Pengertian Pemborosan dalam Lean Manufacturing. Lean manufacturing merupakan suatu konsep yang digunakan untuk mengidentifikasi dan menghilangkan semua pemborosan biaya produksi serta aktivitas-aktivitas yang tidak bermanfaat dalam proses produksi dalam suatu perusahaan. Konsep "lean" pertama kali diterapkan dalam "Toyota Production System" pada tahun 1940 oleh Taiichi Ohno, orang yang membangun sistem Toyota Production System.
Dalam perusahaan bidang industri, pemborosan atau "waste" secara umum dapat diartikan sebagai segala bentuk kehilangan yang terjadi sebagai akibat dari adanya aktivitas produksi, seperti kehilangan material, waktu, atau uang yang tidak memberikan nilai tambah atau manfaat pada produk barang atau jasa yang dihasilkan. Sedangkan Vincent Gasperz dalam "Lean Six Sigma for Manufacturing and Service Industries", menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan pemborosan (waste) adalah segala aktivitas kerja yang tidak memberikan nilai tambah dalam proses transformasi input menjadi output sepanjang value stream mapping.
Pemborosan (waste) merupakan kegiatan yang dapat terjadi dalam proses produksi manapun, asalkan kegiatan yang dilakukan merupakan kegiatan yang tidak berguna, tidak memberi nilai tambah dan tidak memberi manfaat bagi produk yang dihasilkan, perusahaan, maupun bagi pelanggan, maka dikatakan suatu pemborosan (waste).
Jenis Pemborosan dalam Lean Manufacturing. Dalam penerapannya, konsep Toyota Production System yang digagas oleh Taiichi Ohno ini diejawantahkan sebagai upaya perusahaan dalam mengurangi (mengeliminasi) pemborosan, ketidak-teraturan, dan ketidak-seimbangan beban kerja (yang dalam bahasa Jepang, pemborosan disebut dengan muda, ketidak-teraturan disebut dengan mura, dan ketidak-seimbangan beban kerja disebut dengan muri) di dalam rantai pasokan (supply chain management) sehingga produk sampai ke tangan produsen.
Selanjutya, Taiichi Ohno menyebutkan bahwa terdapat tujuh 7 + 1 jenis pemborosan (waste) dalam lean manufacturing, yang dikenal dengan "Seven plus One Type of Waste", yaitu sebagai berikut :
1. Waste of Over Production.
Waste of over production merupakan pemborosan yang terjadi karena kelebihan produksi. Jenis pemborosan ini adalah yang terburuk yang mempengaruhi enam jenis pemborosan (waste) yang lain. Over production terjadi karena perusahaan memproduksi suatu produk melebihi kebutuhan pelanggan, yang mengakibatkan terjadinya penumpukan pada produk, sehingga membutuhkan pengangkutan, penyimpanan, pemeriksaan, serta memungkinkan terjadinya kecacatan pada produk tersebut. Selain itu, over production juga dapat terjadi karena banyaknya variasi produk yang dihasilkan atau diproduksi oleh perusahaan.
2. Waste of Waiting.
Waste of waiting merupakan pemborosan yang terjadi karena menunggu (waktu yang terbuang karena menunggu). Jenis pemborosan ini terjadi sebagai akibat adanya ketidak-seimbangan pada lintasan produksi, sehingga mengakibatkan terjadinya keterlambatan pada kegiatan kerja karyawan, operasional mesin, atau ketersediaan bahan baku. Idealnya, dalam sebuah proses produksi mesin dan sumber daya manusia (karyawan) terus berjalan untuk memproduksi barang. Sehingga jumlah produksi harian akan meningkat dan hal ini akan menjadi keuntungan bagi perusahaan, karena biaya produksi akan terus berjalan dari waktu ke waktu. Sedangkan pemborosan waktu biasanya terjadi karena :
- adanya supply komponen yang terlambat datang.
- menunggu proses berjalannya mesin.
- hilang atau rusaknya alat kerja.
- menunggu keputusan atau informasi.
3. Waste of Transportation.
Yang dimaksud dengan transportation (pengangkutan) adalah perpindahan bahan/barang produksi dari satu tempat ke tempat yang lain. Waste of transportation merupakan pemborosan yang terjadi karena panjangnya alur atau proses transportasi (pengangkutan) yang tidak menyebabkan adanya penambahan nilai terhadap suatu produk. Waste of transportation atau pemborosan pengangkutan dapat terjadi karena :
- tata letak (layout) produksi yang buruk.
- pengorganisasian tempat kerja yang kurang baik, sehingga memerlukan kegiatan pemindahan barang dari satu tempat ke tempat yang lain.
Contoh waste of transportation adalah letak gudang yang jauh dari lokasi usaha akan mengakibatkan terjadinya pemborosan pengangkutan (waste of transportation).
4. Waste of Over Processing.
Waste of over processing merupakan pemborosan yang terjadi sebagai akibat dari adanya proses yang berlebihan, di mana hal tersebut bisa terjadi karena banyaknya alur dalam proses produksi yang tidak memberikan nilai tambah bagi produk yang diproduksi maupun untuk pelanggan. Contohnya :
- proses inspeksi yang berulang kali.
- proses persetujuan yang harus melewati banyak orang.
- proses pembersihan.
5. Waste of Inventory.
Waste of inventory merupakan pemborosan yang terjadi sebagai akibat adanya bahan atau material (inventory) yang berlebih sehingga menyebabkan lead time yang panjang, barang menjadi kadaluwarsa, barang rusak, terjadinya peningkatan biaya pengangkutan (transportasi) dan penyimpanan, dan lain sebagainya. Persediaan yang berlebih juga dapat menimbulkan masalah seperti :
- ketidak-seimbangan produksi.
- keterlambatan pengiriman dari pemasok.
- produk cacat.
- mesin rusak.
- waktu setup yang panjang.
yang semua hal tersebut dapat mengakibatkan timbulnya pemborosan (waste).
6. Waste of Motion.
Waste of motion merupakan pemborosan yang terjadi sebagai akibat adanya aktivitas/kegiatan karyawan atau operasional mesin yang mubazir pada saat melakukan tugas dan pekerjaannya. Misalnya, meletakkan komponen komponen yang jauh dari jangkauan operator, sehingga memerlukan gerakan melangkah dari posisi kerjanya untuk mengambil komponen tersebut.
7. Waste of Defects.
Waste of defects merupakan pemborosan yang terjadi sebagai akibat adanya produk yang cacat atau produk yang rusak selama proses produksi, sehingga produk tersebut tidak dapat dipasarkan. Apabila produk yang cacat/rusak tersebut masih dapat diperbaiki, maka perusahaan harus mengeluarkan biaya tambahan untuk perbaikan produk tersebut, seperti biaya tenaga kerja, komponen atau bahan yang digunakan dalam perbaikan, dan biaya-biaya lain. Hal itu tentunya akan menimbulkan pemborosan (waste) lagi.
Baca juga : Metode Dan Tools (Alat Bantu) Lean Manufacturing
Sedangkan satu pemborosan (waste) lagi menurut Taiichi Ohno adalah waste of defective design. Waste of defective design merupakan pemborosan yang terjadi sebagai akibat dari desain yang tidak efektif atau pemborosan yang disebabkan oleh pengerjaan desain yang tidak memenuhi kebutuhan pelanggan, termasuk juga penambahan fitur yang tidak perlu.
Demikian penjelasan berkaitan dengan pengertian dan jenis pemborosan (waste) dalam lean manufacturing.
Semoga bermanfaat.