Linguistik Dan Ilmu Sastra

Silahkan Bagikan Tulisan-Artikel ini :
Ikatan pertalian antara ilmu bahasa dan ilmu sastra sudah terjalin sejak lama. Pertalian tersebut sudah ada dan dapat dijumpai dalam teori tentang retorika pada jaman Yunani dan Romawi Kuno. Retorika adalah ilmu mengenai peraturan yang baik, seni mengatakan sesuatu secara tepat. Di satu pihak retorika menjadi sebuah mata pelajaran, semacam kemampuan berbahasa, dan di lain pihak menjadi menjadi suatu modul deskripsi bagi sastra. Penerapan retorika terbatas pada teori mengenai pemakaian bahasa yang indah atau elocutio, yang penekanannya pada penelitian tentang gaya bahasa dan pola-pola arti.

Baca juga : Semiotik Sastra

Keberhasilan dari tata bahasa generatif transformasi tahun 1957, yang ditandai dengan terbitnya buku yang berjudul Syntactic Structures oleh Chomsky, telah menyebabkan ilmu sastra linguistik berkembang dengan pesat. Hal ini dapat dilihat dari beberapa penelitian tentang ilmu sastra yang dipengaruhi oleh linguistik, di antara adalah :
  • Adanya usaha untuk menyusun semacam tata bahasa sastra yang dapat mendeskripsikan serta mempertanggung-jawabkan gejala-gejala bahasa tertentu yang menonjol dan dianggap khas bagi sastra menurut istilah-istilah tata bahasa generatif transformasi. Sebagai contoh adalah penelitian yang dilakukan oleh Bierwisch yang membedakan antara kaidah-kaidah P (uitika) yang melukiskan keteraturan istimewa dan kaidah-kaidah P yang dapat mempertanggungjawabkan penyimpangan-penyimpangan. Kaidah P yang melukiskan keteratusan istimewa misalnya kaidah ekuivalensi dari Jakobson yang dapat dirumuskan sebagai berikut : dalam suatu urutan terdapat kesatuan-kesatuan yang mempunyai ciri-ciri fonologik, sintaktik, dan semantik.  Berdasarkan kadar kemiripan maka urutan tersebut dapat diberikan tempat tertentu pada skala kepuitikan, yang terhadap penilaian tempat mana dapat diberikan pada skala itu diserahkan kepada pembaca yang berpengalaman dalam membaca puisi, bukan oleh tata bahasa sastra. Kaidah ekuivalensi dan metrik dapat diterapkan pada banyak puisi, sedangkan kaidah penyimpangan biasanya hanya terbatas pada struktur satu sajak saja atau karya seorang penyair saja. Dalam bahasa berlaku beberapa kaidah seleksi atau restriksi, sejumlah besar kata kerja hanya dapat dihubungkan dengan manusia atau mahkluk hidup lain sebagai subyeknya.
  • Adanya usaha untuk menyusun suatu tata bahasa teks, sebagaimana yang dilakukan oleh Teun van Dijk. Sebuah tata bahasa yang akan dipakai untuk melukiskan struktur teks-teks sastra harus bersifat tata bahasa teks. Tata bahasa teks melukiskan struktur teks-teks dan dapat dilengkapi dengan suatu deskripsi sistematik bagaimana teks itu dicerap oleh pembaca.

Baca juga : Mediasi Semiotik

Sementara kalangan mencoba untuk mendeskripsikan sastra, khususnya sifat fiksional-nya, dengan bantuan kategori-kategori dan kaidah-kaidah yang dipinjam dari teori speech-act, ciptaan Searle dan Austin. Konsep tindak bahasa secara khusus berkaitan dengan apa yang diperbuat oleh penutur dengan tuturnya. Menyatakan sesuatu merupakan suatu tindak bahasa, sama dengan mengajukan suatu pertanyaan ataupun memberikan suatu janji. Menurut sebagian kritikus, tindak bahasa yang dinamakan sastra bercirikan niat untuk menyampaikan sebuah laporan. 

Tata bahasa teks dan teori tindak bahasa bila dihubungkan dengan psikologi bahasa dan sosiologi bahasa, dapat memberikan banyak keterangan mengenai hubungan antara struktur teks-teks serta cara kita bergaul dengan teks-teks tersebut, sehingga juga dapat dimanfaatkan dalam ilmu sastra. Kebanyakan pendekatan dari sudut speech-act hanya merumuskan kembali dengan kata-kata muluk apa yang telah diketahui mengenai teks-teks fiksi.

Baca juga : Sifat-Sifat Sastra

Dalam ilmu sastra linguistik, sama seperti dalam pendekatan formalistik, maka perhatian utama dicurahkan pada teks. Strukturalisme memperhatikan proses komunikasi, dan perhatian tersebut juga dijumpai dalam semiotik sastra. Sebuah aliran yang sekarang banyak dibicarakan.

Demikian penjelasan berkaitan dengan linguistik dan ilmu sastra. Tulisan tersebut bersumber dari buku Pengantar Ilmu Sastra, karangan Jan van Luxemburg, Mikel Bal, dan Willem G. Weststeijn.

Semoga bermanfaat.