Istilah "altruisme" berasal dari bahasa Latin, yaitu "alter" yang berarti orang lain. Sedangkan dalam bahasa Inggris, altruisme disebut dengan "altruism" yang berarti mementingkan kepentingan orang lain. Istilah altruisme pertama kali dikenalkan oleh Auguste Comte, yang dikenal sebagai "Bapak Positivisme" pada sekitar abad ke-19. Auguste Comte menyebutkan bahwa dalam altruisme terkandung penghapusan hasrat mementingkan diri sendiri dan egosentrisme, serta menjalani kehidupan yang ditujukan untuk kesejahteraan orang lain.
Pengertian Altruisme. Secara umum, altruisme dapat diartikan sebagai suatu tindakan sukarela yang dilakukan oleh seseorang atau kelompok orang untuk menolong orang lain tanpa mengharapkan imbalan apapun. Altruisme juga dapat diartikan sebagai perhatian terhadap kesejahteraan orang lain tanpa memperhatikan diri sendiri. Dalam "Kamus Ilmiah Populer Lengkap", yang disusun oleh Risa Agustin, dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan altruisme adalah suatu pandangan yang menekankan kewajiban manusia memberikan pengabdian, rasa cinta, dan tolong menolong terhadap sesama/orang lain.
Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, altruisme diartikan sebagai :
Pengertian Altruisme Menurut Para Ahli. Selain dari apa yang telah dijelaskan di atas, pengertian altruisme juga banyak dikemukakan oleh para ahli, diantaranya adalah sebagai berikut :
- Fuad Nashori, dalam bukunya yang berjudul "Psikologi Sosial Islam", menyebutkan bahwa altruisme adalah tindakan yang dilakukan seseorang atau kelompok orang untuk menolong orang lain tanpa mengharap imbalan apapun kecuali telah memberikan suatu kebaikan.
- Taufik, dalam bukunya yang berjudul "Empati : Pendekatan Psikologi Sosial", menyebutkan bahwa altruisme adalah pertolongan yang diberikan secara murni, tulus, tanpa mengharapkan balasan apapun dari orang lain dan tidak memberikan manfaat apapun untuk dirinya.
- C. D. Batson, dalam bukunya yang berjudul "Altruism in Humans", menyebutkan bahwa altruisme adalah keadaan motivasional yang tujuan akhirnya adalah meningkatkan kesejahteraan orang lain.
- David G. Myers, dalam bukunya yang berjudul "Psikologi Sosial", menyebutkan bahwa altruisme adalah motif untuk meningkatkan kesejahteraan orang lain tanpa memikirkan kepentingan diri sendiri.
- R. A. Baron dan D. Byrne, dalam bukunya yang berjudul "Psikologi Sosial", menyebutkan bahwa altruisme adalah kepedulian yang tidak mementingkan diri sendiri melainkan untuk kebaikan orang lain.
- N. Eisenberg dan P. H. Mussen, dalam bukunya yang berjudul "The Roots og Prosocial Behavior in Children", menyebutkan bahwa altruisme adalah salah satu tipe tingkah laku prososial, maksudnya adalah suatu tindakan yang didorong oleh morif-motif internal, seperti perhatian dan simpati terhadap terhadap orang lain atau oleh nilai-nilai dan ganjaran diri dari pada oleh keuntungan pribadi.
Sebagai suatu perilaku, altruisme merupakan suatu kebajikan yang ada dalam banyak budaya dan dianggap penting oleh beberapa agama. Seperti misalnya dalam agama Islam, altruisme merupakan tindakan untuk menolong orang lain secara ikhlas karena Islam menilai kebaikan dan perbuatan seseorang berdasarkan keikhlasan untuk mengharapkan ridlo dari Allah swt. Setiap amal yang dilakukan oleh manusia semata-mata hanya karena Allah swt.
Karakteristik Altruisme. Altruisme dapat dilihat melalui perbuatan nyata yang dilakukan oleh seseorang atau kelompok orang. Secara umum, suatu perbuatan dapat dikatakan altruisme apabila mempunyai karakteristik sebagai berikut :
- hasilnya baik bagi penolong maupun yang ditolong.
- tindakan tersebut dilakukan secara suka rela dan berdasarkan empati bukan karena paksaan.
- tindakan tersebut bukan untuk kepentingan diri sendiri, tidak mengharapkan imbalan baik berupa materi atau bentuk apapun.
Fuad Nashori menyebutkan bahwa terdapat tiga hal yang dianggap sebagai karakteristik suatu perilaku altruisme, yaitu :
- Empati. Empati merupakan suatu kemampuan untuk dapat merasakan perasaan yang dialami oleh orang lain.
- Keinginan memberi. Keinginan untuk memberi ini merupakan maksud yang muncul dari dalam hati untuk dapat memebuhi kebutuhan orang lain.
- Sukarela. Sukarela maksudnya adalah apa yang diberikan atau dilakukan semata-mata untuk orang lain, tidak mengharapkan suatu imbalan dalam bentuk apapun.
David G. Myers menyebutkan bahwa perbuatan seseorang memiliki sifat altruisme apabila mempunyai karakteristik sebagai berikut :
- Mempunyai rasa empati. Altruisme akan terjadi karena adanya empati dalam diri seseorang.
- Meyakini keadilan dunia (belief on a just world). Seorang yang altruis meyakini adanya keadilan di dunia yaitu bahwa dalam jangka panjang yang salah akan dihukum dan yang baik akan dapat hadiah. Dengan keyakinannya tersebut, mereka akan termotivasi untuk menunjukkan perilaku menolong.
- Tanggung jawab sosial (social responsibility). Seorang yang altruis mempunyai anggapan bahwa setiap orang bertanggung jawab terhadap apapun yang dilakukan oleh orang lain. Sehingga saat ada orang lain yang membutuhkan pertolongan, orang tersebut harus menolongnya.
- Kontrol diri secara internal. Seorang yang altruis akan melakukan kontrol dirinya secara internal untuk segala sesuatu yang dilakukannya. Kontrol diri tersebut berwujud diantaranya berupa rasa kepuasan diri.
- Ego yang rendah. Seorang yang altruis memiliki tingkat keegoisan yang rendah. Dia lebih mementingkan orang lain dari pada dirinya sendiri.
Sedangkan menurut Tri Dayakisni dan Hudaniah, dalam bukunya yang berjudul "Psikologi Sosial", menyebutkan bahwa karakteristik altruisme yang ada pada diri seseorang dapat diketahui melalui beberapa hal sebagai berikut :
- Kerja sama (cooperative). Seorang yang altruis lebih senang melakukan pekerjaan secara bersama-sama, karena dengan bekerja sama seseorang bisa bersosialisasi dengan orang yang lain dan pekerjaan menjadi lebih cepat untuk diselesaikan.
- Menolong (helping). Seorang yang altruis akan senang membantu orang lain dan memberikan sesuatu yang berguna di saat orang lain sedang membutuhkan pertolongan.
- Kejujuran (honesty). Seorang yang altruis memiliki suatu sikap yang lurus hati, tulus, serta tidak curang karena mereka seorang yang altruis lebih mengutamakan bilai kejujurab dalam dirinya.
- Kedermawanan (gonerosity). Seorang yang altruis memiliki sikap suka beramal dan murah hati terhadap orang lain.
Faktor yang Mempengaruhi Altruisme. Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi seseorang untuk melakukan perbuatan altruisme. Menurut Sarlito Sarwono dalam bukunya yang berjudul "Teori-Teori Psikologi Sosial", menyebutkan bahwa perbuatan altruisme yang dilakukan oleh seseorang dipengaruhi oleh dua hal, yaitu :
1. Pengaruh Situasi (Eksternal).
Pengaruh situasi adalah suatu kondisi yang berasal dari luar diri manusia yang diperlukan sebagai motivasi untuk menimbulkan perbuatan altruisme. Faktor pengaruh situasi diantaranya adalah :
- kehadiran orang lain. Semakin banyak orang lain, akan semakin kecil kecenderungan untuk menolong. Sebaliknya, orang yang sendirian mempunyai kecenderungan lebih bersedia untuk menolong.
- menolong jika orang lain menolong. Adanya orang yang sedang menolong orang lain akan lebih memicu orang untuk ikut menolong. Hal tersebut sesuai dengan prinsip timbal balik dalam teori norma sosial.
- desakan waktu. Pada umumnya, seorang yang terburu-buru mempunyai kecenderungan untuk tidak menolong, sedangkan orang yang santai yang mempunyai kelonggaran waktu berkecenderungan untuk memberikan pertolongan pada orang lain yang membutuhkan.
- kemampuan yang dimiliki. Seseorang yang merasa mampu dalam melakukan pertolongan maka ia akan cenderung untuk menolong. Sebaliknya seseorang yang tidak memiliki kemampuan untuk menolong, ia tidak akan melakukan perbuatan menolong.
2. Pengaruh dari Dalam Diri Individu (Internal).
Pengaruh dari dalam diri individu sangat berperan dalam menumbuhkan perbuatan altruisme. Faktor pengaruh dari dalam diri individu diantaranya adalah :
- empati. Empati merupakan tanggapan manusia yang universal yang dapat diperkuat atau ditekan oleh pengaruh lingkungan. Pada dasarnya, manusia memiliki dorongan alamiah untuk mengesampingkan motif pribadi dalam membatu dan meringankan penderitaan orang lain.
- faktor personal dan situasional. Faktor personal dan situasional yang berpengaruh dalam perilaku altruisme diantaranya adalah seseorang lebih suka menolong orang disukai, memiliki kesamaan dengan dirinya, pencapaian reward pada perilaku sebelumnya, pengamatan langsung tentang derajat kebutuhan yang ditolong, dan lain-lain.
- nilai agama dan moral. Penghayatan terhadap nilai-nilai agama dan moral dapat mendorong orang untuk melakukan pertolongan pada orang lain.
- norma tanggung jawab sosial. Merupakan keyakinan bahwa seseorang harus menolong mereka yang membutuhkan pertolongan, tanpa mempedulikan adanya timbal balik.
- suasana hati. Orang lebih terdorong untuk memberikan pertolongan pada orang lain apabila berada dalam suasana hati yang baik.
- norma timbal balik. Satu kode moral yang bersifat universal adalah norma timbal balik, yaitu bagi mereka yang telah menolong kita, maka kita harus membalas pertolongannya.
Baca juga : Teori Atribusi Dalam Psikologi Sosial
Demikian penjelasan berkaitan dengan pengertian altruisme, karakteristik dan faktor yang mempengaruhi altruisme.
Semoga bermanfaat.