Pengertian Agresivitas. Istilah “agresivitas” berasal dari kata “agresif”, yang dalam ilmu psikologi dan ilmu sosial lainnya diartikan dengan merujuk pada perilaku yang dimaksudkan untuk membuat obyeknya mengalami bahaya atau kesakitan. Motif utama perilaku agresif bisa jadi adalah keinginan menyakiti orang lain untuk mengekspresikan perasaan-perasaan negatif, seperti : permusuhan, dendam, kebencian, dan lain sebagainya.
Sedangkan “agresivitas” sendiri, secara umum dapat diartikan sebagai tingkah laku individu, baik secara fisik atau lisan, dengan maksud untuk menyakiti atau melukai individu lain atau terhadap obyek dengan ataupun tanpa tujuan tertentu, dengan cara mengekspresikan perasaan negatifnya seperti permusuhan untuk mencapai tujuan yang diinginkan, baik secara fisik maupun mental, yang merupakan kecenderungan habitual (yang dibiasakan) untuk memamerkan permusuhan, pernyataan diri secara tegas, penonjolan diri, penuntutan atau paksaan diri, pengejaran dengan penuh semangat suatu cita-cita dan, dominasi sosial,kekuasaan sosial, khususnya yang diterapkan secara ekstrim. Atau dengan kalimat yang lebih sederhana, agresivitas merupakan sebuah perilaku individu berupa serangan yang ditunjukkan untuk menyakiti, melukai, mencelakakan atau tindakan lain yang bersifat merugikan, tidak sopan atau permusuhan baik secara fisik maupun psikologis.
Dalam Collins Concise Dictionary, agresivitas diartikan dengan sebuah serangan, tindakan yang merugikan, aktivitas yang tidak sopan, permusuhan atau sikap mental yang dapat merusak. Sedangkan menurut Kamus Lengkap Psikologi, karangan J.P. Chaplin, disebutkan bahwa yang dimaksud dengan agresivitas adalah perilaku menyerang orang lain.
Selain itu, pengertian agresivitas juga dapat dijumpai dalam beberapa pendapat yang dikemukakan oleh para ahli, diantaranya adalah :
- C. Harding, dalam “Making Sense of Aggression, Destructiveness and Violence”, menyebutkan bahwa agresivitas adalah sebuah serangan, tindakan yang merugikan, aktivitas yang tidak sopan, permusuhan atau sikap mental yang dapat merusak.
- Kiswarawati, dalam “Perilaku Agresi”, menyebutkan bahwa agresivitas adalah tingkah laku individu yang ditunjukkan untuk melukai atau mencelakakan individu yang tidak menginginkan datangnya tingkah laku tersebut.
- T. Dayakisni dan Hudaniah, dalam “Psikologi Sosial”, menyebutkan bahwa agresivitas adalah suatu serangan yang dilakukan oleh organisme lain, obyek lain, atau bahkan pada dirinya sendiri.
- Robert A. Baron dan Donn Byrne, dalam “Social Psychology”, menyebutkan bahwa agresivitas adalah perilaku melukai individu lain dengan bentuk kekerasan secara fisik langsung maupun verbal tidak langsung. Agresi muncul dari berbagai kondisi eksternal yang membangkitkan motif untuk menyakiti dan melukai orang lain.
- C.T. Morgan, R.A. King, J.R. Weisz, dan J. Schopler, dalam “Introduction to Psychology”, menyebutkan bahwa agresivitas adalah suatu perilaku yang dilakukan untuk menyakiti, mengancam, atau membahayakan individu-individu atau objek-objek yang menjadi sasaran perilaku tersebut, baik (secara fisik atau verbal) atau langsung dan tidak langsung.
Aspek Agresivitas. Perilaku agresivitas memiliki beberapa aspek. G.M. Breakwell, dalam “Coping with Aggresive Behavior”, menjelaskan bahwa beberapa aspek agresivitas adalah :
1. Bentuk Agresivitas.
Agresivitas dapat berbentuk verbal dan fisik, yang keduanya dapat dilakukan oleh orang yang sama pada waktu-waktu tertentu. Bentuk agresivitas mencerminkan perbedaan nyata antara ekspresi kemarahan dalam kata-kata (verbal) atau tindakan (fisik).
2. Arah Pelampiasan Agresivitas.
Agresivitas dapat dilampiaskan secara langsung atau dapat juga dialihkan. Arah pelampiasan agresi mewakili perbedaan yang kurang mencolok antara agresi yang diarahkan pada alasan kemarahan dan agresi yang dialihkan ke obyek-obyek lain.
3. Level Kendali Diri.
Level kendali diri mencerminkan level kendali diri yang dimiliki individu ketika sedang marah, tetap tenang atau mengamuk. Setiap individu memiliki perbedaan dalam mengekspresikan amarah, ada orang yang menunjukkan kemarahannya dengan berteriak-teriak tetapi ada juga yang tetap tenang dan memilih diam ketika sedang marah.
4. Arah Agresi.
Arah agresivitas merujuk pada arah agresi ke dalam diri individu (intrapunitif) atau keluar diri individu (ekstrapunitif). Respon-respon intrapunitif meliputi : pengalihan agresi terhadap diri sendiri, sedangkan respon-respon ekstrapunitif melibatkan eksternalisasi agresi.
Bentuk Agresivitas. Agresivitas dapat dibedakan menjadi beberapa bentuk. C.T. Morgan, R.A. King, J.R. Weisz, dan J. Schopler menjelaskan bahwa agresivitas terdiri dari beberapa bentuk, yaitu :
- agresi fisik aktif langsung, merupakan tindakan agresi fisik yang dilakukan individu atau kelompok dengan cara berhadapan secara langsung dengan individu atau kelompok lain yang menjadi targetnya dan terjadi kontak fisik secara langsung.
- agresi fisik aktif tidak langsung, merupakan tindakan agresi fisik yang dilakukan oleh individu atau kelompok lain dengan cara tidak berhadapan secara langsung dengan individu atau kelompok lain yang menjadi targetnya.
- agresi fisik pasif langsung, merupakan tindakan agresi fisik yang dilakukan oleh individu atau kelompok dengan cara berhadapan dengan individu atau kelompok lain yang menjadi targetnya, namun tidak terjadi kontak fisik secara langsung.
- agresi fisik pasif tidak langsung, merupakan tindakan agresi fisik yang dilakukan oleh individu atau kelompok dengan cara tidak berhadapan dengan individu atau kelompok lain yang menjadi targetnya dan tidak terjadi kontak fisik secara langsung.
- agresi verbal aktif langsung, merupakan tindakan agresi verbal yang dilakukan oleh individu atau kelompok dengan cara berhadapan secara langsung dengan individu atau kelompok lain.
- agresi verbal aktif tidak langsung, merupakan tindakan agresi verbal yang dilakukan oleh individu atau kelompok dengan cara tidak berhadapan secara langsung dengan individu atau kelompok lain yang menjadi targetnya.
- agresi verbal pasif langsung, merupakan tindakan agresi verbal yang dilakukan oleh individu atau kelompok dengan cara berhadapan dengan individu atau kelompok lain namun tidak terjadi kontak verbal secara langsung.
- agresi verbal pasif tidak langsung, merupakan tindakan agresi verbal yang dilakukan oleh individu atau kelompok dilakukan dengan cara tidak berhadapan dengan individu atau kelompok lain yang menjadi targetnya dan tidak terjadi kontak verbal secara langsung.
Sedangkan A.H. Buss dan M. Perry, dalam “The Aggression Questionnaire”, yang dimuat dalam Journal of Personality and Social Psychology, 63, Tahun 1992, menjelaskan bahwa perilaku agresivitas dapat dibedakan menjadi empat, yaitu :
1. Physical Aggression.
Physical aggression atau agresi fisik, merupakan kecenderungan individu untuk melakukan serangan secara fisik untuk mengekspresikan kemarahan atau agresivitas. Bentuk serangan fisik tersebut dapat berupa memukul, mendorong, menendang, mencubit dan lain sebagainya.
2. Verbal Aggression.
Verbal aggression atau agresi verbal, merupakan kecenderungan untuk menyerang orang lain yang dapat merugikan dan menyakitkan kepada individu lain secara verbal atau melalui kata-kata atau penolakan. Bentuk serangan verbal seperti cacian, ancaman, mengumpat, atau penolakan.
3. Anger.
Anger atau kemarahan, yang dapat berupa perasaan marah, kesal, dan bagaimana cara mengontrol hal tersebut. Termasuk di dalamnya iritability (sifat lekas marah) yang berkaitan dengan temperamental, kecenderungan untuk cepat marah, dan kesulitan untuk mengendalikan amarah.
4. Hostility.
Hostility atau permusuhan (kebencian), merupakan agresivitas yang covert atau tidak terlihat. Hostility dapat dibedakan menjadi dua, yaitu :
- resentment, yang dapat berbentuk kemarahan, dendam, kebencian, kesebalan, termasuk cemburu dan iri terhadap orang lain.
- suspicion, yang dapat berbentuk ketidakpercayaan, kekhawatiran, dan proyeksi dari rasa permusuhan orang lain.
Cara Mengontrol Agresivitas. Terdapat beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengontrol perilaku agresivitas. T. Dayakisni dan Hudaniah menjelaskan bahwa agresivitas dapat dikontrol dengan beberapa cara, yaitu :
1. Katarsis.
Katarsis merupakan pelepasan ketegangan emosional yang mengikuti suatu pengalaman yang kuat. Katarsis mungkin dapat membantu mengurangi ketegangan yang berada dalam diri seseorang, karena dalam melakukan katarsis individu akan :
- mengalami perasaan yang lebih baik.
- mengurangi kecenderungan untuk melakukan tindakan agresif yang berbahaya.
2. Sublimasi.
Sublimasi merupakan suatu bentuk penyaluran perasaan tegang atau kemarahan yang dapat diterima oleh masyarakat. Penyaluran ini dapat berupa aktivitas olahraga, kesenian, maupun aktivitas bisnis yang mengandung persaingan.
3. Supresi.
Supresi merupakan suatu keadaan di mana individu melakukan penekanan terhadap rasa marah yang dialami. Penekanan ini dilakukan mungkin karena norma masyarakat atau norma keluarganya yang tidak mengijinkan untuk mengekspresikan rasa marah secara terang-terangan.
Faktor yang Mempengaruhi Agresivitas. Menurut Robert A. Baron dan N.R. Branscombe, dalam “Social Psychology”, dijelaskan bahwa faktor yang dapat mempengaruhi perilaku agresivitas adalah :
- faktor sosial. Agresivitas yang disebabkan oleh faktor sosial, dipengaruhi oleh beberapa hal, yaitu : frustrasi (frustration), provokasi langsung (direct provoation), dan kekerasan dalam media (media violence).
- faktor budaya. Agresivitas yang disebabkan oleh faktor budaya, dipengaruhi oleh beberapa hal yaitu: kehormatan pada budaya (cultures of honor), kecemburuan seksual (sexual jealousy) dan peran pada laki-laki (the male gender role).
- faktor pribadi. Agresivitas yang disebabkan oleh faktor pribadi, dipengaruhi oleh beberapa hal, yaitu : kepribadian (personality), narsis (narcissism) dan perbedaan jenis kelamin (gender differences).
- faktor situasi. Agresivitas yang disebabkan oleh faktor situasi, dipengaruhi oleh beberapa hal yaitu: suhu (temperature), dan alkohol (alcohol).
B. Krahe, dalam “Perilaku Agresif”, menjelaskan bahwa agresivitas yang muncul pada diri individu dapat dipengaruhi oleh :
- faktor kepribadian, yaitu kontrol diri, iritabilitas, kerentanan emosional, pikiran yang kacau, harga diri dan gaya atribusi permusuhan.
- faktor situsional, yaitu adanya penyerangan, efek senjata, karakteristik target, alkohol dan temperatur udara.
Sedangkan menurut T. Dayakisni dan Hudaniah menjelaskan bahwa beberapa faktor yang dapat mempengaruhi agresivitas seseorang adalah :
1. Provokasi.
Bisa mencetuskan agresi karena provokasi itu oleh pelaku agresi dilihat sebagai ancaman yang harus dihadapi dengan respon agresif untuk meniadakan bahaya yang diisyaratkan oleh ancaman itu.
2. Deindividuasi.
Mengarahkan seseorang pada keleluasaan dalam melaksanakan tingkah laku agresi sehingga agresi yang dilakukan lebih intens. Khususnya efek dari penggunaan teknik-teknik dan senjata modern yang membuat tindakan agresi sebagai tindakan non-emosional sehingga agresi yang dilakukannya lebih intens.
3. Kekuasaan dan Kepatuhan.
Peranan kekuasaan sebagai pengarah kemunculan agresi tidak dapat dipisahkan dari salah satu aspek penunjang kekuasaan itu, yakni kepatuhan. Bahkan kepatuhan itu sendiri diduga memiliki pengaruh yang kuat terhadap kecenderungan dan pengaruh agresi yang kuat.
4. Pengaruh Obat-Obatan Terlarang (Drug Effect).
Banyak terjadinya perilaku agresi dikaitkan pada mereka yang mengkonsumsi alkohol. Seseorang yang mengkonsumsi alkohol dalam dosis yang tinggi meningkatkan kemungkinan respon agresi ketika seseorang diprovokasi.
Demikian penjelasan berkaitan dengan pengertian agresivitas, aspek, bentuk dan cara mengontrol agresivitas, serta faktor yang mempengaruhi agresivitas.
Semoga bermanfaat.