Apresiasi Sastra : Pengertian, Aspek, Bentuk, Manfaat, Tingkatan, Dan Pendekatan Dalam Apresiasi Sastra, Serta Tahapan Dalam Kegiatan Apresiasi Sastra

Silahkan Bagikan Tulisan-Artikel ini :
Pengertian Apresiasi Sastra. Secara umum, istilah “apresiasi” dapat diartikan sebagai penilaian atau penghargaan terhadap sesuatu. Apresiasi merupakan pernyataan seseorang yang secara sadar merasa tertarik dan senang kepada sesuatu, serta mampu menghargai dan memandang hal yang dipilihnya itu mengandung nilai-nilai yang bermanfaat dalam kehidupannya.

Dalam kaitannya dengan karya sastra, pengertian tentang apresiasi karya sastra hingga sampai saat ini belum mendapatkan satu keseragaman pengertian. Saryono, dalam “Pengantar Apresiasi Sastra”, menjelaskan bahwa ketidak-seragaman dalam pengertian apresiasi sastra tersebut disebabkan oleh beberapa hal, yaitu :
  • apresiasi sastra memang merupakan fenomena yang unik dan rumit.
  • terjadinya perubahan dan perkembangan pemikiran tentang apresiasi sastra.
  • adanya perbedaan penyikapan pendekatan terhadap hakikat apresiasi sastra.
  • adanya perbedaan kepentingan di antara orang yang satu dengan orang yang lain.

Apresiasi sastra merupakan kegiatan internalisasi sastra, berbeda dengan kritik sastra yang merupakan kegiatan rasionalisasi sastra. Dalam internalisasi sastra, jarak harus dileburkan dan jurang harus ditimbun antara manusia dan karya sastra. Sementara dalam rasionalisasi sastra, jarak justru harus diciptakan serta direntangkan dan jurang mesti digali antara manusia pengritik dan karya sastra.

Berdasarkan hal tersebut, dapat dikatakan bahwa yang dimaksud dengan apresiasi sastra adalah penghargaan atas karya sastra sebagai hasil pengenalan, pemahaman, penafsiran, penghayatan, dan penikmatan yang didukung oleh kepekaan batin terhadap nilai-nilai yang terkandung dalam karya sastra. Apresiasi sastra dapat juga berarti suatu kegiatan pengindahan, penikmatan, penjiwaan, dan penghayatan karya sastra secara individual dan momentan, subyektif dan eksistensial, rohaniah dan budiah, khusus dan kafah, serta intensif dan total sehingga memperoleh sesuatu daripadanya, tumbuh, berkembang, dan tercipta kepedulian, kepekaan, ketajaman, kecintaan, dan keterlibatan terhadap karya sastra.

Panuti Sudjiman, dalam “Kamus Istilah Sastra”, menjelaskan bahwa apresiasi sastra adalah penghargaan terhadap karya sastra yang didasarkan atas pemahaman. Sedangkan, Sofyan Zakaria, dalam “Kamus Kecil Kesusasteraan Indonesia”, menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan apresiasi sastra adalah kegiatan memahami cipta sastra dengan sungguh-sungguh hingga menimbulkan pengertian dan penghargaan yang baik terhadapnya.


Selain itu, pengertian apresiasi sastra juga dapat dijumpai dalam beberapa pendapat yang dikemukakan oleh para ahli, diantaranya adalah :
  • A. Suminto Sayuti, dalam “Berkenalan dengan Prosa Fiksi”, menyebutkan apresiasi sastra adalah kegiatan mengenali, memahami, dan menikmati pengalaman dan bahasa yang menjadi jelmaan pengalaman tersebut, serta hubungan antara keduanya dalam struktur keseluruhan yang terbentuk.
  • Wahyudi Siswanto, dalam “Pengantar Teori Sastra”, menyebutkan bahwa apresiasi sastra adalah proses penerimaan dan penikmatan karya sastra oleh pembaca dengan jalan membaca, memahami, menganalisis, dan menafsirkan karya sastra.
  • T. Suparman Natawidaja, dalam “Apresiasi Sastra Budaya”, menyatakan apresiasi sastra adalah pemaha- man dan penghargaan atas suatu hasil seni atau budaya.
  • H.G. Tarigan, dalam “Prinsip-Prinsip Dasar Sastra”, menyatakan bahwa apresiasi sastra adalah penaksiran kualitas karya sastra serta pemberian nilai yang wajar kepadanya berdasarkan pengamatan dan pengalaman yang sadar dan kritis.
  • S. Effendi, dalam “Bimbingan Apresiasi Puisi”, menyebutkan bahwa apresiasi sastra adalah kegiatan menggauli cipta sastra dengan sungguh-sungguh hingga tumbuh pengertian, penghargaan, kepekaan pikiran kritis, dan kepekaan perasaan yang baik terhadap cipta sastra”.
  • Aminuddin, dalam “Pengantar Apresiasi Karya Sastra”, menyebutkan bahwa apresiasi sastra adalah pengenalan melalui perasaan atau kepekaan batin, dan pengakuan terhadap nilai-nilai yang keindahannya diungkapkan oleh pengarang.

Baca juga : Sifat-Sifat Sastra

Aspek Apresiasi Sastra. Apresiasi sastra sebagai suatu proses melibatkan tiga aspek utama, yaitu :

1. Aspek Kognitif.
Aspek kognitif berkaitan dengan keterlibatan intelek pembaca dalam upaya memahami unsur-unsur kesastraan yang bersifat obyektif. Unsur-unsur kesastraan yang bersifat objektif tersebut selain dapat berhubungan dengan unsur-unsur yang secara internal terkandung dalam suatu teks sastra atau unsur intrinsik (seperti : tulisan, aspek bahasa, dan lain sebagainya), juga dapat berkaitan dengan unsur-unsur di luar teks sastra itu sendiri atau unsur ekstrinsik (seperti : biografi pengarang, latar proses kreatif penciptaan, maupun latar sosial-budaya yang menunjang kehadiran teks sastra).

2. Aspek Emotif.
Aspek emotif berkaitan dengan keterlibatan unsur emosi pembaca dalam upaya menghayati unsur-unsur keindahan dalam teks sastra yang dibaca. Selain itu, unsur emosi juga sangat berperanan dalam upaya memahami unsur-unsur yang bersifat subyektif. Unsur subyektif tersebut dapat berupa bahasa paparan yang bersifat konotatif-interpretatif atau dapat pula berupa unsur-unsur signifikan tertentu, seperti : penampilan tokoh dan setting yang bersifat metaforis.

3. Aspek Evaluatif.
Aspek evaluatif berkaitan dengan kegiatan memberikan penilaian terhadap baik-buruk, indah tidak indah, sesuai tidak sesuai serta sejumlah ragam penilaian lain yang tidak harus hadir dalam sebuah karya kritik, tetapi secara personal cukup dimiliki oleh pembaca. Dengan kata lain, keterlibatan unsur penilaian dalam hal ini masih bersifat umum sehingga setiap apresiator yang telah mampu meresponsi teks sastra yang dibaca sampai pada tahapan pemahaman dan penghayatan, sekaligus juga mampu melaksanakan penilaian


Bentuk Apresiasi Sastra. Apresiasi sastra dapat dibedakan menjadi beberapa bentuk, diantaranya adalah :

1. Apresiasi Sastra Reseptif.
Apresiasi sastra reseptif merupakan suatu penghargaan, penilaian, dan penghayatan terhadap karya sastra, baik yang berbentuk puisi, prosa, maupun drama, yang dapat dilakukan dengan cara membaca, mendengarkan, dan menyaksikan pementasan drama. Pendekatan yang dapat dilakukan dalam mengapresiasi karya sastra secara reseptif adalah pendekatan emotif, pendekatan dikdaktis, dan pendekatan analitis.

2. Apresiasi Sastra Produktif.
Apresiasi sastra produktif merupakan suatu apresiasi karya sastra yang menekankan pada proses kreatif dan penciptaan. Apresiasi sastra secara produktif tidak mungkin terwujud tanpa diberikan pengajaran menulis, khususnya menulis kreatif. Apresiasi sastra produktif merupakan kegiatan mengapresiasi karya sastra yang menekankan pada proses kreatif dan penciptaan. Pendekatan yang diterapkan dalam pengapresiasian sastra secara produktif adalah pendekatan parafrasis dan pendekatan analitis.

Baca juga : Kritik Sastra

Manfaat Apresiasi Sastra. Pada dasarnya, apresiasi sastra memiliki empat manfaat, yaitu :

1. Manfaat estetik.
Manfaat estetik adalah manfaat yang dirasakan oleh seorang apresitor karena hasil karya sastra yang diapresiasi memiliki keindahan. Karena keindahan suatu hasil karya sang apresiator merasa puas dan lebih peka perasaannya.

2. Manfaat pendidikan.
Manfaat apresiasi sastra yang dapat kita peroleh berkaitan dengan pendidikan sangat dipengaruhi oleh tema sebuah karya sastra. Misalnya, suatu karya sastra yang bertemakan ketuhanan akan memberikan pelajaran tentang penyembahan kepada Tuhan. Pendalaman keagamaan serta mengajarkan tentang moral, puisi yang bertemakan kemiskinan akan mengajarkan rasa empati, welas asih, dan kedermawanan bagi apresiator.

3. Manfaat memperluas wawasan.
Seorang apresiator karya sastra akan memperoleh wawasan yang luas terhadap berbagai hal dari karya sastra yang dibacanya, misalnya berkaitan dengan kegagalan, kesuksesan, persaingan dalam hidup, dan lain sebagainya.

4. Manfaat psikologis.
Manfaat psikologis diperoleh seorang apresiator ketika ia mendapatkan pecahan dari masalah yang sedang dihadapinya atau meringankan beban seorang apresiator.


Tingkatan Apresiasi Sastra. Secara umum, terdapat tiga tingkatan dalam apresiasi sastra, yaitu :
  • simpati. Pada tingkatan ini, apresiator berkeinginan untuk memberikan perhatian terhadap karya sastra yang dibacanya.
  • empati. Pada tingkatan ini, apresiator mulai bisa ikut merasakan dan terlibat dengan isi dalam karya sastra itu.
  • refleksi diri. Pada tingkatan ini, apresiator tidak hanya sekedar bersimpati dan berempati saja, tetapi lebih dari itu, apresiator dapat melakukan refleksi diri atas nilai-nilai yang terkandung dalam karya sastra itu. Pada tingkatan ini, seorang apresiator dapat memetik nilai-nilai karya sastra sebagai sarana untuk berefleksi, bercermin diri.

Sedangkan Rahmanto, dalam “Metode Pengajaran Sastra”, menjelaskan bahwa terdapat empat tingkatan dalam apresiasi sastra, yaitu :
  • menggemari. Pada tingkatan menggemari karya sastra, seorang apresiator memiliki ketertarikan dan berkeinginan untuk membaca karya sastra yang dimaksud.
  • menikmati. Pada tingkatan menikmati karya sastra, seorang apresiator merasa bahwa karya sastra yang dibacanya dapat menghibur dan bermanfaat bagi dirinya.
  • mereaksi. Pada tingkatan mereaksi karya sastra, semakin mendalam pengetahuan dan pemahaman terhadap karya sastra reaksinya akan semakin bermutu juga. Jenis reaksi terhadap karya sastra ditentukan oleh kedalaman pengetahuan sastra dan kedalaman penghayatan terhadap karya sastra yang dibaca atau yang dinikmatinya.
  • produktif. Pada tingkatan produktif, seorang apresiator tidak hanya sekedar menerima dan merespon, tetapi juga menjadikan karya sastra sebagai bagian hidupnya.

Baca juga : Semiotik Sastra

Pendekatan Dalam Apresiasi Sastra. Pendekatan sebagai landasan yang digunakan oleh seorang apresiator dalam mengapresiasi karya sastra dapat bermacam-macam, yang ditentukan oleh :
  • tujuan dan apa yang akan diapresiasi lewat teks sastra yang dibacanya.
  • kelangsungan apresiasi itu terproses lewat kegiatan bagaimana.
  • penentuan pendekatan tersebut ditentukan oleh tujuan pengapresiasi itu sendiri.

Terdapat beberapa pendekatan yang dapat digunakan dalam kegiatan apresiasi sastra, diantaranya adalah :

1. Pendekatan Parafrastis.
Pendekatan parafrastis merupakan suatu pendekatan yang berusaha memahami kandungan makna dalam suatu cipta sastra dengan jalan mengungkapkan kembali gagasan yang disampaikan pengarang dengan menggunakan kata-kata maupun kalimat yang berbeda dengan kata-kata dan kalimat yang digunakan pengarangnya. Tujuan akhir dari penggunaan pendekatan parafrastis itu adalah untuk menyederhanakan pemakaian kata atau kalimat seorang pengarang sehingga pembaca lebih mudah memahami kandungan makna yang terdapat dalam suatu cipta sastra.

2. Pendekatan Emotif.
Pendekatan emotif merupakan suatu pendekatan yang berusaha menemukan unsur-unsur yang mengaduk emosi atau perasaan pembaca. Prinsip-prinsip dasar yang meletar-belakangi adanya pendekatan emotif adalah pandangan bahwa cipta sastra merupakan dari karya seni yang hadir dihadapan masyarakat pembaca untuk dinikmati sehingga mampu memberikan hiburan dan kesenangan.

3. Pendekatan Analitis.
Pendekatan analitis merupakan suatu pendekatan yang berusaha memahami gagasan, cara pengarang menampilkan gagasan atau mengimajikan ide-idenya, sikap pengarang dalam menampilkan gagasan-gagasannya, elemen intrinsik dan mekanisme hubungan dari setiap elemen intrinsik itu sehingga mampu membangun adanya keselarasan dan kesatuan dalam rangka membangun totalitas bentuk maupun totalitas maknanya.

4. Pendekatan Historis.
Pendekatan historis merupakan suatu pendekatan yang menekankan pada pemahaman tentang biografi pengarang, latar belakang peristiwa kesejarahan yang melatar-belakangi masa-masa terwujudnya cipta sastra yang dibaca, serta bagaimana perkembangan kehidupan penciptaan maupun kehidupan sastra itu sendiri pada umumnya dari zaman ke zaman.

5. Pendekatan Sosiopsikologis.
Pendekatan sosiopsikologis merupakan suatu pendekatan yang berusaha memahami latar belakang kehidupan sosial-budaya, kehidupan masyarakat, maupun tanggapan kejiwaan atau sikap pengarang terhadap lingkungan kehidupannya ataupun zamannya pada saat cipta sastra itu diwujudkan.

6. Pendekatan Didaktis.
Pendekatan didaktis merupakan suatu pendekatan yang berusaha menemukan dan memahami gagasan, tanggapan evaluatif maupun sikap pengarang terhadap kehidupan. Gagasan, tanggapan maupun sikap itu dalam hal ini akan mampu terwujud dalam suatu pandangan etis, filosof, maupun agamis sehingga akan mengandung nilai-nilai yang mampu memperkaya kehidupan rohaniah pembaca.

Baca juga : Sosiologi Sastra

Tahapan Apresiasi Sastra. Kegiatan apresiasi sastra dapat dilakukan melalui beberapa tahapan berdasarkan dari apa yang dilakukan oleh apresiator, yaitu sebagai berikut :

1. Tahap pertama.
Apresiator membiarkan pikiran, perasaan, dan daya khayalnya mengembara sebebas mungkin mengikuti apa yang dimaui oleh pengarang karya sastra yang dibacanya. Pada tahap ini apresiator belum mengambil sikap kritis terhadap karya sastra yang dibacanya.

2. Tahap kedua.
Apresiator menghadapi karya sastra secara intelektual. Ia menanggalkan perasaan dan daya khayalnya, selanjutnya berusaha memahami karya sastra tersebut dengan cara menyelidiki karya sastra dari unsur-unsur pembentuknya. Hal ini berarti, apresiator memandang karya sastra sebagai suatu struktur. Pada tahapan ini, penyelidikan unsur-unsur karya sastra oleh apresiator dimaksudkan untuk mendekatkan diri pada karya sastra tersebut.

3. Tahap ketiga.
Apresiator memandang karya sastra dalam kerangka historisnya. Artinya adalah ia memandang karya sastra sebagai pribadi yang mempunyai ruang dan waktu. Dalam pandangannya, tidak ada karya sastra yang tidak diciptakan dalam ruang dan waktu tertentu. Dengan kata lain, pada tahapan ini apresiator mencoba memahami karya sastra dari unsur sosial budaya, situasi pengarang, dan segala hal yang melatar-belakangi karya sastra tesebut diciptakan.

Apresiator yang baik adalah apresiator yang dapat menerapkan ketiga tahapan tersebut secara padu, sehingga nilai-nilai yang terkandung dalam karya sastra tersebut benar-benar ia pahami dengan membiarkan perasaannya, mencoba menyelidiki unsur-unsurnya, dan berusaha pula memahami situasi sosial budaya saat karya sastra tersebut diciptakan.

Sedangkan A. Suminto Sayuti menjelaskan bahwa tahapan yang dapat dilakukan dalam apresiasi sastra adalah sebagai berikut :
  • interpretasi atau penafsiran, merupakan suatu usaha untuk memahami karya sastra dengan memberikan tafsiran makna berdasarkan sifat karya sastra tersebut.
  • analisis, merupakan suatu usaha untuk melakukan penguraian terhadap karya sastra atas unsur-unsur, bagian-bagian atau norma-normanya.
  • penilaian, merupakan suatu usaha untuk menentukan kadar keberhasilan atau keindahan karya sastra yang diapresiasinya.


Kegiatan apresiasi sastra bukan sekedar aktivitas membaca, menikmati, menghayati, menggemari, dan menghargai karya sastra saja, tetapi lebih dari itu. Tahap akhir yang sangat penting dalam sebuah kegiatan apresiasi sastra adalah pemahaman karya sastra sehingga nilai-nilai atau pesan-pesan moral karya sastra yang diapresiasinya dapat dihayati dan ditangkap oleh pembaca. Pemahaman terhadap nilai-nilai atau pesan-pesan moral dalam karya sastra itulah yang membawa pembaca pada penikmatan, penghayatan, dan penghargaan atas karya sastra.

Demikian penjelasan berkaitan dengan pengertian apresiasi sastra, aspek, bentuk, manfaat, tingkatan, dan pendekatan dalam apresiasi sastra, serta tahapan dalam kegiatan apresiasi sastra.

Semoga bermanfaat.