Pengertian Beban Kerja. Dalam suatu organisasi atau perusahaan, beban kerja merupakan salah satu faktor penting yang dapat mempengaruhi kinerja karyawan. Oleh karenanya, organisasi harus selalu memperhatikan beban kerja yang diterima karyawan, sehingga produktivitas karyawan tetap terjaga.
Secara umum, beban kerja dapat diartikan sebagai sebuah proses yang dilakukan oleh seorang karyawan atau pegawai dalam menyelesaikan tugas-tugas suatu pekerjaan atau kelompok jabatan yang dilaksanakan dalam keadaan normal dalam suatu jangka waktu tertentu. Beban kerja juga dapat berarti besaran pekerjaan yang harus dipikul oleh suatu jabatan atau unit organisasi dan merupakan hasil kali antara jumlah pekerjaan dengan waktu.
Selain itu, pengertian beban kerja juga dapat dijumpai dalam pendapat yang dikemukakan oleh para ahli, diantaranya adalah :
- Munandar, dalam “Stress dan Keselamatan Kerja, Psikologi Industri dan Organisasi”, menyebutkan bahwa beban kerja adalah tugas-tugas yang diberikan pada tenaga kerja atau karyawan untuk diselesaikan pada waktu tertentu dengan menggunakan keterampilan dan potensi dari tenaga kerja.
- Tarwaka, dalam “Ergonomi Industri: Dasar-Dasar Pengetahuan Ergonomi dan Aplikasi di Tempat Kerja”, menyebutkan bahwa beban kerja adalah suatu perbedaan antara kapasitas atau kemampuan pekerja dengan tuntutan pekerjaan yang harus dihadapi.
- Suci Koesomowidjojo, dalam “Panduan Praktis Menyusun Analisis Beban Kerja”, menyebutkan bahwa beban kerja adalah segala bentuk pekerjaan yang diberikan pada sumber daya manusia dan diselesaikan dalam kurun waktu yang telah ditetapkan.
- Moekijat, dalam “Manajemen Tenaga Kerja dan Hubungan Kerja”, menyebutkan bahwa beban kerja adalah volume dari hasil kerja atau catatan tentang hasil pekerjaan yang dapat menunjukkan volume yang dihasilkan oleh sejumlah pegawai dalam suatu bagian tertentu.
Baca juga : Pembagian Kerja
Aspek Beban Kerja. Beban kerja dapat dilihat dari tiga aspek, yaitu :
- fisik, yang meliputi beban kerja berdasarkan kriteria-kriteria fisik manusia.
- mental, yang merupakan Aspek mental merupakan perhitungan beban kerja dengan mempertimbangkan aspek mental (psikologis).
- pamanfaatan waktu, yang mempertimbangkan penggunaan waktu untuk bekerja.
Baca juga : Perluasan Kerja (Job Enlargement)
Jenis Beban Kerja. Pada hakekatnya, beban kerja dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu :
1. Beban kerja fisiologis.
Beban kerja fisiologis merupakan suatu kegiatan yang dilakukan oleh tubuh manusia secara fisik. Atau dapat juga berarti beban yang diterima karyawan untuk menyelesaikan pekerjaannya, seperti : mengangkat, mendorong, dan lain sebagainya.
2. Beban kerja mental (psikologis).
Kerja mental (psikologis) adalah kondisi kerja di mana informasi yang diperoleh karyawan masih harus diproses di dalam otak. Sedangkan beban kerja mental (psikologi) merupakan selisih antara tuntutan beban kerja dari suatu tugas dengan kapasitas maksimum beban mental seseorang dalam kondisi termotivasi.
Sedangkan D. Schultz dan E.S. Schultz, dalam “Psychology and Work to Day”, menyebutkan bahwa beban kerja dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu :
1. Quantitative Overload.
Quantitative overload adalah keharusan mengerjakan terlalu banyak tugas atau penyediaan waktu yang tidak cukup untuk menyelesaikan tugas. Dengan kata lain, quantitative overload merupakan beban kerja yang terjadi apabila terlalu banyak pekerjaan yang harus dilakukan pada satuan waktu tertentu (too much to do). Unsur yang menyebabkan quantitative overload ini adalah desakan waktu, di mana waktu merupakan salah satu ukuran efisiensi.
2. Qualitative Overload.
Qualitative overload adalah beban kerja yang terjadi apabila orang merasa kurang mampu menyelesaikan tugasnya atau standar hasil karyanya terlalu tinggi. Dengan kata lain, qualitative overload merupakan beban kerja yang terjadi apabila pekerjaan yang dihadapi terlalu sulit (too difficult to do). Qualitative overload merupakan pekerjaan yang dilakukan oleh karyawan yang makin beralih titik beratnya pada pekerjaan otak.
Baca juga : Aspek Dan Tahapan Kerja Sama Tim
Dampak Beban Kerja. D. Susanto, dalam “Peningkatan Program Pasien Safety Berdasar 7 Prinsip Menuju Keselamatan Pasien Rumah Sakit”, membagi beban kerja yang dapat menimbulkan stress menjadi dua bagian, yaitu :
- role overload, yang dapat terjadi ketika tuntutan-tuntutan yang dihadapi melebihi kapasitas dan kemampuan yang dimiliki karyawan.
- role underload, yang dapat terjadi ketika tuntutan-tuntutan yang dihadapi di bawah kapasitas dan kemampuan yang dimiliki karyawan.
Secara umum, beban kerja yang berlebih akan menimbulkan dampak buruk (negatif) bagi karyawan, diantaranya adalah :
1. Kualitas kerja menurun.
Beban kerja yang terlalu berat tidak diimbangi dengan kemampuan tenaga kerja akan mengakibatkan menurunnya kualitas kerja akibat dari kelelahan fisik dan turunnya konsentrasi, sehingga kinerja tidak sesuai dengan standar.
2. Keluhan pelanggan.
Keluhan ini timbul karena pelayanan yang diterima tidak sesuai dengan harapan. Seperti harus menunggu lama, hasil layanan tidak memuaskan.
3. Kenaikan tingkat absensi.
Beban kerja yang terlalu banyak bisa mengakibatkan karyawan terlalu lelah dan sakit. Hal ini berakibat buruk bagi kelancaran kerja organisasi karena tingkat absensi terlalu tinggi, sehingga dapat mempengaruhi kinerja organisasi.
Indikator Beban Kerja. Terdapat beberapa indikator yang dapat digunakan untuk mengukur beban kerja. Suci Koesomowidjojo menyebutkan bahwa terdapat tiga indikator dalam beban kerja, yaitu :
- kondisi pekerjaan. Indikator ini meliputi segala sesuatu yang dirasakan oleh karyawan di tempat kerja, baik yang menyenangkan ataupun yang tidak.
- penggunaan waktu kerja. Indikator ini berkaitan dengan waktu untuk mengerjakan tugas-tugas yang diberikan, baik dalam menggunakan waktu kerja atau menyelesaikannya di luar jam kerja.
- target yang harus dicapai. Indikator ini berkaitan dengan segala sesuatu yang telah ditetapkan oleh organisasi dan harus dipenuhi oleh para karyawan.
Sedangkan Tarwaka menyebutkan bahwa indikator beban kerja adalah :
1. Beban Waktu.
Beban waktu atau “time load” menunjukkan jumlah waktu yang tersedia dalam perencanaan, pelaksanaan dan monitoring tugas atau kerja yang meliputi standar waktu pelaksanaan kerja, dan waktu istirahat.
2. Beban Usaha Mental.
Beban usaha mental atau “mental effort load” menunjukkan banyaknya usaha mental atau tugas-tugas yang harus dikerjakan, volume atau ukuran pekerjaan, tanggung jawab pekerjaan yang besar, tingkat kesulitan pekerjaan yang dihadapi, dan tingkat resiko pekerjaan.
3. Beban Tekanan Psikologis.
Beban tekanan psikologis atau “psychological stress load” menunjukkan kebingungan, frustasi dan konsentrasi dalam melaksanakan pekerjaan (fokus/tidak fokus)
Baca juga : Pemborosan Dalam Lean Manufacturing
Pengukuran Beban Kerja. Pengukuran beban kerja dilakukan untuk memperoleh informasi mengenai tingkat efektivitas dan efisiensi kerja organisasi berdasarkan banyaknya pekerjaan yang harus diselesaikan dalam jangka waktu tertentu. C.R. O’Donnell dan F.T. Eggemeier, dalam “Workload Assessment Methodology”, menyebutkan bahwa pengukuran beban kerja dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu :
1. Pengukuran Subjektif.
Pengukuran subjektif adalah pengukuran yang didasarkan kepada penilaian dan pelaporan oleh pekerja terhadap beban kerja yang dirasakannya dalam menyelesaikan suatu tugas. Pengukuran jenis ini pada umumnya menggunakan skala penilaian (rating scale).
2. Pengukuran Kinerja.
Pengukuran kinerja adalah pengukuran yang diperoleh melalui pengamatan terhadap aspek-aspek perilaku atau aktivitas yang ditampilkan oleh pekerja. Salah satu jenis dalam pengukuran kinerja adalah pengukuran yang diukur berdasarkan waktu. Pengukuran kinerja dengan menggunakan waktu merupakan suatu metode untuk mengetahui waktu penyelesaian suatu pekerjaan yang dikerjakan oleh pekerja yang memiliki kualifikasi tertentu, di dalam suasana kerja yang telah ditentukan serta dikerjakan dengan suatu tempo kerja tertentu.
3. Pengukuran Fisiologis.
Pengukuran fisiologis adalah pengukuran yang mengukur tingkat beban kerja dengan mengetahui beberapa aspek dari respon fisiologis pekerja sewaktu menyelesaikan suatu tugas atau pekerjaan tertentu. Pengukuran yang dilakukan biasanya pada refleks pupil, pergerakan mata, aktivitas otot dan respon-respon tubuh lainnya.
Berkaitan dengan pengukuran beban kerja tersebut, penentuan beban kerja karyawan tidak dilakukan begitu saja, tetapi melalui suatu analisis yang dilakukan dengan penuh perhitungan oleh manajemen organisasi. Tujuan dari analisis beban kerja tersebut adalah :
- menentukan jumlah kebutuhan sumber daya manusia. Beban kerja sebagai dasar untuk menambah atau mengurangi jumlah karyawan pada suatu jabatan atau unit kerja.
- menyempurnakan (redesign) tugas jabatan. Beban kerja sebagai dasar untuk menambah atau mengurangi tugas dari suatu jabatan sehingga mencapai rentang beban kerja standar (optimum).
- menyempurnakan (redesign) struktur organisasi. Beban kerja sebagai dasar untuk menggabung dua jabatan atau lebih menjadi satu jabatan, memisahkan satu jabatan menjadi dua atau lebih jabatan, atau menciptakan suatu jabatan baru.
- menyempurnakan (redesign) standar operating procedure. Beban kerja sebagai dasar penetapan standar operating procedure.
- menentukan standar waktu tugas dan aktivitas. Beban kerja sebagai dasar penentuan standar waktu dari setiap tugas dan aktivitas sesuai standar normal di organisasi.
Baca juga : Mendesain Ulang Pekerjaan (Job Redesign)
Faktor yang Mempengaruhi Beban Kerja. Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi beban kerja. Tarwaka menyebutkan bahwa terdapat dua faktor yang dapat mempengaruhi beban kerja yaitu :
1. Faktor Eksternal.
Faktor eksternal merupakan faktor dari luar diri karyawan yang dapat mempengaruhi beban kerja. Aspek beban kerja eksternal sering disebut “stressor”. Yang termasuk faktor eksternal adalah:
- tugas atau “task”, dapat dibedakan dalam dua sifat, yaitu : 1. tugas yang bersifat fisik, seperti : tata ruang kerja, alat dan sarana kerja, kondisi kerja, sikap kerja, alat bantu kerja, dan lain sebagainya. 2. tugas yang bersifat mental, seperti : kompleksitas pekerjaan dan tanggung jawab terhadap pekerjaan.
- organisasi kerja, yang mempengaruhi beban kerja, seperti : lamanya waktu kerja, waktu istirahat, kerja bergilir, sistem pengupahan, kerja malam, music kerja, tugas, dan wewenang.
- lingkungan kerja, yang dapat mempengaruhi beban kerja, seperti : lingkungan kerja fisik (penerangan, kebisingan, getaran, mekanis), lingkungan kerja kimiawi (debu, gas, pencemar udara) lingkungan kerja biologis (bakteri virus, dan parasit) dan lingkungan kerja psikologis (penempatan tenaga kerja).
2. Faktor Internal.
Faktor internal merupakan faktor dari dalam diri karyawan yang dapat mempengaruhi beban kerja, sebagai akibat adanya reaksi dari beban kerja eksternal, yang dikenal dengan “strain”. Yang termasuk faktor internal adalah :
- faktor somatik, yaitu : gender, umur, ukuran tubuh, kondisi kesehatan, status gizi, dan lain sebagainya.
- faktor psikis, yaitu : motivasi, persepsi, kepercayaan, keinginan, kepuasan, dan lain sebagainya.
Baca juga : Modal Kerja Bersih (Net Working Capital)
Demikian penjelasan berkaitan dengan pengertian beban kerja, aspek, jenis, dampak, indikator, dan pengukuran beban kerja, serta faktor yang mempengaruhi beban kerja.
Semoga bermanfaat.