Work Life Balance : Pengertian, Aspek, Manfaat, Indikator Pencapaian, Dan Strategi Menciptakan Work Life Balance, Serta Faktor Yang Mempengaruhi Work Life Balance

Silahkan Bagikan Tulisan-Artikel ini :
Pengertian Work Life Balance. Meningkatnya kebutuhan serta ketatnya persaingan kerja seringkali memaksa orang untuk bekerja lebih keras demi mendapatkan hasil yang maksimal. Tak banyak memang pilihan, tapi memang hal tersebut harus dijalani, walaupun terkadang berakibat buruk pada yang bersangkutan, seperti : semakin mudahnya terserang penyakit, kurangnya waktu untuk keluarga, bahkan uang yang dihasilkan habis begitu saja demi meredam stres yang dirasakan.

Untuk menghindari hal tersebut, diperlukan apa yang disebut sebagai “work life balance” atau “keseimbangan kehidupan kerja”. Work-life balance merupakan suatu hal penting untuk mendapatkan hidup yang lebih berkualitas. Selain itu, dengan memiliki work life balance, seseorang dapat menjadi lebih produktif. Hal tersebut dikarenakan kondisi yang dirasakan orang yang bersangkutan cukup mendukung dan meningkatkan kepuasannya dalam melakukan pekerjaan.

Lantas, apa yang dimaksud dengan “work life balance” ? Secara umum, work life balance atau keseimbangan kehidupan kerja dapat diartikan sebagai keseimbangan antara pekerjaan dengan kehidupan pribadi atau keluarga, yaitu suatu keadaan di mana seseorang dapat mengatur dan membagi antara tanggung jawab pekerjaan, kehidupan keluarga, dan tanggung jawab lainnya. Work life balance juga berarti suatu kondisi di mana seorang pekerja dapat mengatur waktu yang baik (seimbang) antara pekerjaan di tempat kerja dengan kebutuhan pribadi, rekreasi, dan kehidupan berkeluarga. Work life balance berkaitan dengan kemampuan seorang individu dalam memenuhi gaya hidup melalui pekerjaan yang dilakukan.

N.R. Lockwood, dalam “Work Life Balance: Challenges and Solutions”, sebagaimana dimuat dalam Society for Human Resource Management Research Quarterly, Tahun 2003, menyebutkan bahwa work life balance adalah suatu keadaan seimbang pada dua tuntutan, di mana pekerjaan dan kehidupan seorang individu adalah sama ;
  • dalam pandangan karyawan, work life balance merupakan pilihan mengelola kewajiban kerja dan pribadi atau tanggung jawab terhadap keluarga.
  • dalam pandangan perusahaan, work life balance merupakan tantangan untuk menciptakan budaya yang mendukung di perusahaan dimana karyawan dapat fokus pada pekerjaaan mereka sementara di tempat kerja.


Selain itu, beberapa ahli yang lain juga mengemukakan pendapatnya berkaitan dengan apa yang dimaksud dengan work life balance, diantaranya adalah :
  • J.R. Schermerhorn, J.G., Hunt, dan R.N. Osborn, dalam “Organization Behavior”, menyebutkan bahwa work life balance adalah kemampuan seseorang untuk menyeimbangkan antara tuntutan pekerjaan dengan kebutuhan pribadi dan keluarganya.
  • T. Kalliath dan P. Brough, dalam “Work Life Balance: A Review of the Meaning of the Balance Construct”, yang dimuat dalam Journal of Management and Organization, Volume : 14, Tahun 2008, menyebutkan bahwa work life balance adalah presepsi seorang individu di mana aktivitas dalam pekerjaan dan kehidupan non kerja dapat berjalan bersama dan mendorong pertumbuhan pribadi sesuai dengan prioritas hidup orang yang bersangkutan.
  • P. Delecta, dalam “Work Life Balance”, yang dimuat dalam International Journal of Current Research,
  • Volume : 33, Tahun 2011, menyebutkan bahwa work life balance adalah kemampuan seorang individu dalam mencukupi pekerjaan dan komitmen keluarga, maupun tanggung jawab lainnyaselain pekerjaan dan kegiatan lainnya.


Aspek Work Life Balance. Work life balance dibangun dari beberapa aspek. G. Fisher, C. Bulger, dan C. Smith, dalam “Beyond Work and Family: A Measure of Work/Nonwork Interference and Enhancement”, yang dimuat dalam Journal of Occupational Health Psychology, Volume : 14(4), Tahun 2009, menyebutkan bahwa aspek yang terkadung dalam work life balance adalah :
  • waktu. Perbandingan antara waktu yang dihabiskan untuk bekerja dan waktu yang digunakan untuk aktivitas lain.
  • perilaku. Perbandingan antara perilaku seorang individu dalam bekerja aspek kehidupan lain.
  • ketegangan (strain). Ketegangan yang dialami dalam pekerjaan maupun aspek lain dapat menimbulkan konflik peran dalam diri seorang individu.
  • energi. Perbandingan antara energi yang digunakan seorang individu untuk menyelesaikan pekerjaannya dan energi yang digunakan dalam aspek kehidupan sehari-hari.

Sedangkan Hudson, dalam “The Case for Work Life Balance: Closing the Gap Between Policy and Practice”, menyebutkan terdapat tiga aspek work life balance, yaitu :

1. Time balance.
Time balance atau keseimbangan waktu mengacu pada kesetaraan antara waktu yang diberikan seorang individu untuk karirnya dengan waktu yang diberikan untuk keluarga atau aspek kehidupan selain karir. Waktu yang dibutuhkan dalam melaksanakan tugas dalam organisasi dan perannya dalam kehidupan individu tersebut.

2. Involvement balance.
Involvement balance atau keseimbangan keterlibatan (khususnya psikologis) seorang individu dalam memenuhi tuntutan peran dalam pekerjaan dan keluarga.

3. Statisfaction balance
Satisfaction balance atau keseimbangan kepuasaan mengacu pada tingkat kepuasan dalam pekerjaan maupun di luar pekerjaan. Kepuasan yang dirasakan tersebut diantaranya memiliki kenyamanan dalam keterlibatan di dalam pekerjaannya maupun dalam kehidupan diri individu tersebut.


Manfaat Work Life Balance. Work life balance memiliki banyak manfaat. Mengutip dari thehappinessindex.com, disebutkan bahwa manfaat dari work life balance adalah :
  • terhindar dari berbagai penyakit. Hal ini berkaitan dengan meningkatnya kebahagiaan kala mencapai kondisi work life balance. Kebahagiaan akan membuat orang lebih berpikir positif dan optimis, sehingga meningkatkan imun tubuh yang dapat melindungi berbagai penyakit, termasuk, penyakit mental.
  • meningkatkan performa. Dengan kondisi fisik dan mental yang baik, seorang individu dapat lebih mengerjakan pekerjaannya dengan baik. Bahkan, dengan hal tersebut dapat muncul inovasi-inovasi baru yang bisa membantu kinerjanya dan kinerja perusahaan.
  • lebih fokus dalam bekerja. Sejalan dengan manfaat di atas, dengan memiliki energi lebih, seorang individu dapat menjadi lebih fokus dalam bekerja.
  • mengurangi jenuh dan stress. Dengan mencapai work-life balance, maka akan mengurangi perasaan jenuh dan stres terhadap pekerjaan.


Indikator Pencapaian Work Life Balance. Seorang individu dikatakan telah berhasil mencapai work life balance apabila memenuhi indikator sebagai berikut :
  • terpenuhinya urusan pekerjaan, keluarga, dan pribadi. Maksudnya adalah seorang individu dimaksud memiliki waktu, tenaga, serta uang yang cukup untuk ketiga hal tersebut (pekerjaan, keluarga, dan pribadi), tanpa harus mengorbankan berlebih salah satunya.
  • memiliki tidur yang cukup. Dengan memiliki waktu yang seimbang terhadap berbagai urusan, akan berpengaruh terhadap pola tidur seseorang, ia tak perlu memikirkan berlebih mengenai suatu urusan yang mengganggu waktu tidur.
  • memiliki aktivitas lain. Mencapai work life balance berarti seorang individu masih memiliki waktu, tenaga, dan finansial untuk menjalankan aktivitas lain, seperti : refreshing, dan lain sebagainya.
  • memiliki hubungan personal dengan orang lain. Dengan tercapainya work life balance, maka individu yang bersangkutan akan mudah untuk menjalin hubungan personal dengan orang lain, karena ia merasa masih ada hal lain yang lebih prioritas untuk dipenuhi.

Sedangkan G. Fisher, C. Bulger, dan C. Smith menyebutkan bahwa dimensi pembentuk work life balance adalah :

1. Work Interference With Personal Life (WIPL).
Dimensi ini mengacu pada sejauh mana pekerjaan dapat mengganggu kehidupan pribadi individu. Misalnya, bekerja dapat membuat seseorang sulit mengatur waktu untuk kehidupan pribadinya.

2. Personal Life Interference with Work (PLIW).
Dimensi ini mengacu pada sejauh mana kehidupan pribadi individu mengganggu kehidupan pekerjaannya. Misalnya, apabila individu memiiliki masalah didalam kehidupan pribadinya, hal ini dapat mengganggu kinerja individu pada saat bekerja.

3. Personal Life Enhancement of Work (PLEW).
Dimensi ini mengacu pada sejauh mana kehidupan pribadi seseorang dapat meningkatkan performa individu dalam dunia kerja. Misalnya, apabila individu merasa senang dikarenakan kehidupan pribadinya menyenangkan maka hal ini dapat membuat suasana hati individu pada saat bekerja menjadi menyenangkan.

4. Work Enhancement of Personal Life (WEPL).
Dimensi ini mengacu pada sejauh mana pekerjaan dapat meningkatkan kualitas kehidupan pribadi individu. Misalnya keterampilan yang diperoleh individu pada saat bekerja, memungkinkan individu untuk memanfaatkan keterampilan tersebut dalam kehidupan sehari-hari.


Strategi Menciptakan Work Life Balance. Terdapat banyak strategi untuk menciptakan work life balance. Preeti Singh dan Parul Khanna, dalam “Work-Life Balance A Tool for Increased Employee Productivity and Retention”, yang dimuat dalam Lachoo Management, Volume : 2 (2), Tahun 2011, menyebutkan bahwa terdapat sepuluh strategi untuk menciptakan work life balance, yaitu :
  • jam kerja yang fleksibel. Menyediakan penyusunan waktu yang fleksibel dan dapat dikonsultasikan untuk seluruh karyawan.
  • kerja paruh waktu. Menyediakan lebih banyak kerja paruh waktu dengan jam atau shift yang lebih sedikit atau penyusunan pembagian kerja untuk seluruh karyawan.
  • jam kerja yang masuk akal. Mengurangi lama waktu kerja yang berlebihan.
  • akses untuk penanganan anak. Meningkatkan akses untuk penanganan anak dengan fasilitas penanganan anak di kantor bagi yang membutuhkan fasilitas tersebut.
  • penyusunan pekerjaan yang fleksibel. Menyediakan fleksibilitas yang lebih baik dalam penyusunan pekerjaan untuk menyesuaikan kondisi personal karyawan, termasuk menyediakan waktu penuh untuk anggota keluarga.
  • cuti harian. Mengizinkan karyawan untuk meminta dan mengambil cuti dalam waktu harian.
  • mobilitas pekerjaan. Menyediakan mobilitas yang lebih baik untuk karyawan dapat berpindah dari rumah sakit, tempat kerja dan layanan kesehatan untuk menemukan penyusunan pekerjaan yang lebih sesuai.
  • keamanan dan kesejahteraan. Meningkatkan keamanan, kesejahteraan dan rasa hormat untuk seluruh karyawan di tempat kerja.
  • akses telepon. Memastikan seluruh karyawan dapat menerima telepon atau pesan mendesak dari keluarga mereka di tempat kerja, dan mendapat akses telepon untuk tetap dapat menghubungi keluarga mereka selama jam kerja.


Faktor yang Mempengaruhi Work Life Balance. Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi work life balance. Marc J. Schabracq, Jacques A.M. Winnubst, dan Cary L. Cooper, dalam “The Handbook of Work and Health Psychology”, menyebutkan bahwa beberapa faktor yang dapat mempengaruhi work life balance adalah :
  • karakteristik kepribadian. Hal tersebut berpengaruh terhadap kehidupan kerja dan di luar kerja.
  • karakteristik keluarga. Hal tersebut merupakan salah satu aspek penting yang dapat menentukan ada tidaknya konflik antara pekerjaan dan kehidupan pribadi.
  • karakteristik pekerjaan. Meliputi pola kerja, beban kerja dan jumlah waktu yang digunakan untuk bekerja dapat memicu adanya konflik, baik untuk konflik dalam pekerjaan maupun konflik dalam kehidupan pribadi.
  • sikap. Maksudnya adalah bagaimana setiap orang melakukan evaluasi terhadap berbagai aspek dalam dunia sosial. Sikap dari masing-masing orang merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi work-life balance.

L. Ayuningtyas dan B.G. Septarini, dalam “Hubungan Family Supportive Supervision Behaviors”, yang dimuat dalam Jurnal Psikologi Industri dan Organisasi, Volume : 2(1), Bulan Maret 2018, menyebutkan bahwa faktor yang dapat mempengaruhi work life balance adalah :
  • dukungan organisasi. Berkaitan dengan kepedulian organisasi mengenai kesejahteraan karyawan, termasuk mendengarkan keluhan dan membantu kesulitan karyawan, serta memperlakukan karyawan dengan adil. Semakin tinggi dukungan yang diterima dari organisasi, maka semakin tinggi pula tingkat work life balance pada seorang karyawan.
  • dukungan keluarga. Dukungan keluarga yang tinggi cenderung berhubungan dengan tingkat work life balance yang tinggi pula pada seorang pekerja. Ada beberpa strategi yang dapat ditempuh oleh seseorang untuk mencapai work life balance, seperti dengan cara meminta orang yang dipercaya untuk mengambil alih pekerjaan rumah.
  • kepribadian. Dapat mempengaruhi work life balance karena karakteristik Kepribadian berpengaruh terhadap kehidupan kerja dan di luar kerja
  • orientasi kerja. Berkaitan dengan bagaimana organisasi menunjang segala kebutuhan karyawan.
  • jenjang karir. Adanya jenjang karir yang jelas dalam organisasi dapat membantu karyawan untuk lebih optimal dalam bekerja dan berhubungan dengan munculnya work life balance.
  • iklim organisasi. Akan berdampak positif apabila organisasi memenuhi perasaan dan kebutuhan karyawannya.
  • sikap. Sentralitas terhadap suatu domain tertentu dalam kehidupan individu, akan meningkatkan jumlah waktu dan usaha yang dihabiskan dalam domain tersebut, yang pada akhirnya membuat individu sulit untuk menyediakan waktu untuk domain yang lain.


Demikian penjelasan berkaitan dengan pengertian work life balance, aspek, manfaat, indikator pencapaian, dan strategi menciptakan work life balance, serta faktor yang mempengaruhi work life balance.

Semoga bermanfaat.