktor yang mempengaruhi Kematangan Emosi. Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kematangan emosi. Elizabeth B. Hurlock menjelaskan bahwa beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kematangan emosi adalah :
  • gambaran tentang situasi-situasi yang dapat menimbulkan reaksi- reaksi emosional.
  • membicarakan berbagai masalah pribadi dengan orang lain.
  • lingkungan sosial yang dapat menimbulkan perasaan aman dan keterbukaan dalam hubungan sosial.
  • belajar menggunakan katarsis emosi untuk menyalurkan emosi.
  • kebiasaan dalam memahami dan menguasai emosi dan nafsu.

Sedangkan Soeparwoto, dalam “Evaluasi Layanan Bimbingan Konseling”, menjelaskan bahwa beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kematangan emosi pada seorang individu, adalah :

1. Perubahan jasmani
Perubahan segi meliputi pertumbuhan cepat dari badan. Pada taraf permulaan pertumbuhan ini hanya terbatas pada bagian-bagian tertentu yang mengakibatkan postur tubuh atau jasmani tidak seimbang.

2. Perubahan dalam hubungannya dengan orang tua
Sikap orang tua dalam mendidik anak, misalnya secara otoriter, memanjakan anak, sikap acuh tak acuh, penuh kasih sayang. Sikap-sikap tersebut dapat menyebabkan ketegangan dan ketidak-tegangan yang semuanya berpengaruh terhadap perkembangan mental remaja termasuk perkembangan emosi.

3. Perubahan dalam hubungannya dengan teman-teman
Pada usia kurang lebih 17 hingga 18 tahun, biasanya remaja mulai jatuh cinta dengan teman lawan jenis atau dengan kenakalan-kenakalan lain. Gejala seperti ini sehat, tetapi kemungkinan terjadinya konflik juga ada. Gangguan emosional yang mendalam dapat terjadi akibat cinta yang tidak terbalas atau karena pemutusan hubungan dari satu pihak, hal ini akan mendatangkan kecemasan bagi orang tua dan bagi diri sendiri.

4. Perubahan pandangan luar
Pandangan luar dapat menyebabkan konflik yang disebabkan karena sikap dunia luar terhadap remaja tidak konsisten, dan dunia luar masih mempunyai nilai-nilai yang berbeda untuk remaja laki-laki dan perempuan.

5. Perubahan dalam hubungannya dengan sekolah
Remaja sering terbentur nilai-nilai yang tidak dapat diterima atau bertentangan dengan nilai-nilai yang menarik bagi remaja, maka timbullah idealisme untuk mengubah lingkungannya.


Demikian penjelasan berkaitan dengan pengertian kematangan emosi (emotional maturity), karakteristik, dan faktor yang mempengaruhi kematangan emosi (emotional maturity).

Semoga bermanfaat.